Ramadan dan Kesalehan Sosial

72 views

Momentum bulan Ramadan sudah biasa kita dapati sebagai sarana untuk melakukan kebaikan. Bebagai keutamaan yang ada pada bulan suci tersebut menjadi motivasi tersendiri bagi umat Islam dalam beribadah. Di dalam agama, ada ibadah yang sifatnya individual dan ada pula yang sifatnya sosial. Keduanya sama-sama menjadi tren dalam bulan suci Ramadan.

Tak hanya itu, Ramadan juga merupakan bulan yang penuh keberkahan dan kemuliaan. Karena itu, hikmah dan kebajikannya bersifat multidimensional, tak hanya mementingkan moral dan spiritual serta membentuk keshalehan individual saja, melainkan juga membentuk dan membangun kesalehan sosial. Karena dalam kenyataannya, hari masih kita jumpai ketimpangan antara keshalehan individual dan keshalehan sosial. Artinya masih ada orang yang shaleh secara individual, namun kurang saleh secara sosial.

Advertisements

Kesalehan individual kadang disebut juga dengan kesalehan ritual, karena lebih menekankan dan mementingkan pelaksanaan ibadah ritual. Pun, juga disebut kesalehan individual, karena hanya mementingkan ibadah yang semata-mata berhubungan dengan Tuhan, dan lebih mengutamakan kepentingan diri sendiri tanpa membantu masyarakat sekitar.

Sementara, pada saat yang sama mereka tidak memiliki kepekaan sosial, diskomonikasi, dan kurang menerapkan nilai-nilai Islami dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan, kesalehan sosial menunjuk pada perilaku yang sangat peduli dengan nilai-nilai Islami, dalam hal ini yang bersifat sosial. Oleh karena itu, dalam Islam, kedua corak kesalehan (individu maupun sosial) adalah suatu keniscayaan dan kewajiban yang harus dimiliki oleh seseorang, khususnya kaum muslim. Lebih dari itu, kriteria kesalehan seseorang tidak hanya diukur dari ibadah ritual dan individualnya saja, tetapi juga dilihat dari output (hasil) sosialnya.

Islam bukanlah agama individual, melainkan sebagai agama rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin), agama yang interaksi sosial. Meminjam bahasa Jurgen Habermas yaitu “komunikasi”. Karna pada dasarnya, manusia diciptakan saling berpasang-pasangan dan bersaudara, hablum min an-naas.

Dalam hal ini, keharusan membangun sosial, interaksi sosial pada sesama umat muslim terlebih juga pada non-muslim. Al-Qur’an sudah menjelaskan hal itu dalam surah Al-Hujurat ayat 10:

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan