LALABÂT
apabila sebuah kabar sudah menetas debar
di teluk ada ziil yang ingin menghadir.
bukan hanya tradisi, tapi ini tuntutan hati.
mungkin dengan beras tello ghȃntang
abȃ’ bisa mengubur suara-suara sumbang.
tersebab tak hanya lidah yang bisa berdoa.
batu nisan pun bisa meronta meski tanpa suara.
abȃ’ menyaksikan duka paling maha
meski abȃ’ tahu, derita hanyalah pakaian sementara manusia.
orang-orang masih sibuk berbicara tentang yang berpulang
aku pun bertanya: apakah izrail masih di ruang?
tak ada satu pun orang yang menjawab
hanya sepi yang mengucap;
yang berpulang hanyalah jasadnya tapi arwahnya
akan tetap berkeliaran dari lo’-tello’ sampai to’-pètto’.
Gapura, 2019.
MATATARÈSNA
pecahlah mataku oleh rindu,
dan air bening mengalir
melewati bebatuan
melewati akar kekeringan
lalu sampai pada gersang dadamu.
sebagai sungai.
di genangnya,
terdapat ikan-ikan bahagia
menghiasi sunyi jiwa
siripnya tak henti mengibaskan nestapa
sampai aku berkata:
jika tuhan tidak maha di atas maha
aku beriman padamu jua.
Cabeyan, 2021.
NOTA AWAL BULAN
aku datang sebagai gema
yang memaksamu jadi musik
ketika sunyi tak lagi sempurna
di biibir malam.
kata-kata mengharu-biru.
meminta angka-angka
yang tertata di tubuhmu
melengkapi kalimat gagal euforia.
pada dinding sepi.
pada punggung bukit melati.
aku menitipkan sehampar kabut
yang dapat membendung rindu.
sebelum kota-kota mati
disengat matahari.
Yogya, 2021.
ilustrasi: lukisan terakhir Makhfoed.