Ramadhan merupakan bulan yang ditunggu oleh semua umat Islam di belahan dunia manapun. Banyak tradisi yang dilaksanakan umat Islam saat akan memasuki bulan Ramadhan. Tradisi ini dilakukan secara turun-temurun dari umat terdahulu sampai sekarang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Tradisi ini merupakan akulturasi dari budaya dan agama yang mencampur menjadi satu dan membentuk tradisi baru.
Megengan
Untuk masyarakat Jawa, mungkin sudah tidak asing lagi dengan tradisi ini. Di daerah saya, megengan dilaksanakan sehari sebelum memasuki bulan suci Ramadhan. Istilah megengan berasal dari megeng yang berarti menahan.
Dengan demikian, tradisi ini memiliki simbol ketika akan memasuki bulan puasa, umat Islam harus bersiap menahan hawa nafsu dan juga godaan. Bukan hanya menahan lapar dan dahaga, namun juga menahan diri untuk berbuat atau berkata-kata yang tidak baik selama bulan Ramadhan berlangsung.
Umat Islam yang melaksanakan tradisi ini akan membuat nasi berkat yang kemudian dibawa ke masjid untuk didoakan oleh seorang kiai. Nasi berkat mempunyai simbol untuk memohon berkah atau nikmat dari Sang Kuasa untuk bisa menjalankan ibadah puasa dan merasakan nikmatnya orang berpuasa serta mendapatkan pahalanya. Berkat diambil dari bahasa Arab, yaitu barokah yang berarti berkah atau nikmat. Nasi ini dikumpulkan menjadi satu, dan setelah acara selesai, semua orang bebas mengambil nasi berkat yang bukan miliknya. Dalam artian mengambil milik orang lain.
Hal ini banyak mempunyai nilai positif, mulai dari keikhlasan seseorang ketika nasi berkat miliknya yang sudah dibuat dan diberikan lauk terbaik diambil dan dimakan orang lain. Nilai positif yang kedua sesama umat Islam sudah bermajelis, yang mana berkumpul merupakan hal baik yang sering dilakukan Rasulullah SAW.