Benarkah Muhammad Pernah Sesat?

85 views

Tidak semua orang (muslim) percaya bahwa sebelum dinobatkan sebagai utusan, sebagai rasul, Muhammad pernah tersesat. Saya juga tidak percaya. Karena, di dalam sejarah, Muhammad adalah seorang yang jujur, arif, bijak, dan terjaga (maksum). Maka, menjadi sesuatu yang absurd jika kemudian muncul pemikiran atau pendapat yang mengatakan bahwa nabi Muhammad adalah pernah sesat.

Pemikiran kontroversial ini muncul ketika saya melaksanakan salat Jumat, 19 Mei 2017. Imam salat membaca surah ad-Dhuha. Setelah sampai pada ayat “Wawajadaka dhallan fahada (dan Dia dapati Engkau (Muhammad) dalam keadaan sesat, lalu Dia memberikan hidayah (petunjuk).

Advertisements

Ayat ini memberikan petunjuk bahwa Muhammad pernah dalam kondisi “sesat”, kemudian Allah memberikan hidayah kepadanya. Namun, benarkah Muhammad pernah sesat? Seperti apa kesesatan yang dimaksud? Ataukah ada makna lain dalam pemahaman ayat tersebut?

“… dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung (sesat?), lalu Dia memberikan petunjuk,” (QS. Ad-Dhuha, 7).

Di dalam terjemahan ayat tersebut disebutkan sebagai “bingung,” bukan sesat. Namun, di dalam kamus Bahasa Arab, kata “dhaallan” memang berarti sesat atau tidak dapat petunjuk (Kamus Bahasa Arab oleh Mahmud Yunus, hal. 230).

Tentu ada telaah khusus sehubungan dengan ayat ini. Karena, dalam kehidupan Muhammad tidak pernah dikisahkan tentang kesesatannya dalam arti yang sebenarnya. Maksudnya, sesat yang dimaksud adalah tindakan yang mengarah kepada syirik atau perbuatan dosa besar lainnya.

Tafsir Al-Qurtubi

Di dalam tafsir Al-Qurtubi dijelaskan bahwa makna “dhaallan” dalam ayat tersebut adalah “ghafilan,” yaitu lalai. Makna lalai tidak sampai meniadakan kesucian Nabi, baik sebelum atau sesudah diangkat sebagai Rasul Allah. Makna lalai adalah kurang mengindahkan akan persoalan kenabian yang diamanatkan kepada Muhammad. Tentu sangat manusiawi jika di awal-awal kenabian, Nabi Muhammad kurang yakin terhadap kewajiban kenabiannya.

Selain makna lalai (ghafil), masih menurut tafsir Al-Qurtubi, “dhaallan” juga bermakna menuntut atau mencari. Yaitu, mencari arah qiblah yang menurut Muhammad membingungkan, kemudian Allah memberikan petunjuk kepadanya untuk menghadap ke Masjidil Haram.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan