Bila Mahasiswa Muhammadiyah KKN di Pesantren NU

182 kali dibaca

Layaknya pertemuan anggota keluarga yang lama tak berjumpa. Itulah yang terjadi ketika mahasiswa dari perguruan tinggi Muhammadiyah melakukan kuliah kerja nyata (KKN) di pondok pesantren Nahdlatul Ulama (NU).

“Kami bukan menyambut tamu, melainkan menyambut keluarga,” begitulah ungkapan Nyai Hj Masriyah Amva ketika menyambut tetamunya.

Advertisements

Nyai Masriyah merupakan pengasuh Pondok Pesantren Kebon Jambu Al Islamy Babakan, Ciwaringin, Cirebon. Sedangkan, yang dirujuk sebagai keluarga adalah para mahasiswa dari Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Ahmad Dahlan Jakarta.

Sebanyak 10 mahasiswa dari ITB Ahmad Dahlan sejak 13 hingga 31 Agustus 2024 melakukan KKN di Pesantren Kebon Jambu tersebut. ITB Ahmad Dahlan Jakarta ini merupakan salah satu dari 162 Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah (PTMA).

Yang menarik, inilah untuk kali pertama KKN mahasiswa dari PTMA dilakukan di pesantren dari lingkungan NU. Kebetulan, pilihannya jatuh di Pesantren Kebon Jambi Al Islamy Cirebon.

Pesantren ini didirikan oleh KH Muhammad dan Nyai Masrifah pada 1993. Ketika KH Muhammad wafat pada 2006, kepemimpinan pesantren diteruskan oleh Nyai Masrifah. Kini, Pesantren Kebon Jambu ini sudah berkembang demikian pesat.

Pesantren Kebon Jambu sedikitnya memiliki 1.400 santri. Di pesantren yang kini berada di bawah naungan Yayasan Tunas Pertiwi ini juga terdapat Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, dan Madrasah Diniyah Formal. Di tengah-tengah ribuan santri inilah para mahasiswa dari ITB Ahmad Dahlan ber-KKN.

Mempertebal Ukhuwah

Ide KKN di lingkungan pesantren NU ini rupanya datang dari Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat PTMA yang dipimpin Yulianti Mutmainnah.

Salah satu tujuannya untuk mempererat ukhuwah di antara dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU dan Muhammadiyah. Akan berdampak sangat besar bagi kemajuan bangsa bila kedua organisasi ini beriringan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

“Dengan KKN ini, Muhammadiyah dan NU mampu menunjukkan kepada masyarakat bahwa persatuan dalam perbedaan adalah kunci keberhasilan membangun bangsa,” kata Yulianti Mutmainnah.

Karena itulah, kehadiran mahasiswa KKN dari ITB Ahmad Dahlan ini disambut baik oleh Nyai Masrifah.

“Saya berterima kasih kepada ITB Ahmad Dahlan Jakarta yang telah mengakui kami dan ingat kepada kami. Kami bukan menyambut tamu, melainkan kami sedang menyambut keluarga,” ujar Nyai Masrifah ketika menyambut kedatangan mahasiswa KKN di pondoknya.

Tidak hanya pengasuhnya, para santri juga menyambut hangat kedatangan para mahasiswa ini. Bahkan, khusus untuk peserta KKN putra, mereka tidur bersama santri di pondok. Sementara, untuk mahasiswi ditempatkan di posko di luar kompleks pondok.

Beasiswa Santri

Bertajuk KKN Plus 2024, KKN ini dimaksudkan sebagai bentuk kemitraan global antara kampus dan masyarakat untuk menumbuhkan kepemimpinan perempuan dan mempraktikkan nilai-nilai keislaman.

Selain itu, KKN di lingkungan pesantren NU ini juga dimaksudkan untuk mempererat ukhuwah Islamiyah sekaligus mencairkan bibit-bibit kebekuan komunikasi dan relasi antara Muhammadiyah dan NU.

Agar kemitraannya berkelanjutan, ITB Ahmad Dahlan juga memberikan beasiswa plus kepada santri Pesantren Kebon Jambu yang menjadi kader-kader muda NU. Dengan beasiswa tersebut, diharapkan lahir generasi unggul yang mendukung pertumbuhan dan penyebaran ilmu pengetahuan dan teknologi di daerah Cirebon.

Belajar Tahlil

Rupanya, mahasiswa peserta KKN ini datang dari berbagai jurusan. Ada yang dari program studi manajemen, akuntansi, desain komunikasi visual, arsitektur, sistem informasi, dan teknik informasi.

Seperti laiknya KKN, ilmu-ilmu yang diperoleh di kampus tersebut kemudian dicoba diterapkan di lingkungan pesantren dalam bentuk mini project. Misalnya mulai dari penerapan fungsi manajemen sumber daya manusia sampai analisa studi kelayakan bisnis.

Selama tiga pekan berada di pesantren, para mahasiswa yang tergabung dalam KKN ini juga memberikan pelatihan kepada guru, menyelenggarakan bimbingan belajar bagi siswa, serta mengadakan berbagai kegiatan literasi.

Bagi mahasiswa peserta KKN, berada di Pondok Pesantren Kebon Jambu telah menjadi sebuah laboratorium sosial yang kaya akan pembelajaran. Interaksi langsung dengan santri dan masyarakat NU telah membuka cakrawala pemahaman yang lebih luas tentang keberagaman dalam beragama. Perbedaan dalam memahami ajaran Islam, khususnya dalam hal fikih dan tradisi, bukan lagi menjadi penghalang, melainkan menjadi peluang untuk mendalami Islam secara lebih komprehensif.

Yang menarik, mahasiswa KKN ini selama di pesantren juga belajar tentang tahlil dan qunut yang memang tidak ada dalam tradisi Muhammadiyah. Dari situ terbukti bahwa perbedaan justru memperkaya khazanah keislaman dan memperkuat tali ukhuwah Islamiyah. Pengalaman ini menjadi sebuah pelajaran berharga tentang pentingnya toleransi, saling menghormati, dan semangat persatuan dalam keberagaman.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan