Cara Wali Mengambil Hati

164 views

Keberhasilan dakwah Wali Songo dalam proses islamisasi di tanah Jawa dapat disederhanakan ke dalam dua metode. Pertama, metode samawi (melangit), yakni intensitas riyadlah dengan dzikir dibarengi tirakat. Kedua, metode ardliyi (membumi) seperti silaturahmi dan kecakapan dalam membaca kondisi demografi masyarakat sampai menemukan siyasah dan strategi yang tepat dalam berdakwah.

Itu sebabnya, para wali yang secara ruhani telah melampaui derajat spiritualitasnya tetap tenang dan thumakninah mengajar ngaji di sore hari, berlaku tirakat dan dzikir di ujung malam, namun tidak me-rahib-kan diri. Para wali yang agung itu tetap seperti kebanyakan kaumnya, menikah, berdagang bahkan mengembangkan kesenian yang disenangi kaumnya.

Advertisements

Seperti Sunan Bonang, yang mau blusukan bareng kaumnya menggelar wayangan dan menabuh musik khas jawa, yaitu Gamelan. Sama halnya Sunan Bonang, Sunan Kalijaga mampu merangkul serta mengambil hati masyarakat Jawa lewat tembang Lir-Ilir yang legendaris itu. Begitupun proses dakwah ala Sunan Giri yang menawarkan masyarakat Gresik kala itu dengan dolanan anak Cublak-Cublak Suweng, yang mengandung makna agar manusia tidak menuruti hawa nafsu dalam hidup di dunia.

Proses Islamisasi ala Wali Songo inilah yang harus di-uri-uri, dilestarikan, dan harus diwariskan kepada generasi era kini, generasi milenial.

Proses dakwah yang sarat makna, lembut, serta penuh dengan kearifan lokal yang disajikan melalui media yang disenangi masyarakat kala itu rupanya mampu mengambil hati kaumnya untuk tertarik kepada ajaran Islam. Maka, tepat sekali apa yang dilakukan para santri dan pemuda NU yang tergabung dalam Majelis Dzikir dan Sholawat Rijalul Ansor (MDSRA) Pringsewu pekan lalu.

Melalui rutinan dzikir dan sholawat tiap selapan hari, para pemuda Ansor (Rijalul Ansor) ternyata tidak hanya menggelar “ritual langit” an sich, namun diselingi dengan parade seni pencak silat Pagar Nusa dan pembacaan puisi.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan