Tak hanya pondok-pondok pesantren, kompleks makam KH Abdurrahmah Wahid alias Gus Dur di kompleks Pondok Pesantren Tebuireng pun mulai diisolasi atau “lockdown”. Keputusan untuk menutup makam Gus Dur diambil oleh pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur.
Melalui surat edaran bertanggal 14 Maret 2020, Pengasuh Pesantren Tebuireng menutup kompleks makam pondok pesantren yang berlaku mulai 16 Maret 2020. Dengan demikian, tidak boleh ada kunjungan ziarah ke kompleks makam tersebut. Padahal, biasanya saban hari kompleks makam ini banyak dikunjungi orang dari seluruh penjuru Tanah Air.
Di kompleks makam Pesantren Tebuireng, selain makam Gus Dur, terdapat makam Hadratus Syeikh KH M Hasyim Asy’ari dan Ny Hj Nafiqoh (istri); KH A Wahid Hasyim dan Ny Hj Solechah (istri); KH Abdul Kholik Hasyim; KH Ma’shum Ali (pengarang kitab shorof Amtsilatus Tasbrifiyyab) dan Ny Hj Khoiriyah Hasyim (istri); dan KH Sholahuddin Wahid.
Keputusan itu diambil berdasarkan hasil rapat pimpinan dan majelis keluarga Pesantren Tebuireng dengan mempertimbangkan Surat Edaran Gubernur Jawa Timur dan Surat Edaran Bupati Jombang terkait Peningkatan Kewaspadaan Covid-19. Penutupan kompleks makam dimaksudkan sebagai langkah preventif terhadap penyebaran virus Corona.
Jika kompleks makam tidak ditutup, demikian kata Pengasuh Pesantren Tebuireng KH Abdul Hakim Mahfudz, dikhawatirkan akan berdampak pada penyebaran dan penularan Covid-19. “Kami kawatirkan kerumunan orang akan berdampak pada penyebaran virus itu,” ujar Gus Kikin, sapaannya, seperti dikutip surya.co.id.
Dalam surat edaran tidak disebutkan sampai berapa lama penutupan makam Gus Dur ini. Namun, jika situasi sudah kondusif, kompleks makam akan dibuka kembali untuk kunjungan ziarah. “Kalau sudah memungkinkan untuk dibuka, kami buka. Kami imbau kepada para peziarah untuk jangan berziarah dulu,” katanya.