Ekologi Bahasa Puisi

68 views

Di dalam sebuah buku Berkenalan dengan Puisi, Prof. Dr. Suminto A. Sayuti mengemukakan sebuah tanya retoris, “Masih perlukah batasan puisi?” Hal ini dimaksudkan bahwa puisi itu dalam perkembangannya selalu mengalami dinamika perubahan yang semakin beragam. Batasan-batasan puisi pun yang dikemukakan oleh para tokoh perpuisian maupun dalam pemerhati ekologi bahasa tidak dapat merangkul keseluruhan makna puisi yang dinamis.

Dinamika perpuisian cenderung berubah dari waktu ke waktu. Tentu saja hal ini jika dikaitkan dengan puisi masa kini (puisi modern). Berbeda jika dihubungkan dengan puisi lama yang masih diikat oleh berbagai struktur bahasa, bentuk puisi seperti rima, irama, jumlah kata, jumlah baris, suku kata, dan lain sebagainya. Karena bentuk puisi ini dibangun di atas pondasi kemandirian yang statik. Semisal pantun, syair, gurindam, dan karmina, adalah bentuk-bentuk puisi yang diikat dengan berbagai aturan atau kaidah.

Advertisements

Masih menurut Suminto A. Sayuti, membatasi (mendefinisikan) puisi tidak akan pernah mencapai kata sepakat dan sepadan. Meski dicoba untuk dibuatkan sebuah batasan, hal ini dimaksudkan agar lebih fokus dalam perkenalan perkenalan puisi. Suminto A. Sayuti mengatakan, “Puisi adalah sebentuk pengucapan bahasa yang memperhitungkan adanya aspek bunyi-bunyi di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional, dan intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individual dan sosialnya; yang diungkapkan dengan teknik pilihan tertentu, sehingga puisi itu mampu membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau pendengar-pendengarnya.”

Batasan yang telah dikemukakan di atas, sebagaimana disadari oleh penulisnya, tidak akan mampu membatasi puisi secara keseluruhan. Karena hal tersebut didasarkan pada puisi-puisi konvensional dan tidak akan bisa mendefinisikan puisi yang saat ini berkembang dengan sangat signifikan ke arah model puisi yang semakin meluas. Jadi, puisi dari waktu ke waktu mengalami dinamika perkembangan dan tidak dapat didefinisikan dengan kerangka kalimat yang statis.

Bahasa Puisi

Puisi memiliki pilihan bahasa yang unik (rumit?). Dikatakan unik, disebabkan bahasa puisi memiliki kaidah kebahasaan yang dinamis. Tulisan ini lahir dikarenakan adanya diskusi kecil (santai) dalam grup WA kepenulisan. Sebuah pilihan diksi “amaraloka” menjadi perdebatan dan perbedaan persepsi. Ketika amaraloka dimaksudkan sebagai nama, maka sudah selesai diskusi dan tidak perlu lagi ada perbedaan dan perdebatan. Namun, di saat diksi ini dimaksudkan sebagai “asmaraloka” sebagaimana termaktub dalam KBBI dan yang diinginkan oleh penulis, maka penulisan amaraloka adalah sebuah typo dan harus dibetulkan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan