Analisis Semantik “Iman” dari Toshihiko Izutsu

216 kali dibaca

Sarjana non-muslim asal Jepang, Toshihiko Izutsu, mencoba menafsirkan kata “iman” dalam Al-Qur’an dengan pendekatan semantik. Ia menawarkan pemahaman yang luas dan sublim.

Cara berpikir Toshihiko Izutsu dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya yang menganut ajaran Zen Buddhisme. Izutsu mulai menunjukkan minat pada Islam ketika masih di bangku sekolah menengah atas. Minat ini dipicu oleh pengalamannya mengunjungi masjid dan Turkish Islamic Centre di Tokyo, serta belajar bahasa Arab dan Turki.

Advertisements

Keterlibatan dengan Islam ini membuat Izutsu tertarik untuk mempelajari Al-Qur’an secara lebih dalam dan memahami konteksnya secara lebih baik.

Pendidikan Izutsu di Keio University, Tokyo, juga mempengaruhi jalannya dalam mempelajari semantik Al-Qur’an. Awalnya, ia memilih spesialisasi di bidang ekonomi, namun kemudian ia pindah ke bidang English Literature untuk diajar oleh Profesor Junzaburo Nishiwaki. Keterlibatan dengan Nishiwaki, seorang sarjana yang berpengalaman dalam analisis bahasa, memungkinkan Izutsu untuk mempelajari analisis bahasa yang lebih dalam dan kemudian diterapkan pada analisis semantik Al-Qur’an.

Pengertian Semantik

Semantik menurut Izutsu adalah kajian  analitik terhadap istilah-istilah kunci suatu bahasa dengan suatu pandangan yang akhirnya sampai pada pengertian konseptual weltanschauung atau pandangan dunia masyarakat yang menggunakan bahasa itu.

Dalam hal ini, semantik tidak hanya berfokus pada penggunaan bahasa sebagai alat bicara dan berpikir, tetapi juga pada pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupinya. Maka metode analisis yang dikenal sebagai semantik Al-Qur’an berpusat pada pengkonsepan dan penafsiran dunia yang melingkupi Al-Qur’an.

Izutsu mengembangkan teori semantik ini untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang makna dan pesan yang terkandung dalam Al-Qur’an.

Izutsu telah melakukan banyak analisis semantik terhadap makna di dalam Al-Qur’an, salah satunya kata iman. Dalam karyanya, “The Concept of Belief in Islamic Theology”, Izutsu mengidentifikasi makna iman dalam teologi islam adalah suatu konsep yang kompleks dan memiliki banyak dimensi.

Izutsu juga mengidentifikasi beberapa konsep tentang iman, seperti taqwa yang berarti kesadaran dan kecintaan terhadap Allah, dan irja yang berarti pengharapan dan kepercayaan terhadap Allah.

Menurut Izutsu, iman dalam Al-Qur’an tidak hanya berarti keyakinan atau percaya diri, tetapi juga melibatkan aspek lain seperti kesadaran, pengalaman, dan perbuatan. Iman dalam Al-Qur’an juga mencakup keyakinan terhadap risalah Nabi Muhammad dan ajaran Islam lainnya.

Analisis Makna Iman

Toshihiko Izutsu memulai analisisnya dengan memahami makna dasar iman. Dia mengatakan bahwa iman adalah keyakinan seseorang terhadap Allah, nabi, kitab, dan sebagainya. Umat muslim menganut enam rukun iman yang digariskan dalam ajaran agama mereka.Dia melakukan analisis ini dengan menggunakan pendekatan semantik seperti analisis sintagmatik, paradigmatik, sinkronik, dan diakronik.

Analisis Sintagmatik

Analisis sintagmatik berkonsentrasi pada hubungan antara kata dalam rangkaian atau urutan tertentu, seperti bagaimana kata “iman” muncul dalam beberapa kalimat atau ayat Al-Qur’an. Analisis sintagmatik juga melihat konteks di mana kata tersebut digunakan, kata-kata yang sering muncul bersamanya, dan struktur kalimat.

Misalnya, dalam Al-Qur’an, kata “iman” sering dikombinasikan dengan kata-kata seperti “amal”, yang berarti perbuatan, “sadaqah”, yang berarti sedekah, dan “Allah”.

Contoh dalam QS. Al-Kahfi:88

وَاَمَّا مَنْ اٰمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهٗ جَزَاۤءً ۨالْحُسْنٰىۚ وَسَنَقُوْلُ لَهٗ مِنْ اَمْرِنَا يُسْرًا ۗ

“Adapun orang yang beriman dan beramal saleh mendapat (pahala) yang terbaik sebagai balasan dan akan kami sampaikan kepadanya perintah kami yang mudah-mudah”.

Dalam ayat ini kata “aamana” (orang yang beriman) diikuti oleh “wa ‘amila sholiha” (dan mengerjakan amal saleh), menunjukkan bahwa dalam struktur sintagmatik ada hubungan erat antara keimanan dan perbuatan baik.

Analisis Paradigmatik

Sebaliknya, analisis paradigmatik berkonsentrasi pada bagaimana kata-kata dalam sistem bahasa secara keseluruhan berhubungan satu sama lain, seperti bagaimana kata “iman” berhubungan dengan kata-kata lain yang memiliki makna atau fungsi yang sama atau berbeda.

Analisis paradigmatik melihat sinonim, antonim, dan variasi kata yang dapat digunakan dalam berbagai konteks. Dalam Al-Qur’an, kata “iman” dapat dikaitkan dengan kata-kata seperti “Islam”, yang berarti penyerahan, “taqwa”, yang berarti ketaatan, dan “kufr”, yang berarti kekafiran. Contoh dalam QS. An-Nisa’:136

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah, Rasul-Nya”

Dalam beberapa ayat, kata “iman”, yang berarti percaya, dikontraskan dengan kata “kufr”, yang berarti tidak percaya, menunjukkan hubungan paradigmatik antara konsep-konsep keyakinan dalam Islam.

Analisis Sinkronik

Analisis sinkronik menganalisis makna kata pada titik waktu tertentu tanpa memperhatikan perubahan yang terjadi sebelumnya. Izutsu melihat penggunaan “iman” dalam teks Al-Quran secara keseluruhan ketika wahyu diturunkan. Ia melihat bagaimana pendengar atau pembaca Al-Quran memahami kata “iman” pada masa itu.

Analisis sinkronik akan melihat setiap ayat yang menggunakan kata “iman” dan mencoba memahami hubungannya dengan konteks sosial dan budaya zaman Nabi Muhammad.

Analisis Dikronik

Analisis diakronik mengamati bagaimana makna kata berubah seiring waktu. Izutsu mungkin melihat bagaimana konsep “iman” berkembang dari masa pra-Islam hingga awal penyebaran Islam, serta bagaimana maknanya berubah atau tetap sama.

Izutsu juga mungkin melihat bagaimana “iman” digunakan sebelum Al-Qur’an dalam teks Islam atau sastra Arab kuno untuk melihat bagaimana penggunaannya dalam Al-Qur’an mencerminkan atau menolak makna-makna sebelumnya.

Pemahaman Mendalam

Toshihiko Izutsu mampu memberikan pemahaman yang mendalam dan komprehensif tentang makna “iman” dalam Al-Quran dengan menggabungkan analisis sintagmatik, paradigmatik, sinkronik, dan diakronik. Pendekatan semantik yang holistik ini membantu kita untuk memahami “iman” tidak hanya sebagai sebuah kata, namun juga sebagai konsep yang kaya dan berlapis yang berhubungan dengan berbagai aspek lain dalam teks Islam.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan