Ketika masih anak-anak, masa-masa di Sekolah Dasar, saya salah satu yang tergolong “tung-ul” atau “nong-ol”. Maksudnya, di mana terdengar bunyi tunggg atau nonggg dari suara tetabuhan gong atau kenong, di situ saya pasti nongol atau muncul (mecungul).
Paribasan itu untuk menggambarkan suasana batin anak-anak di masa itu, termasuk saya, yang menggandrungi seni pertunjukan, termasuk pagelaran wayang kulit. Di masa saya sebagai kanak-kanak, di lingkungan desa saya, wayang kulit menjadi pertunjukan terfavorit bagi masyarakat yang punya hajatan, baik untuk acara khitanan maupun pernikahan. Jika seseorang mampu nanggap wayang kulit atau wayangan, acara hajatannya sudah tergolong wah. Berkelas.
Di situlah, di setiap acara wayangan, saya bersama beberapa kawan selalu muncul, nongol, mecungul. Entah siang ataupun malam. Sebab, saat itu, wayangan biasanya terdiri dari dua sesi, sesi siang dan sesi malam. Sesi siang biasanya berlangsung dari pagi hingga menjelang maghrib. Sedangkan, sesi malam dimulai bakda isya dan berakhir sehabis subuh.
Meskipun tak paham-paham amat terhadap cerita yang dinarasikan ki dalang, saya nyaris tak pernah absen menonton pertunjukan yang dimainkan sang dalang. Tapi yang lamat-lamat bisa saya tangkap dalam masa kakak-kanak itu, cerita-cerita yang terselip dari setiap lakon yang dibawakan ki dalang adalah ajaran-ajaran tentang kebaikan, ajaran-ajaran tentang pencarian hakikat hidup. Banyak pelajaran yang bisa dipetik darinya.
Saya sendiri lebih sering menonton di sesi malam, begadang semalaman, karena ada kewajiban sekolah sepanjang siang hari. Begitu gandrungnya saya akan pertunjukan wayang, giliran mau disunat, itulah persyaratan yang saya ajukan kepada orangtua: nanggap wayang!
Tentu saja syarat yang saya ajukan itu menyebabkan keluarga besar dirundung kehebohan. Ada yang setuju wayangan. Ada yang malah mengharamkannya. Begitu beragam pendapat di keluarga besar saya. Tapi kalau tak menggelar pertunjukan wayang, saya ogah disunat! Akhirnya orangtua mengalah, meskipun sebagian anggota keluarga besar tak setuju.