Eco Green Pesantren: Solusi Efektif Atasi Masalah Lingkungan di Pesantren*

65 kali dibaca

Pesantren merupakan tempat yang menjadi rujukan untuk memperdalam ilmu keagamaan. Selain ilmu agama, pesantren juga menawarkan berbagai bidang keilmuan lainnya sehingga layak disebut sebagai lembaga pendidikan yang terpadu. Terpadu, dalam hal ini bisa berarti menggambarkan pesantren yang memberikan pembekalan ilmu keagamaan, sains, dan sosial hingga ekologi.

Ekologi telah menjadi bagian yang tidak boleh dipisahkan dari perspektif Islam yang memandang fitrah manusia sebagai khalifah di Bumi. Manusia sebagai khalifah di Bumi ini bertugas untuk memakmurkan Bumi, dengan merawat dan melestariannya sehingga menjadi tempat yang nyaman dalam menunaikan perintah untuk beribadah kepada-Nya. Hal ini sejalan dengan konsep ekologi, di mana menekankan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan yang ditinggalinya.

Advertisements

Selama ini, pondok pesantren tidak jarang menerima stereotip negatif dari sebagian masyarakat. Pesantren diidentikkan sebagai tempat yang kumuh dan kurang memperhatikan ekologi sekitar.

Hal ini tentunya tidak sejalan dengan yang seharusnya terjadi di pesantren. Sebab, bagaimana mungkin pesantren yang telah memadukan berbagai bidang keilmuan, khususnya ilmu keagamaan dan ekologi, mendapatkan pandangan negatif yang demikian. Stereotip negatif dari sebagian masyarakat tersebut, di antaranya didasari oleh pandangan mereka terhadap penyakit scabies (gudik) yang menjadi ciri khas dari pesantren.

Menurut Kurniasari, dkk (2022) terdapat sekitar 14.798 pondok pesantren memiliki kasus scabies yang cukup tinggi. Menurutnya, penyakit scabies di lingkungan pesantren dipengaruhi oleh pola hidup yang sering bertukar barang dan kurangnya menjaga kebersihan individu maupun lingkungan pesantren.

Selaras dengan hal tersebut, penyakit scabies telah menjadi ciri khas dari pesantren, khususnya pesantren klasik yang mana seorang santri dianggap belum bisa menyerap ilmu yang ada di pesantren kecuali sudah pernah mengalami penyakit scabies.

Masalah umum lainnya yang sering terjadi di lingkungan pesantren yaitu pengelolaan sampah. Jumlah santri yang banyak tentu akan menghasilkan kuantitas sampah yang banyak juga. Tidak jarang, pengelolaan sampah hanya dilakukan dengan proses pengumpulan dan pembakaran atau sekadar pemindahan ke tempat pembuangan akhir (TPA), serta tidak melalui proses pemilahan terlebih dahulu.

Pada tahun 2022, telah dilakukan penelitian oleh PT Systemiq Indonesia di salah satu pesantren di Banyuwangi yang memiliki sekitar 6000 santri. Di pesantren tersebut, dalam sehari menghasilkan 1,2 ton sampah. Saat penelitian dilakukan, sampah belum dapat dikelola dengan baik (Jauhariyah dan Mahmudah, 2023). Sebenarnya, pengelolaan sampah secara lebih baik di lingkungan pesantren dapat dilakukan. Akan tetapi hal tersebut memerlukan biaya yang lebih besar dibandingkan sekadar memindahkan ke TPA setempat, seperti yang telah dikemukan oleh Ulinnuha (2023).

Menanggapi stereotip dan fakta negatif mengenai ekologi di lingkungan pesantren, perlu upaya yang harus dilakukan sehingga mampu memperbaiki citra pesantren. Selain itu, upaya ini merupakan implementasi dari ilmu ekologi Islami terpadu yang telah diperoleh. Salah satu solusi efektif yang ditawarkan adalah konsep Eco Green Pesantren.

Praktik Eco Green Pesantren sebenarnya sudah cukup lama diperkenalkan. Hal ini diperkuat oleh sebuah penelitian tesis dari Center for Religius and Cross-cultural Studies (CRCS) tahun 2018. Berdasarkan penelitian tersebut, dikatahui bahwa dalam satu dekade belakangan ini, praktik-praktik ekologis komunitas muslim di pesantren yang dikenal sebagai Eco Pesantren telah berkembang di Indonesia (Suprianto, 2022).

Hingga saat ini, konsep Eco Green Pesantren sangat gencar dikampanyekan khususnya melalui pembinaan dari pemerintah kabupaten/kota. Misalnya, di Kota Malang bersama kabupaten/kota lain di Jawa Timur terus dikampayekan Eco Green Pesantren melalui perlombaan kebersihan dan ekologi pesantren yang berjenjang mulai dari tahap kota ke provinsi. Serangkaian kampanye konsep Eco Green Pesantren melalui perlombaan dimulai dengan seleksi pesantren terbersih di Kota Malang, kemudian didapatkan beberapa juara dan akan diberikan pembinaan serta dana penunjang untuk merealisasikan Eco Green di pesantren tersebut.

Beberapa pesantren tersebut nantinya diharapkan dapat menjadi contoh untuk seluruh pesantren yang ada di Kota Malang serta dapat maju dalam lomba Eco Green Pesantren di tingkat provinsi. Langkah tersebut menurut penulis sangat sesuai untuk meningkatkan semangat dalam menjaga ekologi di lingkungan pesantren, terlebih penulis juga merupakan anggota tim Eco Green Pesantren yang mendapatkan pembinaan dari Pemerintah Kota Malang.

Melihat praktik Eco Green Pesantren yang ada, khususnya yang telah diterapkan di pesantren, penulis mencoba menguraikan beberapa alasan kuat mengapa program ini harus dilakukan secara berkelanjutan. Dimulai dari dikampayekannya program ini disertai dengan pengenalan dan pembinaan sehingga para santri mengetahui apa itu Eco Green Pesantren. Setelah mengetahui apa itu Eco Green Pesantren, setiap pesantren tentunya akan mengetahui aspek SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) yang berhubungan dengan ekologinya.

Pengenalan mengenai aspek SWOT perlu dilakukan untuk mengubah kelemahan yang dimiliki sehingga menjadi peluang. Hal itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan potensi yang ada, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa kelemahan ekologi di lingkungan pesantren umumnya terkait dengan kebersihan dan pengelolaan sampah. Selain itu, ada fakta kurangnya keterampilan dalam mengelola limbah lain yang sebenarnya masih memiliki potensi baik dari segi ekologi maupun ekonomis.

Pembinaan Eco Green Pesantren biasanya dimulai dari edukasi mengenai klasifikasi sampah. Tahap ini membantu pihak pesantren untuk dapat mengenali jenis sampah yang dihasilkan. Dengan begitu, pihak pesantren dapat melakukan pemilahan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengolahan lebih lanjut.

Misalnya, sampah organik yang kemudian dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kompos tanaman di area pesantren. Sedangkan, sampah anorganik yang sebagian dapat dimanfaatkan sebagai produk kreatif atau sekadar dijual dan bernilai ekonomis.

Tahap selanjutnya adalah sanitasi yang menjadi perhatian utama dalam pembinaan Eco Green Pesantren. Faktanya, beberapa penyakit di lingkungan pesantren tak khayal merupakan buah dari kurang perhatian santri terhadap kebersihan dan sanitasi, baik secara individu maupun seluruh ekologi pesantren.

Program Eco Green Pesantren juga memperhatikan penghematan energi dan sumber daya. Pada umumnya hal tersebut terkait masalah dengan penggunaan air dalam skala besar di lingkungan pesantren. Terdapat dua jenis air di lingkungan pesantren, yaitu air suci menyucikan yang masih murni dan air bekas. Adapun, untuk air bekas ini terkadang masih banyak pesantren yang belum mampu memanfaatkannya, seperti air bekas wudhu yang sebenarnya masih bisa dimanfaatkan untuk air tanaman dan sebagainya. Sedangkan, air toilet yang bernajis harus menjadi kajian apakah kemudian masih bisa dimanfaatkan atau bagaimana pengelolaannya yang lebih optimal.

Saat ini, Eco Green Pesantren tidak hanya mencakup perihal sederhana, melainkan sudah menjamah pengintegrasian ilmu sains dengan ekologi pesantren. Seperti, tidak jarang beberapa pesantren sudah mampu melakukan praktik pertanian terpadu atau sekadar mengupayakan penambahan ketersediaan oksigen melalui penanaman pohon di kawasan pesantren.

Dengan demikian, penerapan Eco Green Pesantren tidak hanya menjadi solusi untuk mengatasi masalah lingkungan di pesantren, tetapi juga sebagai sarana edukasi bagi para santri. Program ini mampu meningkatkan kesadaran dan keterampilan santri dalam mengelola lingkungan dengan baik.

Lebih jauh lagi, Eco Green Pesantren dapat mendorong pesantren-pesantren lain untuk mengikuti jejak yang sama, sehingga tercipta lingkungan pesantren yang sehat, bersih, dan berwawasan lingkungan. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan terus-menerus dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, maupun internal pesantren itu sendiri, untuk mewujudkan lingkungan pesantren yang lebih baik dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka:

*Naskah peserta Lomba Karya Tulis Ekologi Kaum Santri dengan judul asli “Eco Green Pesantren: Solusi Efektif untuk Masalah Lingkungan di Pesantren?”

Multi-Page

Tinggalkan Balasan