Kitab Ta’līm al-Muta’allim li Tharīq at-Ta’allum karya Imam al-Zarnūjī Tidak asing di telinga masyarakat muslim Indonesia. Kitab yang berisi 13 pasal tentang kiat dan etika mencari ilmu ini, menurut Martin van Bruinessen, adalah buku pokok di pesantren (Bruinessen 1995,163). Tak heran, dalam sebuah lelucon, kitab ini juga dikatakan sebagai buku pedoman menjadi kiai.
Di Indonesia, umumnya kitab ini beredar bersamaan dengan sharh dari Syaikh Ibrahim Ibn Ismail. Beredar dalam versi terjemah yang cukup banyak, baik nasional maupun lokal. Satu di antaranya terbitan Turos Pustaka dengan judul Pedoman Etika dan Metode Islami dalam Menuntut Ilmu yang dicetak pertama kali pada tahun 2021 M.
Selain itu, kitab ini bahkan sampai hari ini juga dikaji kalangan akademis, baik sebagai rujukan karya ilmiah atau bahan diskusi. Ini aneh, mengingat di era modern ini puluhan teori dan metode pendidikan telah berkembang pesat, bahkan mungkin sudah dengan pendekatan inter-multidisipliner.
Jadi, kira-kira apa yang membuat kitab ini terus dikaji dan diterjemah? berikut hal-hal yang menurut penulis menjadikan kitab ini tetap trending hingga saat ini.
Eksis Sejak Dulu
Barangkali tanpa mempelajarinya, niscaya pola pendidikan pesantren di Indonesia tidak akan berjalan seperti ini, tepatnya dalam cara guru dan murid berinteraksi serta berperilaku yang katanya khas.