Di Lebak, Pondok Masih Rutin Ngaji Kitab Kuning

179 views

Pandemi Corona rupanya tak memengaruhi pondok pesantren di Kabupaten Lebak, Banten, menjalankan tradisi Ramadan tahun ini. Seperti tahun-tahun sebelumnya, di bulan Ramadan, selama sebulan penuh, sejumlah pondok di Lebak membuka pengajian kitab kuning atau kitab gundul. Tak hanya bagi santri sendiri, tapi juga bisa diikuti oleh santri dari tempat lain atau daerah lain.

Salah satu yang menggelar tradisi ngaji kitab gundul adalah Pondok Pesantren Nurul Ihsan Kalanganyar Kabupaten Lebak. “Kami setiap Ramadan mengkaji kitab kuning, secara khusus untuk memperdalam kitab Nihayati az-Zain,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ihsan Kalanganyar Kabupaten Lebak, KH Daud Yusuf, seperti dikutip Antara, Ahad(26/4).

Advertisements

Ngaji Kitab Nihayati az-Zain itu, menurutnya, dikhususkan untuk mendalami ilmu fikih, tasawuf, dan akidah Islam. Nihayati az-Zain merupakan kitab klasik karya ulama terkemuka di dunia asal Tanara, Provinsi Banten, yang tak lain adalah An Nawawi Al-Jawi yang wafat tahun 1317 H atau 1316 H. Di kalangan muslim Indonesia, kitab ini juga sangat popular.

Ramadan tahun ini, ngaji kitab kuning di Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ihsan ini diikuti 28 santri dari berbagai daerah di Tanah Air. Mereka ada yang datang dari Batam dan Lampung. Di sini, ngaji Nihayati az-Zain dilakukan dengan “luhgoh” (membaca) menggunakan bahasa Jawa dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan Sunda.

Bisa dipastikan, para santri yang mengikuti pengkajian Kitab Nihayati az-Zain sudah mampu membaca “kitab gundul” secara etimiologi bahasa dan harkat dengan benar sesuai ilmu nahwu dan shorof. Di sini, santri mengisi waktu selama 24 jam hanya untuk mengaji.

Tradisi yang sama juga dilakukan di Pondok Pesantren Nurul Hasanah Rangkasbitung. Seperti Ramadan sebelumnya, tahun ini kebanyakan santri yang datang untuk ngaji kitab gundul berasal Kabupaten Lebak dan Bogor, Jawa Barat. Seperti di pondak salaf pada umumnya, di sini santri membuat coretan-coretan di atas kertas kitab gundul dengan menggunakan tinta untuk memaknai isi kitab. Sebab, kitab yang digunakan huruf-hurufnya belum memiliki tanda baca seperti “dzoma”, “fathah”, dan “kasrah”.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan