Guru BK Tak Semomok Itu

69 views

Rasa-rasanya secara umum memang tak banyak yang bisa diberikan seorang murid terhadap gurunya. Murid yang sukses dan berhasil dalam kariernya sekalipun, hanya segelintir yang mau mengingat jasa dan mendoakan guru-gurunya. Hari guru yang diperingati setahun sekali juga bahkan tak cukup untuk menggambarkan bagaimana keluhuran dan keluasan jasa-jasa mulia sang pahlawan pembawa cahaya pengetahuan.

Namun yang perlu diingat, guru dalam lingkungan pendidikan tak hanya identik dengan guru mata pelajaran (mapel). Ada juga di antaranya guru nonmapel yang memiliki peran besar dalam tumbuh kembang para siswanya.

Advertisements

Guru BK (Bimbingan & Konseling) atau dulu dikenal dengan isitlah guru BP (Bimbingan & Penyuluhan), misalnya. Guru BK merupakan guru nonmapel yang memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi) memberikan pelayanan berupa bimbingan dan pendampingan mengenai pengenalan diri, lingkungan, serta membantu siswa dalam mengetahui minat dan bakatnya. Sosok guru yang berkhidmat untuk memberikan kelimuannya dalam bidang pelayanan konseling sehingga membantu membentuk karakter siswa.

Para siswa pun memiliki kenangan tersendiri tak terkecuali dengan guru BK. Ya, guru BK seakan-akan menjadi kubu yang kontra dengan tabiat para siswa di lingkungan sekolah.

Berbagai macam pelanggaran mulai dari rambut yang panjang, celana yang kuncup, atribut sekolah yang tak lengkap hingga pelanggaran aturan lainnya memang akan berujung pada ‘pengadilan’ BK. Siswa yang sudah memasuki ruangan akan disuguhkan buku yang berisi daftar ‘dosa’ lengkap dengan nilai atau poin pelanggaran yang sudah dikumpulkan. Jika sudah mencapai ambang batas tertentu, siswa terpaksa harus menghadirkan walinya ke sekolah agar mendapatkan pengarahan bahkan peringatan baik secara lisan maupun tulisan.

Berdasarkn tupoksinya, guru BK memiliki peran sentral dalam lingkungan pendidikan, menjadi benteng pertama dari segala kenakalan dan huru-hara yang terjadi di sekolah. Mulai dari kasus bullying, perkelahian bahkan hingga kasus kekerasan yang terjadi. Karena itu, furu BK menjadi garda terdepan dalam menyelesaikan perkara-perkara kesiswaan.

Stempel Polisi Sekolah

Tupoksi yang dihadapi guru BK memang sangat krusial, bahkan sudah menjadi stigma hingga kini guru BK dicap sebagai ‘polisi sekolah’ atau ‘polisi siswa’. Stempel negatif yang memberi kesan seakan-akan guru BK merupakan musuhnya para pembelajar. Hal ini menyebabkan guru BK dipersepsikan sebagai biang menghilangnya kebebasan di sekolah.

Akibatnya, siswa berpandangan guru BK itu sosok paling ditakuti dan perlu dihilangkan dari kehidupan siswa selama menempuh pembelajaran. Setiap gerak-gerik dan perilaku mereka selalu dibayangi oleh guru yang akrab disapa konselor ini. Baik itu saat jam istirahat, jam makan siang bahkan saat jam pelajaran sekalipun guru BK bak CCTV yang menghantui tindak-tanduk mereka.

Apa yang menjadi penyebab stigma ini masih awet hingga kini? Jawabannya adalah misinformasi dan mispersepsi. Siswa masih belum memahami hakikat keberadaan guru BK yang sesungguhnya dan perannya sebagai konselor. Siswa memandang guru BK layaknya petugas aparat yang kejam dalam menindak semua pelanggaran.

Padahal guru BK itu bukanlah polisi sekolah, lebih daripada itu guru BK merupakan sahabat, teman curhat sekaligus orang tua yang akan selalu memperhatikan dan mengayomi apapun masalah siswa baik di lingkungan internal sekolah lebih-lebih lingkungan eksternal seperti di rumah atau sosial masyarakat. Intinya guru BK itu adalah teman, bukan lawan.

Bullying dan kekerasan menjadi hot issue di kalangan pelajar karena menyedot perhatian publik terhadap kerentanan keamanan di lembaga pendidikan. Guru BK memegang peranan penting mencegah terjadinya hal tersebut lewat edukasi dan  literasi akan bahayanya bullying serta tindak kekerasan lainnya.

BK berperan untuk mencegah bullying dengan memberikan penyuluhan secara massal kepada siswa saat masa pengenalan lingkungan siswa (MPLS) dan jam pelajaran khusus Bimbingan Konseling. Guru BK juga berperan dalam mencegah siswa untuk tidak membawa barang-barang berbahaya seperti senjata tajam ke sekolah, merazia seluruh tas siswa saat akan memasuki kawasan sekolah. Ketiga, guru BK mengawasi aktivitas siswa selama jam istirahat lewat upaya kolaboratif dengan rekan-rekan guru lainnya untuk meminimalisasi gangguan ketertiban yang ada. Dalam hal pertengkaran siswa, BK menjadi penengah dan wasit yang mendamaikan dan memberikan nasehat kepada siswa. Peran dan tugas BK memang sungguh berat, untuk itu dukungan dari semua stakeholder pendidikan sangat diperlukan.

Hapus Stigma Negatif

Stigma yang sudah berlangsung cukup lama ini wajib diakhiri. Tak ada satu pun guru yang menginginkan keburukan bagi siswanya termasuk guru BK. Momentum Hari Guru Nasional (HGN) harus jadi turning point atau titik balik dalam mengedukasi siswa tentang peran dan tujuan sebenarnya guru BK di sekolah. Tak boleh lagi ada embel-embel dan menjuluki guru BK dengan polisi sekolah, seluruh stakeholder wajib memberikan pemahaman bahwa guru BK itu setara dan sama sengan guru-guru mapel lainnya. Memberikan program layanan konseling, konsultasi dan bimbingan terhadap minat dan bakat terhadap muridnya. Mengarahkan siswanya menuju pendidikan dan karir yang menjadi tujuan yang diimpikan.

Hari guru harus bisa menjadi monumen untuk menormalkan dan mengakhiri stigma negatif guru BK. Ayo kita gaungkan bersama “guru BK sahabat semua siswa, bukan lagi polisi siswa”. Guru BK berhak mendapatkan penghormatan yang layak dari siswa lewat penghapusan stigma buruk tersebut, untuk itu siswa wajib  menghormati dan memuliakan guru BK dan seluruh guru pada umumnya. Kolaborasi edukasi menjadi kunci untuk menghentikan stigma itu semua.

Selamat Hari Guru Nasional untuk guru BK dan seluruh guru-guru di penjuru negeri ini. “Guruku yang berjiwa tulus, engkau bagaikan oase di tengah gurun pasir tandus yang menyelamatkan siapapun yang haus”.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan