Nabi Muhammad adalah manusia pilihan Allah yang diutus untuk menyempurnakan akhlak. Nabi Muhammad sendiri mempunyai sifat dan akhlak yang sangat mulia. Salah satu misi kenabian dari Rasulullah adalah memperbaiki akhlak (umatnya). Sehingga, sebagai seorang muslim kita pun harus mengikuti sifat dan teladan Rasulullah.
Salah satu dari begitu banyak warisan Nabi Muhammad yang harus kita teladan adalah akhlaknya yang mulia. Akhlak Rasulullah yang menjadi teladan bagi umat Islam, karena kepribadian dan akhlak Rasulullah memiliki nilai-nilai yang bisa membuat kita lebih dekat kepada Allah.
Ada sebuah kisah pada zaman Rasulullah yang sangat menyentuh hati dan bisa membuat kita terpesona akan kemuliannya. Kisah itu ialah tentang seorang pengemis buta yang sangat membenci Rasulullah. Pengemis buta itu adalah seorang Yahudi yang biasa berada di sudut pintu di kota Madinah.
Diriwayatkan, pengemis buta itu sangat tidak suka akan ajaran yang didakwahkan oleh Rasulullah. Bahkan, pengemis buta itu selalu berpesan kepada siapa saja orang yang menghampirinya dan mengatakan, “Jangan sekali pun engkau dekati Muhammad. Dia itu gila, pendusta, tukang sihir.”
Namun, tanpa dia sadari, ternyata setiap hari Nabi Muhammad menghampirinya. Rasul selalu membawa makanan untuk menyuapi pengemis buta itu. Bahkan, Rasulullah tidak keberatan untuk menyuapinya dengan ikhlas dan penuh kasih sayang. Hampir setiap hari Rasulullah melakukan itu. Bahkan, Rasulullah tidak menghiraukan kata-kata yang terlontar dari mulut pengemis itu yang selalu mencaci dirinya.
Seiring jalannya waktu, Rasulullah wafat, dan menyisakan kesedihan yang teramat dalam di tengah para keluarga, sahabat, dan umat muslim pada umumnya. Kepemimpinanan pun sudah berada di tangan Khalifah Sayyidina Abu Bakar ash-Shidiq. Sang Khalifah ini memang sudah berniat dan bertekad untuk meneruskan tradisi bahkan termasuk rutinitas Rasulullah dalam kesehariannya.
Suatu hari, Sayyidina Abu Bakar berkunjung ke rumah istri Rasulullah, Sayyidatuna Aisyah sekaligus anak dari khalifah Abu Bakar sendiri. Kepada Aisyah, Abu Bakar bertanya tentang rutinitas keseharian Rasulul yang belum dilaksanakan oleh dirinya. Lalu Aisyah menjawab, “Wahai ayahku, engkau adalah seorang ahli sunnah, dan hampir tidak ada satu sunnah pun yang engkau belum laksanakan kecuali satu saja.”
Lalu diceritakanlah oleh Aisyah tentang pengemis buta itu yang setiap hari dikunjungi oleh Rasulullah untuk memberi makanan. Aisyah pun memberitahukan tempat di mana pengemis buta itu berada.
Dan keesokan harinya, Khalifah Abu Bakar menghampiri pengemis tersebut dengan membawa makanan, seperti yang biasa dilakukan Rasulullah. Betapa gembiranya Abu Bakar yang mendapati seorang pengemis tersebut. Lalu ia duduk di samping pengemis buta itu dan meminta izin untuk menyuapinya. Namun, seketika pengemis itu murka dan membentak-bentak, “Siapakah kamu?”
Khalifah Abu Bakar menjawab, “Aku adalah orang yang biasa menyuapimu.”
“Kau pendusta! Engkau bukanlah orang yang biasa mendatangiku,” teriak si pengemis itu lagi. “Jikalau engkau adalah orang yang biasa menyuapiku, maka tidak akan aku kesusahan untuk mengunyah makanan di mulutku. Karena, orang yang biasa mendatangiku itu selalu menghaluskan makanan terlebih dahulu dengan mulutnya sendiri.”
Abu Bakar pun sudah tidak kuasa menahan deraian air matanya. “Kau benar, aku memanglah bukan orang yang biasa mendatangimu dan menyuapimu. Aku adalah seorang sahabatnya, Abu Bakar. Orang mulia yang selalu mendatangimu telah wafat. Manusia mulia itu adalah Muhammad Rasulullah.”
Setelah mendengar semua penjelasan itu, pengemis itu seakan-akan tidak percaya bahwa orang yang setiap hari memberi perhatian kasih sayang kepada dirinya adalah orang yang sangat ia benci, selalu ia fitnah, dan yang selalu ia caci-maki. Maka, di hadapan Khalifah Abu Bakar pengemis buta itu pun mengucap dua kalimat syahadat, dan dia masuk Islam karena menyadari bahwa betapa mulia sifat dan akhlak yang dimiliki Rasulullah.
Dari kisah tersebut, maka amat sangat pantaslah Rasulullah menjadi idola bagi kita semua, karena tiada makhluk di dunia ini yang mempunyai kemuliaan dan akhlak yang sempurna seperti dirinya. Allah pun berfirman: “Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS Al-Ahzab: 21).