Ketika Santri Bermasyarakat

44 views

Beberapa tahun silam, sekitar tahun 2019 akhir, saya berkesempatan untuk menjadi peserta dari salah satu program tahunan Madrasah Aliyah Nasy’atul Mutaallimin Gapura. Program yang telah menjadi sebuah keharusan bagi santri akhir untuk mendapatkan legalitas kelulusan. Maka, mau tidak mau, semua santri—termasuk saya—harus mengikutinya untuk persyaratan lulus. Program ini kemudian disebut dengan Masa Pengabdian Santri (MPS).

MPS biasanya diadakan sebelum Ujian Nasional (UN) dilaksanakan. Semua santri atau siswa yang sudah menginjak kelas akhir (tanpa terkecuali) diikutsertakan. Namun bedanya, santri putri akan melakukan MPS di sekolah selama satu bulan. Pastinya, diisi dengan berbagai kegiatan, termasuk tata boga, nyabis ke keluarga ndalem Pesantren Annuqayah (karena sanad keilmuan yang sangat erat dengan Nasy’atu Mutaallimin), dan kegiatan-kegiatan pengabdian ke masyarakat sekitar sekolah atau pesantren.

Advertisements

Sedangkan, santri putra akan dilepas ke berbagai pelosok (jauh atau dekat) dan ditempatkan di lembaga-lembaga. Nantinya mereka disebar menjadi beberapa kelompok atau tim untuk selanjutnya mengabdi di tempat yang telah ditentukan. Namun sebelum itu santri putra akan melaksanakan masa pembekalan (biasanya 2 hari) sebelum pemberangkatan. Tujuannya, agar mereka tidak gagap dan bingung ketika dihadapkan oleh realitas di lapangan. Dalam hal ini mereka juga akan dibekali dengan materi manajemen organisasi, mengingat para peserta akan melakukan pengabdian secara berkelompok.

Program MPS ini terfokus pada pengabdian kepada masyarakat. Maknanya, setiap peserta dan setiap kelompok akan diajari tentang bagaimana berhadapan dengan masyarakat. Uniknya, pengajaran yang dilakukan adalah secara praktik, bukan lagi teori yang dilontarkan dari mulut ke mulut. Mereka akan melakukan beberapa misi dedikasi selama sebulan kepada masyarakat, yang sebelumnya sudah dicanangkan dalam rancangan kerja mereka masing-masing.

Sebagaimana dijelaskan di atas, sebelumnya para peserta yang akan berkelana ke wilayah yang ditetapkan akan dibekali dengan beberapa hal, baik bekal spiritualitas, moralitas, dan hal-hal tentang administrasi serta keorganisasian. Karena yang akan dijadikan objek pengabdian adalah masyarakat, tentunya bekal-bekal di atas sangat dibutuhkan. Meskipun selama sekolah bekal yang dimaksud (barangkali) sudah didapat, namun tidak ada salahnya jika dilakukan kembali sebagai pemantapan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan