Entitas Baru di Antara Civil Islam dan Uncivil Islam

19 views

Masyarakat Islam seringkali dipotret melalui kaca mata oposisi biner, yang membagi kategori secara dualisme yang berlawanan. Pemisahan antardua kategori ini menggambarkan suatu pertentangan, seperti modern versus tradisional, sunni versus syiah, moderat versus fundamental, urban versus rural, dan lain sebagainya.

Dalam masyarakat Islam, tipologi seperti ini tidak hanya dalam spektrum teologis-ukhrawi, namun juga pada spektrum budaya, sosial, dan politik. Sehingga, pendefinisian yang disematkan pada suatu masyarakat Islam berlaku dari kehidupan dunia hingga kehidupan akhirat. Doktrin yang bersifat esensialis ini mengatur manusia dari bagaimana ia lahir, hidup, cara menempuh kehidupan, meninggal, bangkit dari kubur, hingga kehidupan di akhirat kelak.

Advertisements

Oposisi biner menganggap bahwa pemahaman manusia mengenai dunia dibaca melalui kaca mata berpasang-pasangan yang berlawanan. Dua elemen yang berlawanan ini secara otomatis membangun hierarki nilai satu sama lain. Di satu sisi menganggap nilai dan karakteristiknya lebih unggul ketimbang sisi yang lain, di satu sisi yang lainnya pun memiliki anggapan demikian.

Misalnya, oposisi biner Tradisional vis a vis Modernis. Ketegangan antarkeduanya berusaha mempertahankan ajaran dan praktik keagamaan masing-masing.

Fazlur Rahman dalam Islam and Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition (1982) melihat umat Islam harus menghadapi tantangan modernitas di samping mempertahankan tradisi keagamaan.

Begitu pula, Fundamentalis vis a vis Moderat. Fundamentalisme, dalam amatan John L. Esposito dalam Islam: The Straight Path (1998) merupakan respon atas modernisasi dan sekulerisasi yang dianggap sebagai ancaman eksternal ajaran agama Islam.

Begitu pula Civil Islam, juga dipasangkan dengan suatu entitas yang berlawangan. Sumantho al-Qurtuby menyebutnya dengan Uncivil Islam. Jika Civil Islam menjunjung tinggi demokrasi, pluralisme, hak-hak sipil, toleran, pluralis, kesetaraan gender maka Uncivil Islam merupakan sebaliknya.

Hefner, melalui karyanya Civil Islam: Muslims and Democratization in Indonesia (2000), mendefiniskan Civil Islam sebagai kelompok moderat yang mencoba mengintegrasikan antara tradisi Islam dan nilai-nilai modern demokrasi. Secara garis besar ia melihat peran Islam dalam proses demokratisasi di Indonesia khususnya pada masa Orde Baru.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan