2TAHUN DUNIASANTRI (11): MEMBANGUN RELASI KESANTRIAN

39 views

Terperangkap dalam platform duniasantri.co menemukan jejak-jejak sejarah kesantrian dan kepesantrenan. Sebuah romansa masa lalu bagi para alumni santri, dan suatu riak pengalaman yang mengasyikkan bagi santri aktif.

Web ini menjanjikan sekaligus menyediakan beragam manuskrip yang dapat dijadikan pengetahuan, pengalaman, dan sekaligus refreshing. Di samping itu yang tidak kalah pentingnya lagi, duniasantri menjadi jejaring relasi kepesantrenan, membangun silaturrahmi santri yang lebih intensif.

Advertisements

Keberadaan duniasantri tidak lepas dari kepesantrenan. Pesantren dan santri adalah sebuah realita atas eksistensi peradaban yang tidak dapat dipandang sebelah mata. Maka, dapat dipastikan bahwa dunia santri dalam makna literasi menasbihkan keberadaan dinasti pendidikan yang memberikan banyak manfaat positif bagi bangsa dan negara. Pesantren yang di dalamnya santri yang sedang mengenyam pendidikan (Islam) merupakan lembaga pendidikan yang sangat urgen dan signifikan.

Saya berkesempatan mengembangkan literasi di duniasantri selama hampir satu tahun. Tidak sedikit kawan-kawan dari pesantren lain yang kemudian terbangun relasi dan koneksi yang saling membangun. Memberikan dampak positif dalam makna kesalingan merupakan nilai lebih yang ada di duniasantri.

Tentu saja yang dimaksud relasi santri di sini adalah kesantrian dengan makna luas. Santri yang benar-benar pernah belajar di sebuah pondok pesantren. Atau juga santri yang memiliki jiwa kepesantrenan, loyalitas kesantrian untuk berkiprah positif terkait pesantren.

Relasi kesantrian bukan sekadar hubungan hambar yang tidak memiliki makna. Di sini, barangkali, yang harus menjadi titik logika bahwa sebenarnya tautan pertemanan akan menjadi sangat berkualitas jika dibarengi dengan niat tulus dan ikhlas. Bahwa sebagai teman yang baik harus memberikan kemanfaatan. Begitu juga dengan sebuah wadah pertemanan, mestinya diapresiasi dengan sebaik-baiknya.

Misalnya saja, ketika duniasantri.co mengadakan temu silaturrahmi melalui jejaring virtual, dalam pengalaman saya hanya beberapa santri yang aktif mengikutinya. Dari sekian kontributor, yang ikut berpartisipasi dalam virtual silaturrahmi tidak sampai 25%. Pola pikir seperti ini perlu di-upgread agar terjadi hubungan timbal balik antara satu dengan lainnya. Relasi kesantrian yang dibangun oleh duniasantri menjadi berkualitas dan berdaya guna.

Tentu saja saya tidak berburuk sangka terhadap kenyataan yang ada. Sebab, kita berada dalam situasi dan kondisi yang tidak sama. Artinya, bisa sangat niscaya bahwa pada saat pelaksanaan virtual memiliki kegiatan lain yang tidak bisa ditinggalkan. Namun demikian, kita sudah sewajarnya menyempatkan sebuah titik waktu untuk meluangkan kesempatan ketika sebuah acara dirancang dan direncanakan. Pola laksana dalam pemikiran yang demikian akan menjadikan relasi dan koneksi yang akan semakin bernilai baik.

Memang, saya baru mengikuti acara virtual duniasantri selama tiga kali (saja). Kali yang pertama, bertajuk silaturrahmi. Dan yang berkesempatan hadir hanya segelintir kontributor saja. Kedua, bertanjuk teknis menulis artikel atau opini. Dalam kesempatan ini yang hadir juga tidak seberapa, meskipun lebih banyak dari yang pertama. Ketiga, pertemuan yang dipandang spektakuler, karena menghadirkan orang-orang yang mumpuni dari Harian Kompas. Putu Fajar Arcana dan Mohammad Hilmi Faiq adalah dua nara sumber yang mendapat magnet tersendiri bagi para kontributor dan pembaca duniasantri. Pada acara teknis penulisan cerpen ini dihadiri oleh banyak peserta, barangkali, di samping kualitas nara sumber, juga pemberian sertifikat dapat menjadi daya tarik tersendiri.

Di duniasantri.co saya dapat bertegur sapa dengan banyak santri dari berbagai pondok yang ada di Indonesia. Hal ini semakin memberikan pengalaman dan pembelajaran dalam kehidupan, bahwa nun jauh di sana begitu banyak pondok dan lembaga pesantren, baik yang sekopnya kecil maupun yang sudah terkenal hingga ke manca negara. Pertemanan ini akan semakin menarik dan memberikan efek positif ketika dideskripsikan dalam bentuk naskah tulis dari berbagai genre.

Salah satu naskah tulisan yang saya nanti-nantikan adalah “Potret Pesantren Mandiri,” yang dalam hal ini masih terjabarkan dua pesantren dari sembilan pesantren yang terekam. Potret Pesantren Mandiri ini memberikan gambaran yang lebih jelas terkait dengan kegiatan dalam sebuah pesantren yang tidak hanya terpaku dan terpukau oleh pengajian dan ritual peribadatan. Bukan berarti ngaji dan ibadah tidak penting, akan tetapi mandiri dalam makna positif memberikan makna yang lebih komprehensif daripada pesantren kebanyakan. Maka, hingga saat ini kelanjutan potret kemanadirian pesantren ini sangat saya tunggu.

Tentu saja, dari deskripsi sebuah pesantren akan memberikan hikmah kebaikan untuk saling memberikan kabar kebaikan. Sehingga, bagi pesantren lainnya dapat dijadikan semacam studi banding agar kebaikan itu menular dan dapat dipraktekkan di pesantren yang lainnya. Di sini makna relasi semakin jelas, membawa kemanfaatan dalam rangka menjadikan manfaat dalam kebersamaan kebaikan.

Namun kita tidak boleh abai, terkait dengan relasi (teman, kawan, handai tolan, kanca, konco, dan lain-lain) bahwa “Manusia yang paling lemah adalah orang yang tidak mampu mencari teman. Namun, yang lebih lemah dari itu adalah orang yang mendapatkan banyak teman tetapi menyia-nyiakannya.” (Ali bin Abi Thalib).

Melalui kesempatan anniversary duniasantri.co yang ke-2, saya mengucapkan, “Selamat ulang tahun, semoga relasi jejaring kepesantrenan semakin berkualitas dan berhikmah.”

Wallahu A’lam bis Shawab!

Multi-Page

Tinggalkan Balasan