Dalam beberapa tahun terakhir ini, harus diakui bahwa zaman mengalami sebuah revolusi yang sangat signifikan. Media sosial merupakan salah satu bukti nyata dari perubahan zaman ini.
Seperti yang kita tahu bahwa di media sosial kita bisa menjumpai apa saja dan siapa saja, kebenaran dan kesalahan apa saja. Di berbagai media sosial seperti Facebook, Intagram, hingga Twiter kita bisa menjumpai pengguna-pengguna dari berbagai kalangan. Dari anak-anak hingga orang yang umurnya kisaran 50 tahun akan mudah dijumpai di medsos tersebut. Hal demikian tentu makin menguatkan dari substansi perkembangan media sosial itu sendiri.
Dari berbagai kalangan yang aktif bermedia sosial, tentu tidak semua paham tentang bagaimana seharusnya bermedsos (media sosial) yang baik. Apalagi ditambah dengan orang-orang yang sekalipun masih muda, namun minim pengetahuan mengenai dunia permedsosan itu sendiri.
Salah satu contoh misal, di Facebook saya sering menjumpai pengguna yang sedikit-sedikit mengekspose masalah keluarganya. Ada pula yang menyinggung tetangganya lewat status Facebooknya.
Dua contoh yang saya tuliskan itu merupakan secuil gambaran orang-orang berekspresi di media sosial, yang seharusnya hal-hal yang diungkapkan itu sebaiknya menjadi konsumsi pribadi karena masih tergolong sangat privasi.
Sangat privasi yang saya maksud dalam paragraf sebelumnya, yaitu misal pertengkaran sepasang suami istri. Si suami menuliskan status di medsosnya dengan isi statusnya sepenuhnya menyinggung istrinya. Karena media sosial mereka saling mengikuti, alhasil si istri mengetahui tindakan tersebut. Merasa tersinggung setelah membaca status suaminya, kemudian si istri terebut juga membalaskan dengan status yang kurang lebih juga menyinggung suaminya. Dalam konflik seperti ini, seharusnya selesai dalam ranah keluarga. Artinya biar orang-orang tidak tahu menahu mengenai yang terjadi pada keluarga tersebut.
Di Media Indonesia pada 24 Agustus 2020, Khoiruddin Bashori, seroang Derektur Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat Yayasan Sukma, Jakarta, menulis dengan berjudul “Etika Bermedia Sosial”. Menurutnya, saat ini media sosial telah menjadi gaya hidup dari setiap orang. Ia juga menyebutkan dalam tulisannya bahwa tidak adanya seorang editor yang bertanggung jawab di medsos menyebabkan kecepatan penyebaran informasi benar-benar real time.