Untuk pertama kalinya, pementasan teater di Pondok Pesantren Fadlun Minalloh, Pleret, Bantul disajikan dalam bentuk film. Proyektor memancarkan cahaya terang ke layar besar berwarna putih di atas panggung.
Ratusan pasang mata pun segera tertuju ke arah sana. Hampir semua penonton fokus menyimak film yang ditayangkan di layar tersebut, meskipun saat itu sudah pukul 11 malam dan merupakan pementasan terakhir.
Pementasan terbaru ini dihadirkan oleh pengurus asrama pelajar pada acara pembukaan Haflah Akhirusanah, Minggu 4 Juli 2021. Film tersebut diberi judul The Jemput, berdurasi kurang lebih 58 menit. Tsaqib Hidayat, selaku kameramen sekaligus editor, berharap film tersebut dapat tayang di Youtube. “Tapi kita lihat saja nanti kelanjutannya,” ujarnya.
Konsepnya, menurut penuturan Tsaqib, cukup sederhana. Seorang alumni pondok pesantren yang jadi supir mobil menghampiri kawan-kawan lama di pesantrennya dulu. Diajaknya semua kawan itu untuk pergi ke pesantren entah dengan tujuan apa. Tujuan inilah yang menjadi misteri bagi kawan-kawan si supir mobil. Penonton pun turut penasaran. “Supaya semua menunggu penampilan kami di malam puncak Haflah Akhirusanah,” ujar Tsaqib.
Pendapat Penonton
“Kalau dibilang menghibur, sangat menghibur. Perlu diapresiasi. Terutama karena pementasan seperti ini belum pernah ada,” ungkap Ari, salah satu santri asrama mahasiswa.
Lebih lanjut Ari mengungkapkan, video yang ditampilkan itu membuatnya penasaran. Akan tetapi, arah tujuan ceritanya belum jelas. Sebagaimana menonton film pada umumnya, Ari berusaha memahami cerita yang disuguhkan, tapi belum menemukan titik temu. “Filmnya bikin penasaran. Tapi, alur ceritanya menurutku kurang detail sih,” akunya.
Meski demikian, Ari senang ada pementasan seperti itu. Menurut santri asal Jambi tersebut, penampilan aktor sudah cukup bagus. Ia memberi apresiasi untuk aktor dan kameramen film tersebut. “Kalau untuk aktor, bagus. Saya apresiasi sekali. Apalagi kameramennya. Bagus pengambilan gambarnya,” lanjutnya.
Karena cerita dalam film itu akan dilanjutkan dengan pementasan di malam puncak nanti, Ari berharap dapat menemukan ‘titik temu’ yang ia cari sejak awal menyimak cerita. “Yang melatarbelakangi penjemputan-penjemputan itu apa. Kalau perlu, dipentaskan juga kenapa jadi petani, kenapa itu ada yang jadi gila,” pungkasnya.