Tahun ini, 2024, merupakan tahun kelima laman duniasantri.co mengikrarkan diri sebagai citizen journalism kaum santri. Tepat 17 Agustus nanti, duniasantri.co genap lima tahun menjadi wadah santri berbagi informasi dan bertukar atau mewacanakan gagasan. Gagasan santri dalam memandang dan menyikapi dunia yang terus berubah, dengan segala disrupsinya.
Maka, judul tulisan ini, “Masih Relevankah duniasantri.co Dipertahankan?” menggoda untuk diajukan dengan beberapa alasan.
Pertama, selama lima tahun terakhir sejak pertama kali duniasantri.co dipublish, dunia sudah berubah dan berkembang demikian pesat, terutama dalam bidang teknologi informasi digital dengan Artificial Intelligence (AI). Media online, seperti duniasantri.co ini, kini tampak begitu “konvensional” dan “kuno”, kalah dengan platform-platform lain yang berformat audio-visual seperti podcast (di kanal YouTube), Instagram, atau X (Twitter) dan semacamnya. Ia menjadi tak lagi seksi.
Kedua, berbeda dengan lima tahun lalu, kini sudah demikian banyak santri yang eksis di dunia maya. Lima tahun lalu, belum begitu banyak santri yang “bermain” di dunia maya. Diskursus dan pengembangan wacana isu-isu keislaman di jaringan Internet justru dikuasai dan didominasi oleh yang bukan santri. Boleh dibilang, kelompok-kelompok ekstremis yang mendominasi wacana keagamaan di dunia maya. Padahal, untuk berbicara tentang keislaman di Indonesia, rasanya santri lebih “otoritatif” dibandingkan dengan yang bukan santri.
Kini situasinya sudah berubah. Salah satunya melalui duniasantri.co, kaum santri begitu bergairah menghadirkan pandangan dan gagasan keagamaannya di dunia maya, dengan karya-karya tulis dalam ragam genre. Saat tulisan ini dibuat, misalnya, jumlah akun kontributor di duniasantri.co hampir mencapai 2.000, persisnya 1.991 akun. Tulisan yang sudah dimuat mencapai 3.439 dengan trafiks total lebih dari 2 juta views.
Tapi, dengan kemajuan teknologi informasi digital dan hadirnya AI, bisa jadi laman seperti duniasantri.co bukan lagi menjadi pilihan utama bagi kaum santri. Semakin banyak paltform berbeda bisa dijadikan media untuk berkarya.
Ketiga, literasi, terutama di bidang kepenulisan, memang merupakan jalan sunyi. Selalu tak banyak yang hirau pada jalan sunyi. Maka, ketika dari semula duniasantri.co diniatkan sebagai entitas nirlaba yang memilih jalan sunyi itu, batas-batas untuk menanggung kesunyian itu jelas ada. Itu manusiawi belaka.
Menurut masih pak admin, jangan khawatir. Meskipun kita tidak bisa menafikan kementerengan AI yang luar biasa mengagumkan. Tapi ada yang AI tidak bisa miliki dari duniasantri atau penulis/jurnalis yakni data dan fakta informasi di lapangan. Karena pada dasarnya AI hanya mampu mengelola data dan sumber-sumber yang sudah tersedia.
Aku sudah menuliskan artikel terkait menjawab opini ini. Semoga di up dan bisa diterima dengan baik. Matursuwun🙏
*menurut ku