Peran Pesantren Salaf dalam Konservasi Lingkungan*

142 kali dibaca

Pondok pesantren salaf telah lama dikenal sebagai pusat pendidikan Islam yang mendalami kitab-kitab klasik dan literatur kuno dalam tradisi Islam. Mereka tidak hanya mempelajari literatur klasik, namun juga mendalami ilmu gramatika bahasa Arab secara mendalam dan memiliki sanad ilmu agama yang dapat dipertanggungjawabkan.[1] Keberadaan mereka tidak hanya bertindak sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga sebagai penjaga keautentikan serta kesinambungan pemahaman terhadap ajaran Islam yang bermakna dalam konteks zaman yang terus berubah.

Dalam kesehariannya, pondok pesantren salaf tidak hanya berfokus mengajarkan ilmu agama, tetapi juga fokus dalam membentuk karakter dan moralitas para santrinya.[2] Mereka mengajarkan nilai-nilai Islam yang bersifat universal dan mendorong kesadaran akan tanggung jawab moral dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengajaran dalam pondok pesantren salaf bukan hanya tentang literatur klasik Islam, namun juga tentang bagaimana menerapkan nilai-nilai agama dalam praktik sehari-hari.

Advertisements

Salah satu nilai agama yang berusaha dipaktikkan oleh pondok pesantren salaf adalah nilai yang berkenaan dengan konservasi lingkungan. Penanaman nilai itu tercermin dalam pendekatan mereka terhadap alam dan cara mereka memandang lingkungan sekitar. Mereka tidak hanya mengajarkan nilai-nilai Islam tradisional, tetapi juga mengajarkan penghormatan yang mendalam terhadap alam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari karya Tuhan.[3] Pendekatan ini tercermin dalam praktik sehari-hari mereka, mulai dari kebiasaan menjaga kebersihan lingkungan hingga penggunaan sumber daya alam secara bertanggung jawab.

Salah satu tradisi di pondok pesantren salaf yang berkenaan dengan upaya konservasi lingkungan adalah “roan”. Dikutip dari artikel Mukafi Niam di website NU Online, tradisi ini biasa dilakukan di beberapa pondok pesantren salaf di Kediri, Jawa Timur, seperti Pondok Pesantren Lirboyo dan Pondok Pesantren Al-Falah Ploso. Tradisi itu sudah ditanamkan sejak dulu, dan dilaksanakan setiap hari Jumat oleh seluruh santri.

Tradisi itu terus dipertahankan untuk menumbuhkan kesadaran para santri terkait pentingnya lingkungan dalam kehidupan. Dalam realitanya, tradisi itu tidak saja bermanfaat untuk pondok pesantren salaf dan santrinya, tapi juga bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Hal itu dipaparkan oleh Mukafi dalam artikelnya yang berjudul, “Roan, Tradisi Pelihara Lingkungan Para Santri.” Dalam artikel itu, Mukafi menyampaikan bahwa pada tahun 2007, tradisi roan berhasil menginspirasi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Jawa Timur dalam hal konservasi lingkungan, termasuk dalam mengatasi problem sampah.[4]

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan