Bila Pesantren Jadi Kluster Baru Corona…

51 views

Kekhawatiran dari banyak kalangan itu akhirnya menjadi nyata. Begitu dibuka kembali, beberapa pondok pesantren langsung menjadi kluster baru penularan virus Corona atau Covid-19. Diperlukan penanganan penuh kehati-hatian agar penyebarannya tidak tak terkendali.

Sejak dibuka kembali mulai medio Juni 2020, setelah vakum sekitar tiga bulan akibat pandemi, hingga kini tercatat ada 6 pondok pesantren yang diduga menjadi kluster baru penuebaran Covid-19. Setidaknya, itu yang ditatat oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Rabithah Ma’ahid al Islamiyah (RMI), lembaga dari NU yang mengurusi masalah pondok pesantren.

Advertisements

Yang paling menghebohkan memang apa yang terjadi di Pondok Pesantren Darussalam Modern Gontor 2 Ponorogo, Jawa Timur. Mula-mula, pada 6 Juli 2020, diketahui hanya seorang asal Sidoarjo, Jawa Timur, yang dipastikan positif Covid-19 setelah tertular dari ayahnya. Beberapa hari kemudian, 6 orang santri lagi juga dinyatakan positif.

Setelah itu, dalam sepakan terakhir langsung diadakan rapid test massal terhadap terhadap 1.363 santri Pondok Gontor 2. Hasilnya, sebanyak 93 santri yang reaktif, yang kemudian dilanjutkan dengan tes swab. Berdasarkan hasil tes swab yang sudah keluar, Bupati Ponorogo Ipong Muchlisoni, Rabu (15/7/2020), mengumumkan bahwa ada 11 santri lagi dipastikan positif Covid-19.

“Sebelas santri yang dinyatakan positif berdasar tes swab akan kami kirim ke RS Lapangan Indrapura, Surabaya untuk menjalani perawatan di sana,” kata Ipong.

Penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren juga terjadi Jawa Tengah. Dilaporkan, setelah seorang pengasuhnya terpapar Corona, dua orang santri sebuah pondok pesantren di Wonogiri yang merupakan stafnya dipastikan tertular.  Mereka tertular karena mengikuti kegiatan ustadznya di Wonogiri.

Kabar tersebut disampaikan Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Joko Sutopo (Jekek), kepada wartawan. Dua pasien tersebut berjenis kelamin pria, A, 22, warga Kecamatan Selogiri dan M, 17, warga Kecamatan Jatisrono. Saat ini keduanya menjalani isolasi di RSUD Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

Sebelumnya, juga ada enam orang kontak ustadz yang dinyatakan positif Covid-19. Berdasarkan penelusuran kontak (contact tracing), sebanyak 43 orang yang berkontak erat dengan ustadz positif Covid-19 di Wonogiri itu menjalani tes swab. Mereka terdiri dari keluarga, santri, dan masyarakat umum.

Kluster penularan di lingkungan pesantren juga terjadi di Pondok Pesantren Al-Anwar, Sarang, Rembang, Jawa Tengah, yang merupakan pesantren Mbah Moen. Ini terjadi setelah salah putranya, KH Majid Kamil MZ atau Gus Kamil, yang meninggal pada Minggu (12/7/2020) akibat terjangkit virus Corona. Sejak itu, kegiatan di lingkungaan langsung dibatasi, dan dilakukan tes kesehatan terhadap santri.

Tunda Kembali ke Pondok

Di sejumlah pondok pesantren lain di beberapa daerah diketahui juga ada beberapa ustadz dan santri yang positif Corona. Merespons adanya kluster baru Covid-19 di lingkungan pesantren, Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Masduki Baidlowi, mengatakan, perlu adanya kewaspadaan dalam hal pencegahan dan penanganan Corona.

“PBNU akan dalam beberapa hari ke depan akan keluarkan surat edaran dari PBNU untuk melakukan langkah-langkah agar pesantren tidak menjadi tempat penyebaran yang lebih luas,” ujarnya, Selasa (14/7), kepada wartawan. “Karena, belajar dari kasus selama ini, ada pesantren sudah jadi klaster penyebaran, ada enam pesantren, maka harus jadi kewaspadaan kita semua,” tambahnya.

Masduki mengatakan, pesantren yang menjadi klaster tersebar di berbagai daerah. Termasuk di Pesantren milik Ketua DPRD Rembang, KH Majid Kamil MZ atau Gus Kamil yang meninggal karena virus Corona.

Masduki mengusulkan, terhadap pesantren yang sudah mulai kegiatan pembelajaran tapi kemudian ada terpapar virus, harus dilakukan langkah karantina dan harus dilakukan tes. Sementara itu, terhadap pesantren yang belum aktif kembali, sebaiknya kegiatan belajar mengajar ditunda dulu. Sedangkan, terhadap pesantren yang sudah dibuka namun tidak atau belum terjadi kasus, maka diusulkan dilakukan rapid test secara masif.

“Kalau berangkat dari internal pesantren, sampai saat ini ada semacam imbauan untuk tunda dulu santri masuk pesantren saat ini, mengingat Covid-19 tidak semakin reda,” tuturnya. “Saya kira cara seperti inilah yang harus dikordonasikan pimpinan pesantren dengan gugus tugas setempat. Kalau tidak, ini bisa semakin parah,” sambungnya.

Protokol kesehatan sebenarnya sudah dilakukan di lingkungan pesantren. Namun, menurut catatan RMI NU, ada beberapa tantangan dalam proses pelaksanaan tersebut. “Memang bukan hal mudah karena masyarakat kita dan para santri belum terbiasa, misalnya memakai masker. Tapi alhamdulillah kesadaran terus meningkat dari waktu ke waktu,” kata Ketua RMI NU Abdul Ghofar Rozin.

Atas dasar perkembangan yang mengkhawatirkan, di daerah Purwakarta, Jawa Barat, kegiatan belajar mengajar di pondok pesantren akan sangat dibatasi untuk mengurangi risiko penularan Covid-19. “Kalau Purwakarta masih di zona biru, maka pesantren bisa mengakomodasi 30 persen daripada santrinya. Kalau jadi zona kuning, jangan dulu ada kegiatan belajar tatap muka,” demikian ditegaskan Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika.

Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Purwakarta pekan lalu telah berkoordinasi dengan Kementerian Agama untuk melaksanakan komitmen yang telah disepakati dalam rapat evaluasi penanganan Covid-19 tingkat Provinsi Jawa Barat. Intinya, pemerintah setempat akan membatasi kegiatan di lingkungan pesantren, disesuaikan dengan situasi pandemi.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan