Jejak Sastra dari Bilik Pesantren

67 views

Penulis buku ini, Sastrawan Santri: Etnografi Sastra Pesantren, adalah seorang penyair yang lahir dari Pulau Garam, Madura. Raedu Basha merupakan sastrawan sekaligus santri yang sangat produktif menulis, terutama dalam genre sastra. Penulis dengan nama asli Badrus Shaleh ini menulis buku ini yang semula merupakan tesis Program Pascasarjana S-2 Departemen Antropologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Sebagimana yang Beliau ungkapkan di dalam prakatanya yang sangat fenomenal ini.

“Buku yang di tangan Anda ini, Sastrawan Santri: Etnografi Sastra Pesantren, pada mulanya merupakan tugas akhir pada Progran Pascasarjana S-2 Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, dengan judul Sastrawan Santri: Studi Etnografis Sastra di Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk, Sumenep, Madura, yang mana belum saya bayangkan menjadi sebuah buku… (hal. xiv),” demikian menurut penulis yang saat ini menjadi pimpinan di Pondok Pesantren Darus Salam Billapora, Ganding, Sumenep, Madura.

Advertisements

Santri menjadi sastrawan atau sastrawan yang dari kalangan santri adalah sebuah realita. Tidak sedikit sastrawan yang berasal dari pondok pesantren. Tentu saja melalui sebuah penelitian, observasi yang lebih intens, akan menjadi jejak sejarah bahwa dari pesantren lahir para sastrawan yang akan menghiasi kancah kesusastraan, baik regional, nasional, bahkan internasional (dunia).

Sesuai dengan hasil observasi dalam buku ini, bahwa sastarawan santri banyak lahir dari Madura, utamanya dari berbagai pesantren di Madura, khususnya Pesantren Annuqayah yang menjadi basis penelitian. Salah satu alasan, sebagaimana dituturkan oleh penulis yang punya penerbit Ganding Pustaka ini, bahwa dari Madura lahir bejibun sastrawan yang menghiasi literasi sastra di berbagai media kepenulisan.

Mengapa harus Madura? Ketika ditanya oleh penulis terhadap Nana Ernawati, ketua Lembaga Seni Sastra Reboeng, sebagai bagian dari teknis penelitian.

“Karena Madura saat ini merupakan daerah sastra. Banyak sastrawan-sastrawan Madura saat ini sangat fenomenal di dunia sastra, utamanya para penyair-penyair muda yang begitu subur lahir dari Tanah Garam itu. Karya mereka tampak unik sekali, lain daripada yang lain. Artinya, memiliki kekhasan yang menjadikan sastra Indonesia memiliki warna baru (hal. 3).”

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan