Haul Majemuk Masyayikh dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Nurul Qarnain Sukowono, Jember, Jawa Timur pada Jumat, 24 Desember 2021 dihadiri lebih dari 2000 orang. Acara haul yang bertempat di Auditorium KH Yazid Karimullah ini diikuti sekitar 145 guru, asatiz, dosen, karyawan, dan sekitar 900 santriwan serta 1.200 santriwati.
Acara dimulai dengan ziarah dan tabur bunga oleh keluarga pengasuh di pemakaman masyayikh di barat Masjid Dzul Qarnain dengan didampingi dewan asatiz dan pengurus pesantren. Usai tahlil dan dilanjutkan doa yang dipimpin oleh pengasuh, KH Yazid Karimullah, hadirin langsung menuju auditorium sebagai tempat acara, pukul 08.45 WIB.
Setelah tawasul yang dipimpin oleh KH Badrut Tamam, diteruskan dengan lantunan kalam Ilahi oleh Ustaz Asy’ari Hasan, gema selawat nabi oleh KH Fawaid Yazid diiringi Jam’iyah Hadrah Al-Wishol, Pembacaan Yasin dan Tahlil oleh Ustaz Ali Murtadho dan Ustaz Munir, lalu laporan bacaan santri dan alumni oleh Ustaz Mohamad Habibi.
Dalam laporan hasil rekap bacaan dalam haul majemuk tahun 2021 ini, secara detail disebutkan bahwa total bacaan Al-Quran antara santriwan, santriwati, guru, alumni, dan simpatisan sebanyak 1.767, bacaan surah Yasin sebanyak 15.873, bacaan surah al-Ikhlas sebanyak 2.622.303.856, serta bacaan tahlil sebanyak 13.608 kali.
“Semoga bacaan kalian diiringi dengan keikhlasan. Saya yakin di antara bacaan yang sampai 2 miliar itu, pasti ada yang diterima oleh Allah Azza wa Jalla,” harap KH Yazid Karimullah dalam sambutan pengasuh.
Selain itu, dalam sambutannya, KH Yazid Karimullah memaparkan rahasia sukses dalam merintis dan membangun pesantren. Setiap hari sejak Pondok Pesantren Nurul Qarnain berdiri pada 1968 hingga sekarang, tidak sepi dari tukang yang selalu membangun gedung kebutuhan santri. Sejak sepuluh tahun terakhir, jumlah tukang yang bekerja di pesantren tidak kurang dari 60 orang. Baru-baru ini diselesaikan pengecoran gedung lantai 3 untuk asrama santri mu’adalah dan lantai 2 untuk ruang kuliah Sekolah Tinggi Ilmu Syariah Nurul Qarnain.
“Seandainya layak, pesantren ini saya beri nama Pondok Pesantren Min Haitsu La Yahtasib, karena dari awal saya mendirikan pondok ini tidak punya tanah dengan seluas ini. Tanah milik saya hanya 41 meter persegi di depan masjid itu. Ilmu saya tidak punya, harta juga tidak ada,” tutur KH Yazid Karimullah di hadapan para santri dan asatiz.