Dicari, Masjid Ramah Musafir

389 views

Meskipun menjelang akhir tahun 2022 berada di musim penghujan, hilir mudik masyarakat yang sedang melakukan perjalanan khususnya dengan tujuan pariwisata, nampak ikut mewarnai keramaian di sejumlah tempat rest area, termasuk masjid singgah yang berada di tepi jalan raya. Masyarakat ini biasa disebut sebagai musafir, yaitu seseorang yang sedang melakukan perjalanan dengan jarak tertentu.

Para musafir ini, mulai dari yang menggunakan kendaraan pribadi hingga kendaraan umum khusus angkutan pariwisata, sesekali harus menepi dan menghentikan perjalanan pada tempat-tempat semacam rest area. Bahkan, sebagian musafir sengaja menepi dan memilih masjid di pinggir jalan raya sebagai tempat persinggahan agar dapat beristirahan sejenak atau memenuhi kebutuhan lainnya.

Advertisements

Sekadar ilustrasi, gambaran seperti itu dialami penulis saat menjadi seorang musafir, ketika menempuh perjalanan dari arah Kabupaten Jember menuju tempat destinasi wisata religi di Jawa Timur, yaitu wisata religi Pesarean Sunan Ampel serta Pesarean Syaikhona Kholil. Sehingga harus menjadi perhatian tersendiri, tatkala menepi dan singgah sesaat di salah satu masjid yang berada di Kota Probolinggo, Jawa Timur. Sebuah pengalaman menarik saat merasakan fasilitas yang diberikan oleh pengelola masjid kepada musafir yang sedang berkebutuhan.

Bukan bermaksud membanding-bandingkan, bahwa keberadaan masjid ini tidak sama dengan masjid pada umumnya. Setiap harinya, masjid ini menjadi jujukan para musafir. Angkutan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum khusus pariwisata silih berganti parkir di pelataran sekitar masjid. Banyak musafir sekadar beristirahat sejenak, sebagian melaksanakan kewajiban salat, atau memenuhi kebutuhan lain seperti memenuhi hajat makan dan minum.

Artikel ini untuk memahami masjid sebagaimana tempat persinggahan sesaat bagi para musafir, yang tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah salat bagi masyarakat sekitar saja. Akan tetapi, karena juga menjadi jujukan para musafir, tentu keberadaannya yang ramah terhadap musafir menjadikan masjid ini sebagai pusat interaksi masyarakat musafir.

Mengingat, musafir adalah mereka yang sedang melakukan perjalanan dengan jarak tertentu, maka membutuhkan tempat peristirahatan meskipun hanya sesaat. Di sinilah keberadaan masjid-masjid dengan keramahannya, sejatinya sedang berfungsi sebagai pusat aktivitas dan interaksi masyarakat. Sebagaimana Rasulullah pernah menjadikan masjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas keumatan. Layanan masjid, meskipun yang diberikan sekadar menyediakan lahan parkir, kamar mandi, tempat peristirahatan sementara, merupakan fasilitas sosial yang dapat memberikan nilai kemanfaatan tersendiri bagi musafir.

Mungkinkah keberadaan masjid-masjid yang berada di sekitar jalur-jalur jalan raya, khususnya jalur menuju destinasi wisata religi, akan selalu mendapat perhatian khusus, sehingga masjid semacam ini dapat dipastikan memiliki keramahan terhadap para musafir? Adalah sebuah pertanyaan yang patut untuk direnungkan bersama, mengingat pengelolaan masjid ini, sesungguhnya juga dapat bernilai dakwah atau bersyiar khususnya bagi masyarakat sekitar dan pengelola masjid.

Masyarakat  Gemar Wisata

Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya bisa dibilang gemar melancong atau berwisata. Baik untuk urusan bisnis, rekreasi keluarga, atau kunjungan ke tempat-tempat destinasi wisata religi yang diyakini sebagai bagian dari ibadah. Apalagi kondisi pandemi Covid-19 yang telah membaik tentu juga membuat gairah berwisata bagi masyarakat kembali terlihat meningkat. Hal ini dapat diamati di sejumlah tempat wisata, selalu banyak dikunjungi oleh masyarakat yang memang dikenal memiliki ragam keyakinan, tradisi, dan budaya. Sehingga memiliki kebiasaan dalam meluangkan waktu baik dalam kesempatan liburan bersama keluarga atau pun sahabat.

Seorang akademisi asal Universitas Indonesia pada situs kumparan, Ari Kuncoro (2017), pernah menyebutkan bahwa masyarakat Indonesia terutama kelas menengah, dinilai lebih gemar menabung hanya untuk tujuan agar dapat mengaktualisasikan dirinya. Bahkan disebutkan bahwa masyarakat hingga dapat merelakan diri untuk menahan membeli barang-barang kebutuhan elektronik, atau kebutuhan lainnya, hanya demi dapat berkesmpatan untuk berlibur.

Tidak hanya gemar berwisata, Indonesia juga menjadi jujukan wisatawan manca negara. Sekadar gambaran saja, bagaimana Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartaro dalam acara Malam Anugerah Desa Wisata 2022 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Minggu (30/10), mengungkapkan bahwa jumlah kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia mencapai 510.246 kunjungan pada Agustus 2022 merupakan capaian tertinggi dalam satu tahun terakhir.

Selain capaian ini, juga dapat dilihat data yang dikeluarkan oleh World Economic Forum, yang menunjukkan bahwa pariwisata Indonesia mengalami kenaikan yang cukup pesat. Bahkan disebut juga dalam hitungan waktu 18 bulan, peringkat wisata Indonesia melesat ke urutan 32, dari sebelumnya di urutan 44. Peringkat Indonesia berada di atas Malaysia, Thailand, dan Vietnam dalam hitungan Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2021.

Tidak hanya tentang capaian peringkat wisata, bahwa gencarnya program pengembangan kepariwisataan yang saat ini juga terus digalakkan oleh Pemerintah termasuk oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yakni terkait pengembangan desa wisata. Ini merupakan sebuah bukti yang sangat kuat, menegasikan bahwa masyarakat Indonesia memang menjadi bagian dari masyarakat yang gemar berwisata.

Tentu, aktivitas yang terlibat dalam gerak pariwisata ini, bukanlah suatu kegiatan yang hanya beroperasi dalam ruang hampa. Pariwisata sangat terkait dengan masalah sosial, politik, ekonomi, keamanan, ketertiban, keramah-tamahan, termasuk kebudayaan, kesehatan, dan berbagai institusi sosial yang terlibat dalam prosesnya.

Bahkan, masyarakat yang sedang memiliki hajat untuk bepergian karena urusan bisnis, rekreasi keluarga, atau kunjungan ke tempat-tempat destinasi wisata religi yang diyakini sebagai bagian dari ibadah juga memerlukan pola-pola dukungan yang memadainya, seperti ketersediaan tempat-tempat peristirahatan yang memiliki daya keramahan.

Karena itulah, keberadaan masjid-masjid yang ramah terhadap para musafir sangat diperlukan untuk menjadi bagian pola yang memberika dukungan positif. Harapannya agar masjid yang ramah musafir ini dapat menjadi bagian pilihan terbaik bagi musafir, tentu selain untuk memenuhi kebutuhan perjalanan, juga dapat memastikan bahwa para musafir muslim yang sedang berwisata tidak mengabaikan kewajiban dalam beribadah.

Masjid Ramah Musafir

Masjid sebagaimana tempat persinggahan sesaat bagi para musafir sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi banyak orang. Sebab, keberadaan masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah salat bagi masyarakat sekitar saja. Akan tetapi juga memberikan keramahan bagi para musafir. Tentu pengelolaan masjid yang ramah terhadap kebutuhan musafir ini dapat memastikan dirinya sebagai masjid, selain difungsikan sebagai pusat kegiatan ibadah ritual juga dapat difungsikan sebagai pusat melaksanakan ibadah muamalah yang bersifat sosial.

Kita perlu belajar dari Rasulullah  SAW yang pernah menjadikan masjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas keumatan, baik untuk kegiatan pendidikan yakni tempat pembinaan dan pembentukan karakter sahabat maupun aspek-aspek lainnya, termasuk politik, strategi perang, hingga pada bidang ekonomi, hukum, sosial, dan budaya. Rifa’i dan Fakhruroji dalam karyanya pernah menyebut bahwa masjid bukan sekadar tempat sujud sebagaimana makna harfiahnya, tetapi memiliki beragam fungsi (2005).

Masjid juga dapat dipahami sebagai bagian sarana dakwah yang paling penting. Sutarmadi dan Abas al-Jauhari, dalam karyanya berjudul Masjid: Tinjauan al-Qur‟an, As-Sunnah, dan Manajemen pernah memberikan penjelasan bahwa pertama kalinya risalah Allah dan agama Islam menyebar ke seluruh dunia ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah (hijrah) setelah terselamatkan dari kejaran orang Quraisy. Sementara, tindakan pertama yang dilakukan adalah membangun masjid an-Nabawi Al-Syarif. Tindakan Nabi ini menunjukkan bahwa masjid masa itu juga dijadikan sebagai pusat kegiatan Islam, forum tempat berkumpul kaum beriman. Tanpa masjid, niscaya dakwah tidak akan berjalan (2001:59).

Mengingat, keberadaan masjid sejatinya juga dapat berfungsi sebagai pusat aktivitas dan interaksi masyarakat, maka masjid, khususnya masjid yang berada pada posisi strategis sebagai tempat jujukan para musafir berkebutuhan, dapat memberikan layanan sosial lain seperti menyediakan lahan parkir, kamar mandi, atau toilet yang memadai, tempat peristirahatan sementara, serta fasilitasi lain seperti sarana kantin “kejujuran” yang berada di salah satu masjid Kota Probolinggo. Ini merupakan bentuk layanan yang bisa diberikan oleh pengelola masjid, sehingga dapat memberikan manfaat besar bagi para musafir.

Gambaran lain tentang masjid ramah musafir, juga ditampilkan di beberapa masjid yang memiliki daya keramahan musafir, seperti Masjid Al Falah di Sragen, Jawa Tengah. Konon, masjid ini menjadi jujukan para musafir, sehingga masjid ini disebut-sebut masyarakat sebagai masjid yang paling ramah terhadap musafir. Setiap musafir yang sempat singgah untuk beristirahat di tempat ini, juga disediakan kasur dan makanan, layaknya beristirahat di sebuah penginapan.

Hal serupa juga dapat dilihat pada aktivitas Masjid Jami’ Nurul Huda di Kelurahan Silaiang Bawah, Kecamatan Padang Panjang Barat, Kota Padang Panjang, yang sempat menjadi buah bibir. Bukan karena bentuknya yang megah, akan tetapi masjid ini memberikan pelayanan kepada setiap Musafir yang mampir. Ada banyak fasilitas dan layanan yang diberikan kepada musafir, di antaranya tempat menginap bagi para musafir yang melintasi dan singgah di Kota Padang Panjang untuk menuju daerah tujuan.

Keberadaan masjid-masjid yang ramah terhadap para musafir semacam ini perlu diapresiasi dan menjadi inspirasi terhadap pengelolaan masjid-masjid lain, khususnya bagi masjid yang memiliki posisi strategis sebagai jalur perlintasan para musafir. Sehingga masjid yang ramah musafir ini dapat menjadi bagian pilihan terbaik bagi musafir, tentu selain untuk memenuhi kebutuhan bagi musafir, juga dapat memastikan para musafir yang beragama Islam dan sedang dalam perjalanan, termasuk dalam tujuan berwisata tidak mengabaikan kewajiban dalam beribadah.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan