Penyebaran dan penularan virus Corona di lingkungan pondok pesantren kian mengganas. Seorang santri dikabarkan meninggal dunia tersebab Covid-19 ini. Diusulkan task force untuk penanganan khusus kluster pesantren.
Pada Jumat (2/10/2020), dikabarkan salah seorang santri dengan status positif Covid-19 meninggal dunia. Ia merupakan santri Pondok Pesantren Roudlotul Ursyl Quran di Kertosari, Singorojo, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.
“Ada satu santri di Ponpes Raudatul Quran yang meninggal karena Corona,” demikian keterangan Kepala Dinas Kesehatan Kendal, Ferinando Rad Bonay, seperti dikutip kumparan. Tak hanya seorang santri, seorang pekerja di Pondok Modern Selamat (PMS) Kabupaten Kendal juga meninggal karena Corona.
Dalam beberapa hari terakhir, tiga pondok pesantren di Kabupaten Kendal memang menjadi kluster baru penyebaran virus Corona. Jumlah santri yang positif Covid-19 di tiga pesantren tersebut mencapai 92 orang. Perinciannya adalah, di Pondok Darul Arqom Patean sebanyak 44 kasus, Pondok Roudlotul Ursyl Quran 34 kasus, dan di PMS ada 14 kasus. Ketiga pesantren tersebut telah diisolasi untuk sementara.
Task Force Pesantren
Mengganasnya penyebaran Covid-19 di lingkungan pondok pesantren tersebut juga dibahas dalam Rapat Koordinasi via video conference yang dipimpin Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan dengan agenda membahas penanganan klaster Covid-19 di lingkungan pondok pesantren pada Kamis (1/10/2020).
Turut hadir mengikuti rapat koordinasi Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, RMI NU, Satgas COVID-19, para kapolda dan instansi terkait lainnya.
Dalam rapat tersebut, Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa’adi, mengungkapkan, berdasarkan data terbaru Kementerian Agama, tercatat sudah ada 27 pesantren terkonfirmasi kasus positif Corona. Pesantren ini tersebar di 10 provinsi. Adapun, jumlah santri yang terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 1.489 orang.
“Dari jumlah tersebut, 969 santri sembuh, 519 dalam perawatan, dan satu kasus meninggal dunia,” kata Zainut Tauhid.
Melihat tren penyebarannya kian mengkhawatirkan, Kementerian Agama merekomendasikan untuk dibentuk task force dan tim bersama dalam penanganan kluster Corona di lingkungan pondok pesantren. Dalam task force ini juga akan dilibatkan juga para kiai. Menurutnya,
pelibatan kiai dalam task force diharapkan dapat menjadi langkah strategis untuk menjaga 29 ribu pondok pesantren di Indonesia dari ancaman Covid-19.
“Task force ini nantinya bisa terkoordinasi dalam melakukan langkah-langkah yang terukur dan lebih dari itu adalah melibatkan kiai. Ini sangat penting agar kultur pondok pesantren yang tidak bisa dilakukan lewat pendekatan lain namun dapat dilakukan dengan pendekatan kiai,” ujar Zainut Tauhid.
Merespons usulan tersebut, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan akan melanjutkan rapat koordinasi penanganan kluster corona di lingkungan pondok pesantren dalam waktu dekat. “Hasil dari rapat nantinya akan kita sampaikan ke Wapres KH Ma’ruf Amin dan pada rapat berikutnya akan langsung dipimpin oleh Wapres untuk menentukan kebijakan,” kata Menko Luhut.
Pesantren Menolak Swab
Di berbagai daerah, sejumlah pondok pesantren mengalami tren naik kasus Covid-19. Di Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, Jawa Barat, yang semula tercatat sebagai salah satu pesantren yang menolak tes swab, terjadi lonjakan kasus Covid-19. Dalam sehari terakhir, Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya mengonfirmasi penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sebanyak 53 santri.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat, mengatakan, penambahan kasus itu merupakan hasil penelusuran di salah satu pesantren di Kota Tasikmalaya. Menurut dia, hingga saat ini sekira 80 kasus terkonfirmasi positif Covid-19.
“Tadinya Pak Wagub (Uu Ruzhanul Ulum) mau kunjungi pesantrem itu. Tapi karena posisi sedang seperti ini kita rekomendasi untuk tidak mengunjungi pesantren. Pesantren juga harus disiplin karantina,” katanya.
Saat ini pasien positif dari pesantren itu masih menjalani isolasi mandiri di lingkungan pesantren. Akses jalan menuju Kompleks Pondok Pesantren Cipasung, Desa Cipakat, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, pun ditutup sementara.
Sementara itu, dari Bogor, Jawa Barat, dilaporkan untuk kali pertama di sebuah pondok pesantren di wilayah Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, terjadi kasus Covid-19.
Sebanyak 21 orang santri di pondok pesantren tersebut dinyatakan positif Covid-19. Semua santri Covid-19 tersebut kini diisolasi di RS Darurat Kemang, dan pesantrennya untuk sementara diisolasi.
Di Kabupaten Sleman, Jawa Tengah, juga terjadi kasus serupa. Setidaknya sudah ada dua pondok pesantren di Sleman yang ditutup karena puluhan santrinya terpapar virus Corona. Hingga saat ini tercatat ada 47 santri positif Covid-19 di dua pesantren tersebut.
Di Kabupaten Banyumas, jumlah santri yang positif Covid-19 juga terus bertambah. Di satu pondok pesantren yang berada di Kelurahan Purwanegara, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, jumlah santri yang terkonfirmasi positif Covid-19 mencapai 328 orang.
“Total sampel yang dilakukan pemeriksaan sebanyak 631 orang. Dari jumlah tersebut diketahui 328 orang terkonfirmasi positif,” kata Sekretaris Daerah Banyumas Wahyu Budi Saptono dalam keterangan pers.
Dijelaskan Wahyu, berdasarkan hasil tes swab tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyumas melakukan tindakan kesehatan. Untuk santri yang ada keluhan dievakuasi ke RSUD Banyumas dan RS Siaga Medika, sedangkan yang tidak ada keluhan masuk ke rumah karantina di Baturraden.
Lonjakan kasus Covid-19 juga terjadi di Pondok Pesantren Assalafiyah Polman, Sulawesi Barat. Pada 29 September 2020, misalnya, terjadi penambahan 156 kasus Covid-19, dan penyumbang terbesar berasal dari klaster Pesantren Assalafiah di Kecamatan Campalagian, Kabupaten Polewali Mandar (Polman).
“Penambahan kasus hari ini 156, 1 kasus di Mamuju dan 155 kasus di Polman. 151 kasus merupakan kluster dari Pesantren Assalafiah Polman,” kata Jubir Satgas Covid-19 Sulawesi Barat Safaruddin Sanusi.
Saat ini, menurutnya, semua pasien di Pesantren Assalafiah sementara menjalani isolasi mandiri di lingkungan pesantren dan berada dalam pengawasan petugas medis. “Ini merupakan kluster penyebaran Covid-19 yang terbesar di Sulawesi Barat,” tandas Safaruddin.