Burdah, Ekspresi Cinta al-Bushiri kepada Nabi

115 kali dibaca

Untaian syair-syair Burdah terus melegenda hingga kini. Dalam sejarahnya, Burdah terlahir sebagai ekspresi kecintaan Muhammad al-Bushiri kepada sang Nabi. Syair-syair itu terus dibacakan dan dinyanyikan, termasuk oleh kaum santri di Indonesia, terutama pada momen-momen maulid Nabi.

Burdah merupakan syair yang berisi pujian-pujian terhadap Nabi Muhammad Saw. Ia menceritakan tentang perjalanan spiritual, moral, dan semangat perjuangan Rasulullah. Syair Qosidah ini biasanya dibacakan oleh umat Islam saat perayaan Maulid Nabi. Syair ini juga menjadi bacaan rutinan pondok pesantren dan beberapa kalangan masyarakat umum.

Advertisements

Syair Burdah disusun oleh ulama besar dan terkemuka, Imam Muhammad al-Bushiri. Ia merupakan ulama sufi, pengikut tarekat, dan ahli membuat puisi alis pujangga. Selain Burdah, al-Bushiri juga membuat karya syair yang lain, di antaranya ialah Qasidah Al-Mudhariyah dan Qasidah Al- Hamziyah.

Kuawaidi Safi’ie, seorang Pengasuh Pondok Pesantren Maulana Rumi Yogyajarta, pernah membuat syarah ringkas Qasidah Burdah.

Di akhir tulisannya, Safi’ie menjelaskab, “Melalui lidah rohani yang tidak lain merupakan karunia nyata dari Allah ta’ala, memberikan syarah singkat terhadap kitab Burdah ini tidak saja merupakan aktivitas keilmuan belaka namun, lebih dari itu juga merupakan petualangan spiritual yang sangat mengasyikkan.”

Syair-syair Burdah tidak hanya menceritakan tentang meningkatkan moral dan spiritual, tetapi juga mengajarkan bagaimana hakikat cinta yang sebenarnya kepada Rasulullah, bagaimana pengakuan seorang hamba yang benar-benar tidak berdaya tanpa uluran tangan sang Nabi.

Kecintaan Imam Muhammad al-Bushiri kepada Baginda Nabi terangkai begitu indah lewat syair Burdah ini. Di dalamnya terdapat pengakuan bahwa Rasulullah merupakan satu-satunya manusia yang diharapkan pertolongannya di saat menghadapi berbagai macam goncangan yang mencekam.

Imam al-Bushiri menggambarkan Rasulullah yang keindahannya tanpa banding, menggambarkan kesederhanaan Rasulullah di atas posisinya sebagai manusia terbaik di sisi Allah.

Pada bait ke-39, misalnya, Imam al-Bushiri menuliskan,

وَكُلُّهُمْ مِن رسولِ اللّهِ مُلْتَمِسٌ
غرْفًا من البَحْرِ أَوْ رشْفًا من الدِّيَم

Artinya: “Nabi-nabi yang pernah ada hanya bisa mengambil seciduk dari samudera akhlak Nabi, juga hanya sanggup menelan seteguk saja dari seluruh hujan kemulian yang dimiliki beliau Saw.”

Penggambaran itu bahkan dipertegas lagi pada bait ke-42,

مُنزَّهٌ عن شَريكٍ فِي محَاسَنِهِ

                                      فَجَوْهَرُ الحُسنِ فيه عَيْرُ مُنقَسِم

Artinya: “Rasulullah merdeka dari sekutu dalam keindahan-keindahannya, pada diri beliau permata keindahan itu tidak terbagikan dengan siapapun.”

Sebegitu besarnya keutamaan-keutamaan Baginda Nabi, sang penyair mengatakan tidaklah mungkin bisa diuraikan dengan kata-kata. Hal itu dituturkannya dalam bait syair ke-45,

فَانَّ فَضلَ رسُولِ اللّه لَيس لهُ حدٌّ فَيَعْرِبَ عنه نَاطِقٌ بِفَمِ

Artinya: “Karena sesungguhnya keutamaan Rasulullah tidak terbatas sehingga tidak munkin diurai dengan kata-kata.”

Syair-syair Qasidah yang menurut saya terdengar begitu indah ternyata tidaklah cukup untuk menguraikan kemuliaan Baginda Nabi Muhammad. Tak terbayangkan bagaimana terkagumnya kita jika mengetahui langsung cahaya kemuliaannya.

Lewat syair-syair ini pun, Imam al-Bushiri mengungkapkan kekaguman dan kecintaannya kepada Baginda Nabi. Selain itu, ungkapan kekaguman dan raaa cinta, syair-syair Burdah juga memberikan nasihat dan ajakan kepada para pembacanya agar selalu menisbatkan segala kebaikan dan kemulian kepada Nabi Muhammad Saw.

Harus diberi catatan, memuji Rasulullah dan mengangung-agungkannya bukan berarti menganggapnya sebagai Tuhan. Melainkan, pengakuan bahwa Nabi Muhammad adalah manusia yang dipilih sebagai kekasih Tuhan yang syafaatnya selalu kita harapkan.

Bab mencintai kekasih Allah sebenarnya juga sudah diajarkan oleh Al-Quran, “Sungguh Allah dan paraa malaikat berselawat atas Nabi. Hai orang beriman, berselawatlah atasnya dan berilah kepadanya dengan sehormat-hormatnya salam.” (QS Al-Ahzab: 56).

Multi-Page

Tinggalkan Balasan