Beraksi di Depan Para Diplomat

38 views

*Catatan Perjalanan Ki Ageng Ganjur ke Vatikan (8)

Pentas di Lapangan Basilika Santo Petrus dan bernyanyi di hadapan Paus merupakan klimaks dari Roadshow Internasional Ki Ageng Ganjur ke Vatikan. Setelah selesai dari Basilika, rasanya semua beban sudah terlepas. Padahal, hari itu Ganjur masih harus menyelesaikan satu kegiatan yang tak kalah penting, yaitu konser di hadapan para diplomat asing dan tamu undangan di auditorium KBRI Takhta Suci Vatikan.

Advertisements

Event yang diselenggarakan oleh KBRI ini dilaksanakan pada Rabu malam, jam 19.30 waktu Vatikan. Selain untuk menggemakan suara perdamaian lintas iman melalui seni budaya, acara ini juga dimaksudkan untuk memperkenalkan budaya Nusantara kepada masyarakat internasional. Meski memiliki bobot yang berbeda dengan yang di Basilika, namun event ini memiliki nilai strategis yang sama.

Berdasarkan informasi dari pihak KBRI, ada puluhan Duta Besar yang telah konfirmasi akan hadir di acara ini. Selain para diplomat, banyak juga mayarakat Indonesia yang konfirmasi hadir. Mereka adalah para romo yang sedang menempuh pendidikan atau bertugas di Vatikan, mahasiswa, dan pejabat KBRI Roma.

Melihat nilai strategis dan para undangan yang akan hadir, dapat dikatakan misi besar Ki Ageng Ganjur dalam roadshow kali ini berpusat pada hari yang sama, Rabu 4 Desember. Sehingga, pada hari itu Ganjur benar-benar kerja ekstra untuk mensukseskan kedua event tersebut.

Bisa dikatakan, event di Lapangan Basilika ibarat upacara ijab kabul. Sedangkkan, yang di KBRI adalah perayaan resepsi. Sebagai rangkaian dari suatu acara, maka acara yang di KBRI juga harus sukses seperti acara di Lapangan Basilika.

Untuk mensukseskan acara tersebut, siang hari sepulang dari Basilika, seluruh personil Ganjur langsung setting peralatan musik, check sound, dan latihan bersama dengan para musisi yang akan kolaborasi.

Pada pagelaran ini, Ganjur akan berkolaborasi dengan satu kelompok musik bernama “Gong Wisnu Swara”, suatu grup musik gamelan yang semua personilnya orang Italia. Selain itu, juga berkolaborasi dengan tiga orang Romo yang sedang belajar di Vatikan. Mereka adalah Romo Tomy, Romo Even, dan Romo Rico.

Menjelang pukul 20.00 acara dimulai dengan sambutan dari Dubes RI untuk Takhta Suci Vatikan, Bapak Michael Trias Kuncahyono. Dalam sambutannya, Pak Dubes menyampaikan bahwa pagelaran ini bertemakan “suara perdamaian lintas iman”.

Tema ini mencerminkan adanya upaya membangun perdamaian dan persaudaraan lintas iman melalui budaya. Selain itu, pagelaran malam ini juga merupakan upaya untuk memperkenalkan keberagaman budaya Indonesia.

“Kami memiliki adat dan tradisi yang beragam. Ada ratusan etnis yang masing-masing memiliki seni budaya yang berbeda-beda. Kami merajut perbedaan ini dalam bingkai Pancasila,” kata Pak Dubes Trias Kuncahyono di hadapan para diplomat dan tamu undangan malam itu.

Pak Dubes juga memperkenalkan grup musik Ki Ageng Ganjur. Dijelaskan oleh Pak Dubes bahwa Ki Ageng Ganjur adalah suatu grup musik dari Yogyakarta yang mengkolaborasikan antara unsur etnis, tradisional, dan modern kontemporer, memadukan Barat dan Timur, serta menggabungkan berbagai genre musik dalam suatu komposisi.

“Ki Ageng Ganjur juga menggali beberapa unsur spiritual lintas iman dan mengekspresikannya dalam suatu komposisi musik,” demikian penjelasan Pak Dubes lebih lanjut.

Setelah sambutan Pak Dubes, acara pagelaran dimulai dengan dipandu oleh Al-Zastrouw, ketua rombongan yang sekaligus menjadi pimpinan Ki Ageng Ganjur. Mengawali pagelaran, Zastrouw mengajak hadirin menikmati suatu komposisi musik yang berjudul Night at Murcia.

Zastrouw menjelaskan, komposisi ini memadukan unsur nada Timur Tengah, gamelan Nusantara, dan jaz Barat. Komposisi ini ditulis oleh Dwiki Dharmawan, maestro musik jaz Indonesia, dan pernah dipentaskan di Spanyol. Penampilan pertama ini berhasil menarik perhatian penonton. Sambutan meriah diberikan saat komposisi ini selesai dimainkan.

Selanjutnya, Ganjur membawakan dua lagu berturut-turut dengan judul Gejolak Ekspresi”dan Lir-ilir. Zastrouw menjelaskan, lagu Gejolak Ekspresi merupakan komposisi perpaduan antara Melayu dan Timur Tengah. Lirik lagu ini berisi ajakan menunaikan ibadah, berserah diri pada Allah sebagai sarana mensucikan diri. Jika seseorang dapat berserah diri dan hatinya bersih, maka dia akan mendapat cahaya dari Tuhan sehingga hidupnya akan damai bahagia.

Aransemen lagu Lir-ilir dibuat dalam komposisi perpaduan Jawa, jaz, dan Bali. Syair lagu Lir-ilir berisi ajakan untuk berpegang pada ajaran agama Islam yang tertumpu pada lima prinsip dasar (rukun Islam). Barang siapa berpegang pada ajaran agama, maka orang tersebut akan bahagia hidupnya saat menghadap Tuhan Yan Maha Kuasa.

Kembali penonton dibuat tertegun dan kagum menyaksikan pagelaran Ki Ageng Ganjur malam itu. Mereka tertarik pada instrumen gamelan yang dimainkan Ki Ageng Ganjur yang dikolaborasikan secara blanded (menyatu) dengan nada-nada diatonis.

Setelah mengembara menjelajahi keindahan Nusantara, selanjutnya Zastrouw mengajak mereka menjelajahi dunia Barat melalui komposisi musik. Ganjur membawakan dua lagu berturut-turut. Pertama lagu Heal the World dari Michael Jackson dan lagu Italia berjudul Conte Partiro.

Saat kedua lagu ini dibawakan, semua hadirin seperti terhipnotis. Mereka ikut bernyanyi bersama dan bergerak mengikuti irama gamelan. Suasana menjadi gemuruh saat lagu Conte Partiro dibawakan. Hampir semua pengunjung yang ada di gedung auditorium KBRI ikut bernyanyi sambil menyalakan lampu flash HP. Mereka tertegun ketika lagu itu dibawakan dengan nuansa mocopat Jawa dan seriosa gregorian.

Setelah mengembara “dunia” Barat, pengunjung kembali diajak menjelajah alam Nusantara dengan menikmati lagu Indonesia. Kali ini Zastrouw memanggil ketiga romo untuk berkolaborasi membawakan lagu Damai Bersamamu karya Johny Sahilatua yang dinyanyikan Chrisye. Suara merdu para romo yang ditimpa gamelan kembali membuat decak kagum para penonton. Dari Nusantara pengunjung kembali diajak menikmati nuansa Barat melalui lagu Wind of Change koleksi Scorpion. Lagu ini digarap dalam komposisi Jawa dan pop.

Pada penampilan selanjutnya, Zastrouw memanggil para musisi dari Italia yang tergabung dalam kelompok “Gong Wishnu Swara” untuk berkolaborasi dengan Ki Ageng Ganjur. Mereka membawakan dua lagu, masing-masing Caping Gunung dengan komposisi aransemen jaz swing dan Jawa serta Perahu Layar dengan aransemen Pelog Jawa. Kedua lagu ini dinyanyikan oleh sinden dari Italia, dengan penabuh gendang dan bonang juga dari Italia.

Suasana kembali gaduh ketika Ganjur kembali menyanyikan lagu Italia Folare dengan aransemen regge sunda. Semua pengunjung yang ada di barisan belakang langsung berdiri dan bergoyang bersama.

Suasana benar-benar meriah saat lagu medley Nusantara dinyanyikan. Suatu komposisi yang memadukan beberapa lagu daerah dari Aceh sampai Papua. Saat lagu ini dinyanyikan, seluruh pengunjung yang dari Indonesia ikut bergoyang dan bernyanyi bersama. Lagu medley Nusantara menjadi penutup pagelaran.

Malam itu Ki Ageng Ganjur berhasil membawa suasana happy. Pesan perdamaian disuarakan melalui komposisi musik dan lagu yang mencerminkan dialog antarbudaya dan lintas iman. Melalui alunan lagi dan komposisi musik, emosi penonton diaduk-aduk dan diajak keluar menziarahi khazanah budaya Nusantara, Eropa, Amerika, dan Timur Tengah.

“Ini benar-benar luar basa, saya baru merasakan musik tidak sekadar entertain, tapi dapat menjadi instrumen dialog yang benar-benar menggetarkan emosi,” demikian kata seorang Romo dari Meksiko.

Menjelang jam 10..00 malam pagelaran selesai, tapi para penonton belum mau bubar. Mereka meminta foto bersama Pak Dubes dan Ki Ageng Ganjur. Satu per satu para diplomat bersalaman memberikan ucapan selamat dan bersalaman dengan Pak Dubes dan Al-Zastrouw. Suatu kesan mendalam dan benih kebajikan telah ditanam. Semoga tumbuh menjadi pohon perdamaian dan persaudaraan yang dapat menjadi tempa berteduh semua orang.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan