Salah satu pondok pesantren tertua di wilayah Cirebon, Pondok Pesantren Assalafie, menemukan cara cepat bisa belajar mengaji. Metodenya disebut “Auzan”. Dengan metode itu, hanya dalam waktu enam bulan, santri bisa menguasai nahwu shorof sebagai modal lancar membaca kitab kuning.
Didirikan oleh KH Syaerozie Abdurrohim, salah satu pondok pesantren tertua ini terletak di Desa Babakan, Ciwaringin, Kabupaten Cirebon. Pondok ini kini diasuh putranya, KH Azka Hammam Syaerozie dan KH Yasyif Maemun Syaerozie. Kedua kiai inilah yang menemukan gagasan cara cepat mempelajari ilmu gramatika Bahasa Arab, nahwu dan shorof, yang belakangan dikenal dengan istilah “Metode Auzan”.
Pondok Pesantren Assalafie yang dirintis sejak 1969 ini sebenarnya merupakan pengembangan dari pondok kuno, Pondok Pesantren Babakan, Ciwaringin, Cirebon yang ditengarai telah ada sejak sekitar tiga abad lalu dan disebut sebagai yang tertua di Jawa Barat. Materi pendidikan yang diajarkan di pesantren ini mencakup beragam bidang ilmu, mulai dari bidang hukum (fikih), teologi (tauhid), pendidikan moral (tasawuf), gramatika bahasa Arab (nahwu, saraf, balaghah), hingga pendidikan keterampilan.
Fasilitas pendidikan di Pondok Pesantren Assalafie juga cukup memadai. Ada lembaga pendidikan formal seperti Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) Assalafie. Ada juga Universitas Nahdhatul Ulama (UNU). Selain itu ada Pengajian Madrasah Informal (MHS), yang meliputi pengajian al-Quran, spesialisasi kajian ilmu alat, bahtsul masail diniah, diskusi ilmiah, dan berbagai pelatihan ketrampilan.
Jumlah santri di Pondok Pesantren Assalafie kurang lebih 1000 orang dan tiap tahun terus bertambah. Mereka berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan luar Jawa, seperti Lampung, Jambi, Riau, dan lainnya.
“Metode Auzan”
Berdasarkan pengalaman selama bertahun-tahun mendidik ribuan santri untuk bisa mengaji, Pondok Pesantren Assalafie akhirnya menemukan “Metode Auzan”, satu metode cepat untuk menguasai ilmu alat, nahwu dan shorof. Dengan penguasaan ilmu alat inilah seorang santri akan dimudahkan untuk mempelajari kitab kuning atau kitab gundul.
Metode ini ditemukan secara “tak sengaja”. Bermula dari keinginan sekelompok santri untuk belajar nahwu-shorof secara intensif yang dibimbing langsung KH Yasyif Maemun Syaerozie selaku pengasuh Pondok Pesantren Assalafie. Dari pembelajaran intensif inilah akhirnya ditemukan metode khusus agar para santri cepat menguasai ilmu alat.
Seiring berjalannya waktu dan semakin meningkatnya antusias para santri dalam memahami ilmu nahwu-shorof, maka pada 2017 KH Yasyif Maemun Syaerozie menetapkan program ini sebagai salah satu program resmi yang ada di Pondok Pesantren Assalafie, yang kemudian dikenal dengan istilah “Metode Auzan”.
Dalam metode ini, pembelajaran ilmu alat dibagi ke dalam tiga kelompok pembahasan, yaitu Tartib al-Masa’il, Tamyiz al-Masa’il, dan Li Qodri al- Hajat. Dengan pengelompokan baru ini, masalah-masalah atau soal-soal yang sesuai atau ditempatkan pada satu bab khusus. Ini memudahkan atau tidak memberatkan santri yang sedang belajar ilmu alat. Selain itu, melalui metode ini, tiap materi dalam nahwu dan shorof dijelas-ajarkan sesuai dengan kebutuhan, dalam arti diambil poin pentingnya saja. Hal ini dilakukan sebagai upaya mempermudah dan mempercepat santri dalam memahami nahwu dan shorof.
Penyelanggaraan program khusus “Metode Auzan” juga menerapkan sistem kelas pada setiap tingkatannya. Hal ini bertujuan agar kegiatan belajar mengajar dapat terpantau secara maksimal. Ketiga kelas pada program “Metode Auzan” ini meliputi qira’at, tarjamah, dan insya. Setiap kelas menempuh waktu selama satu tahun. Namun, jika terdapat santri yang tidak mampu mencapai target, maka ia harus mengulang kembali pada tahun berikutnya.
Berdasarkan pengalaman selama “Metode Auzan” ini diterapkan, santri dapat lebih mudah dan cepat dalam memahami ilmu nahwu dan shorof. Karena, teori-teori yang disajikan sangat mudah dan praktis, sehingga dalam waktu enam saja bulan santri sudah dapat membaca kitab kuning.
Banyak prestasi yang telah diraih oleh para santri yang mengikuti program ini. Di antaranya, juara lomba Musabaqoh Qiroatul Qutub se-Kabupaten Cirebon dan se-Provinsi Jawa Barat. Kitab yang diikutkan pada setiap lomba pun bervariasi, mulai dari bidang ilmu fikih, nahwu, tauhid, dan sebagainya.
Kini, Metode Auzan semakin dikenal, diminati, dan diadopsi banyak pondok pesantren yang berada di wilayah Cirebon dan sekitarnya.