Refleksi Sufistik Perayaan Tahun Baru

2,581 kali dibaca

Peringatan dan pergantian tahun baru, selalu jatuh pada tanggal 1 Januari. Selalu begitu, berulang di setiap tahunnya. Dan memang demikian, tidak ada yang dapat menghentikan pergantian tahun. Karena hakikat tahun baru adalah refleksi dari berjalannya waktu. Kali ini, tahun baru Masehi tepat pada hari Sabtu, 1 Januari 2022. Apa yang mesti kita persiapkan dalam menyambut tahun baru? Berpesta pora, menyalakan kembang api, atau bersuka ria?

Sebenarnya, setiap kita telah mengetahui bahwa tahun baru pasti datang tepat pada tanggal 1 Januari. Mengapa masih diberitahukan? Memberi tahu tentang apa pun saja tidak menunggu orang tidak tahu. Bahkan meskipun orang yang sudah tahu dan paham pun tidak akan lepas dari sebuah pemberitahuan. Karena memberi tahu akan sesuatu adalah hak kemanusiaan personal yang tidak dibatasi oleh ketahuan dan kepahaman lainnya. Sebuah refleksi kemanusiaan (insaniyah) yang dibangun di atas hakikat kehidupan yang sangat beragam.

Advertisements

Melalui chanel YouTubenya, Abdul Wahid Hasan, seorang doktor dan dosen pascasarjana di STIK Annuqayah, mencoba merefkeksikan tahun baru melalui konsep sufistik. Bahwa sebenarnya, hakikat makna tahun baru adalah bertambahnya usia seseorang. Umur semakin bertambah dan waktu hidup di dunia semakin berkurang. Jika sebelumnya kita berusia 30 tahun, maka di tahun baru bertambah menjadi 31 tahun. Jika kita berusia 40 tahun, maka memasuki tahun baru menjadi 41 tahun. Demikian seterusnya, usia seseorang akan menjadi bertambah dan kesempatan untuk hidup di dunia semakin berkurang.

Tidak ada gunanya kita menumpuk dan berbangga dengan harta, jika rasa kikir kita di hati tetap tak berkurang. Tidak ada gunanya kita bekerja siang dan malam, jika di hati kita tidak semakin tumbuh rasa kasih dan sayang. Tidak ada gunanya kita berpesta pora, membakar kembang api warna-warni, jika semakin hari hati kita semakin gersang. Mari kita renungkan, muhasabah diri, tentang hidup kita sendiri. Adakah sudah mencapai konsep asasi manusia yang seutuhnya? Atau masih perlu perbaikan dan peningkatan kapasitas insaniyah?

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan