Palestina sejenak bisa bernapas lega atas gencatan senjata yang dilakukan Israel setelah perang yang berlangsung sebelas hari hingga menewaskan puluhan bahkan ratusan rakyat Palestina. Berbagai gerakan dilakukan oleh masyarakat dunia untuk bersimpati kepada rakyat Palestina. Bahkan donasi mengalir dari berbagai negara. Tak terkecuali Indonesia.
Semua orang di seluruh dunia mengecam kekejaman Zionis yang tanpa perasaan meluncurkan bom ke permukiman penduduk. Ini menyebabkan para wanita dan anak-anak ikut menjadi korban karena bom meledak tanpa memandang gender.
Israel seolah tidak membiarkan para wanita melahirkan generasi penerus dan anak-anak tumbuh dewasa hingga bisa membalas perlakuan mereka. Rakyat Palestina semakin terdesak karena Israel terus memperluas wilayahnya. Mengusir rakyat Palestina secara perlahan hingga mereka dapat menduduki Masjidil Aqsha, tempat yang disucikan baik bagi umat Islam maupun Yahudi.
Terlepas dari kekejaman yang terus dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina, ada sisi-sisi lain yang membanggakan dan mungkin membuat kita segan untuk mengakuinya. Salah satunya tentang kuatnya budaya membaca masyarakat Israel. Seperti dilansir oleh Israel Chamber of Commerce of the Philippines, di saat remaja kita lebih memilih rebahan bersama ponsel pintarnya, Israel malah sudah menduduki peringkat pertama sebagai negara yang paling banyak menerjemahkan buku dari berbagai bahasa di dunia. Tingkat melek literasi yang tinggi membuat negara ini memiliki 24% angkatan kerja bergelar sarjana dan 12% dengan gelar lanjutan. Prestasi tersebut menempatkannya pada peringkat ketiga dalam dunia industri setelah Amerika Serikat (AS) dan Belanda.
Bahkan wanita-wanita hamil di negara ini akan memilih untuk menyelesaikan berbagai soal matematika yang rumit bersama suaminya daripada sekadar berjalan-jalan di taman ataupun pusat perbelanjaan. Keterkaitan antara ibu dan anak dalam masa kehamilan menjadi alasan mereka untuk mendapatkan generasi yang cerdas dalam ilmu eksak.
Fakta lain yang dapat dibanggakan dari negara dengan lambang bintang Daud ini adalah kepemimpinannya dalam jumlah teknisi dan ilmuan terbesar di dunia. Dalam setiap 10 ribu pekerja di negara ini, 145 di antaranya adalah ilmuwan dan teknisi. Angka tersebut jauh lebih banyak dari AS yang hanya 85 orang, disusul Jepang dengan 70 orang dan Jerman 60 orang.
Dengan fakta tersebut, Israel berhasil mengisi 25% tenaga kerja di dunia yang bekerja sebagai teknisi. Hal ini berbanding terbalik dengan negara kita yang bahkan kekurangan tenaga para ilmuwan dan teknisi. Salah satu alasan mengapa seorang BJ Habibie dengan IQ 200 yang bahkan mengalahkan Albert Einstein lebih memilih berkarier di Jerman daripada kembali ke Tanah Air adalah kurang dihargainya profesi teknisi dan ilmuan di negeri ini.
Gaji rata-rata para teknisi di Indonesia hanya sekitar Rp 3.300.000, setara dengan gaji terendah di AS. Faktor tersebut membuat semakin menurunnya minat mahasiswa untuk mengambil jurusan teknik dan kedokteran.
Fakta terakhir tentang negara Israel yang patut dibanggakan adalah tentang larangan model terlalu kurus yang diberlakukan sejak tahun 2013. Pemerintah di negara ini berusaha mengurangi penderita anoreksia nervousa yang terjadi pada 1500 remaja setiap tahunnya hingga menyebabkan 5 di antaranya berbuntut pada kematian. Anoreksia nervousa adalah penyakit yang membuat para penderitanya mengalami kekhawatiran berlebih pada berat badannya jika mengonsumsi makanan dan minuman dalam porsi normal. Penderita penyakit ini akan terus mengalami penurunan berat badan secara drastis karena kebiasaan makannya yang buruk. Dengan bekerja sama dengan model dan berbagai majalah terkenal seperti Vogue, Israel barhasil menekan tingkat penderita anoreksia di negaranya.
Menyelamatkan generasi muda dari kematian sia-sia hanya karena ketidak percayaan diri terhadap bentuk fisik. Israel adalah negara pertama yang memberlakukan peraturan ini sebelum Prancis membuat peraturan yang sama pada 2015. Tingkat kepedulian pemerintah yang perlu diacungi jempol adalah salah satu faktor mengapa negara ini meningkat begitu pesat setelah Theodore Hertzl mendirikannya seratus tahun silam.
Negara kita memang perlu banyak bercermin dari negara maju. Sejenak melupakan keburukan dari negara-negara lain untuk bisa mengambil sisi positif dari negara-negara itu demi kemajuan bangsa agar Indonesia tidak lagi dijuluki sebagai “Macan Asia yang Tertidur”.