Membaca Proses Kenabian dan Kerasulan Muhammad (4)

500 views

Selanjutnya saat beliau berada di Gua Hira, malaikat mendatanginya dan menyuruhnya untuk membaca.

Beliau menjawab, “Aku bukan seorang pembaca.”

Advertisements

Malaikat itu merangkul dan memeluk tubuhnya sampai ia merasa tak berdaya. Lalu, malaikat  melepaskan pelukannya dan kembali menyuruhnya membaca.

Lagi-lagi ia menjawab, “Aku bukan seorang pembaca.”

Malaikat kembali merangkul dan memelu tubuhnya sampai ia merasa tak berdaya, lalu malaikat melepaskannya dan kembali menyuruhnya untuk membaca.

“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan; Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan hanya Tuhanmu Yang Mahamulia, yang mengajarkan dengan pena; Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”

Itulah wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad. Setelah itu, ia pulang dengan pikiran tak menentu, mendatangi ke Khadijah binti Khuwailid. “Selimuti aku… selimuti aku!” pintanya. Lalu, diselimuti hingga hilang rasa ketakutannya.

Perlu dicatat, Nabi Muhammad pergi ke Gua Hira tujuannya bukan untuk berderma, melainkan beribadah seperti yang telah diulas dalam tulisan sebelumnya. Beliau pergi ke Gua Hira murni untuk berkhalwat, beribadah, usai mengalami fase pertama proses persiapan kenabian, yakni mimpi nyata laksana fajar menyingsing.

Tahannuts atau ibadah yang dilakukan Nabi Muhammad di Gua Hira  merupakan fase kedua dalam proses kenabian. Ibadah apakah yang dilakukan Muhammad, sementara itu beliau belum mandapatkan wahyu?

Ibadah Muhammad di Gua Hira adalah tahannuts, tetapi pemaknaan tahannuts ternyata beraneka ragam. Salah satunya, seperti yang telah dijelaskan dalam tulisan sebelumnya, yakni berderma. Ada penafsiran lain, yaitu qunut. Ibadah qunut adalah ibadahnya Nabi Ibrahim, yaitu berzikir dalam kesunyian, yang sampai sekarang orang-orang saleh masih melakukan hal demikian. Terjadi kemungkinan bahwa tahannuts adalah qunut. Sebab, beliau sejak awal sudah mendamba agama Nabi Ibrahim.

Penafsiran tersebut didasarkan pada ayat berikut: “Sesungguhnya Ibrahim adalah imam yang bisa dijadikan panutan. Dia senantiasa patuh kepada Allah lagi hanif, dan dia bukanlah golongan orang-orang musyrik. (QS Al-Nahl:120).

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan