Bulan Ramadan tinggal menghitung hari. Siapkah kita menjalaninya dengan khusyuk, tenang, dan bahagia?
Bulan Ramadan memiliki makna dan keistimewaan tersendiri bagi umat muslim yang menjalaninya, tidak terkecuali anak-anak. Seluruh aktivitas positif yang dijalankan di bulan suci bernilai ibadah. Tidak sedikit masjid-masjid pun ikut serta menyambut bulan yang penuh keberkahan ini dengan berlomba-lomba menyelenggarakan kegiatan mulai dari buka puasa bersama, pesantren kilat, sampai pada aktivitas pengajian.
Jika kita lihat, anak-anak adalah sosok yang paling bahagia menyambut Ramadan. Kegiatan yang dilaksanakan di masjid menjadi daya tarik tersendiri bagi anak-anak, seperti buka bersama, pemberian takjil gratis, salat tarawih, dan tadarus.
Namun, pertanyaannya, apakah masjid sudah menerapkan konsep ramah anak? Karena sepengalaman saya, saat melaksanakan ibadah tarawih di masjid, seringkali melihat anak-anak yang dibentak oleh sejumlah pengurus atau jamaah. Alasannya, aktivitas anak-anak di masjid dianggap berisik, menimbulkan keributan, sehingga mengganggu kekhusyukan jamaah lainnya selama beribadah.
Maka, tindakan pengusiran, pemukulan, hingga pada perilaku diskriminasi lainnya kerap dialami oleh anak-anak pada saat mereka bermain atau beraktivitas di dalam masjid.
Padahal, bukankah itu semua adalah bentuk kekerasan fisik dan verbal pada anak? Pengalaman ini malah akan membuat anak menjadi trauma dan meninggalkan atau menjauh dari masjid.
Dalam beberapa dekade ini banyak orang yang tidak paham bahwa melakukan tindak kekerasan pada anak di manapun saja, meski di tempat ibadah, akan berdampak pada kondisi psikologis mereka.
Bentuk kenakalan yang dilakukan oleh anak-anak selama di lingkungan masjid, sepanjang pengamatan saya, masih terbilang normal. Saat azan berkumandang mereka berbondong-bondong datang ke masjid dengan raut wajah yang gembira, apalagi bertemu dengan banyak teman sebayanya, sambil lalu bercerita tentang hal-hal yang mengasyikkan disertai dengan canda tawa yang menggelegar. Apalagi berada di tempat yang terbilang luas memberikan ruang mereka untuk bergerak bebas.
Dunia anak adalah dunia bermain. Konsep ini perlu dipahami oleh kita sebagai individu dewasa. Kita juga sudah mendengar banyak kisah bagaimana Rasulullah saat salat dan ketika bersujud lalu ada cucunya, Hasan dan Husein yang suka melompat ke punggung Rasulullah. Saat Rasulullah mengangkat kepala, perlahan Rasulullah memindahkan sang cucu dan meletakkannya di sampingnya.