Majunya teknologi dalam beberapa dekade terakhir telah berimbas di banyak hal, salah satunya adalah transformasi sosial ke dalam dunia digital, termasuk dalam hal dakwah. Pada mulanya, dakwah dilakukan dengan cara konvensional, yang memerlukan pertemuan tatap muka seperti dalam pengajian-pengajian. Namun, dengan semakin berkembangnya media digital, dakwah kini mulai banyak dilakukan secara virtual.
Di satu sisi, penggunaan media digital dalam dakwah dapat mempermudah semakin tersebarnya dakwah ke berbagai kalangan, tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Namun, di sini lain, masifnya dakwah di media digital jika tidak diimbangi oleh kecerdasan literasi digital penggunanya bisa menjadi ruang subur tersebarnya hoax dan kebencian.
Kita tidak bisa menutup mata bahwa ada banyak sekali dakwah yang mengafirmasi kebencian dan kekerasan pada golongan lain, yang tentu saja kita sepakati sebagai dakwah yang tidak merepresentasikan nilai-nilai keberislaman yang kita kenal dan kita pahami selama ini. Dan dengan begitu cepatnya arus informasi beredar di media sosial, mustahil bagi siapa pun untuk mengontrol dakwah apa pun yang ada di media digital.
Satu solusi yang paling memungkinkan dalam merespons hal tersebut adalah dengan turut menjadi produsen dakwah-dakwah juga dengan membanjiri media digital dengan dakwah-dakwah Islam yang penuh kasih. Hal ini penting dilakukan mengingat pengguna media digital di Indonesia termasuk salah satu yang paling banyak di dunia.
Berbagai platform media digital seperti media sosial yang tidak hanya menjadi ruang untuk saling berkomunikasi dengan kenalan atau kerabat, tetapi juga kini banyak dimanfaatkan sebagai ruang-ruang berdakwah. Dakwah-dakwah virtual tersebut umumnya memang menyasar masyarakat urban, khususnya anak muda-anak muda muslim urban. Berbeda dengan masyarakat urban, masyarakat di perdesaan umumnya lebih banyak yang mentradisikan ngaji secara langsung baik di musala maupun masjid di sekitar lingkungan rumahnya masih-masing.
Meskipun demikian, kondisi beberapa tahun terakhir ini menunjukkan bahwa baik masyarakat urban maupun perdesaan kini sudah mulai akrab dengan dakwah-dakwah virtual tersebut, karena penggunaan ponsel pintar juga sudah mulai merata di berbagai daerah.