Mitos menjadi salah satu kepercayaan yang sangat penting bagi masyarakat Jawa tempo dulu. Terbukti, dalam setiap gerak dan tingkah lakunya, masyarakat Jawa erat sekali perhatiannya relasinya mitos-mitos dan kepercayaan yang begitu besar.
Dalam kehidupan sehari-hari mitos sangat berpengaruh, sehingga ada banyak macam mitos yang diciptakan oleh masyarakat Jawa, dan hal ini berlangsung sampai sekarang.
Ada banyak macam mitos-mitos yang lahir dan berkembang dalam keseharian masyarakat Jawa, meskipun hari ini kepungan budaya dari luar sangat masif. Alasan mitos bisa bertahan sampai di era modern ini adalah kepercayaan masyarakat yang bersumber dari berbagai kisah yang dihasilkan dari kolaborasi kebudayaan Jawa asli, kebudayaan era Jawa Saka (Hindu-Jawa), dan kebudayaan yang lahir pada zaman pra-Islam masih tetap dilestarikan.
Budiono Herusatoto, dalam buku berjudul Mitologi Jawa ini, mengajak pembaca untuk terus menggali mitos-mitos Jawa yang masih terkubur oleh zaman. Buku yang disajikan dengan gaya penulisan ringan ini tentu bisa menjadi pintu masuk untuk dan mengenal lebih luas tentang kehidupan masyarakat Jawa dengan mitos-mitosnya.
Dari sini, Budiono justru memberi sinyal bagus untuk generasi milenial kembali ke akarnya. Lebih dekat kepada alam, kepada tumbuhan, air dan segala apa yang ada di atas dan di bawah bumi. Itulah kesadaran atas pengetahuan lokal yang digaungkan oleh penulis buku ini.
Perihal mitologi Jawa ini, Budiono membagi menjadi tiga bagian penting. Pertama, mitos tradisional yang berasal dari legenda Jawa asli. Kedua, mitos tradisional yang berawal dari cerita fiksi. Dan, yang terakhir, percampuran antara keduanya.
Untuk mitos tradisional yang pertama, penulis buku ini mencoba untuk menelusuri lakon carangan wayang Purwa sebagai contoh. Lakon carang wayang Purwa ini lahir dari karya pendongeng (adicarita) zaman Jawa Saka.
Disebutkan, lakon Purwakala bukan hasil tiruan dari epos Ramayana dan Mahabarata, melainkan benar-benar lahir dari rahim awal abad Saka yang sering diberi nama Purwakala, yang artinya awal zaman atau Murwakala yang bermakna memulai zaman (hal. 34). Istilah Murwakala adalah bahasa perlambangan untuk peristiwa yang menimpa atau dialami oleh masyarakat Jawa. Sehingga di sini ada yang namanya waktu atau sangat.