Haul Pertama Sang Khadimul Ummah

226 kali dibaca

Suasana khidmat menyelimuti Langgar Wakaf KH Badrussalam di RW 11 Kelurahan Kasin, Kecamatan Klojen, Kota Malang, Jawa Timur.

Pada hari yang istimewa ini, Sabtu,13 Juli 2024, untuk pertama kalinya, warga setempat mengadakan haul atau peringatan wafatnya KH Badrussalam, seorang ulama yang telah banyak berjasa dalam penyebaran Islam di Kota Malang.

Advertisements

Acara yang diselenggarakan berkat kolaborasi antara RW 11 dan RW 6 Kelurahan Kasin ini dimulai sejak pagi hari dengan khotmil Qur’an. Para jemaah dengan khusyuk melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an, mengirimkan doa bagi almarhum KH Badrussalam. Lantunan ayat suci itu seolah mengantarkan kenangan akan sosok KH Badrussalam yang selama hidupnya tak pernah lepas dari Al-Qur’an.

KH Badrussalam, yang wafat pada 2 Februari 1974 dalam usia 68 tahun, dikenal sebagai sosok ulama yang gigih dalam mensyiarkan Islam, bahkan di tengah kondisi negara yang belum sepenuhnya aman pasca Agresi Kedua Belanda.

Lahir pada tahun 1906 di desa Tempursari, Klaten, Solo, beliau telah ditempa dengan pendidikan agama sejak kecil oleh ayahnya, H Muhsin.

Perjalanan KH Badrussalam ke Kota Malang dimulai ketika beliau diajak oleh Kiai Nahrowi Thohir untuk membantu mengajar di Madrasah Mu’allimin, Jagalan pada tahun 1941. Sejak saat itu, beliau mengabdikan hidupnya untuk pendidikan dan dakwah di Kota Malang.

“Abah selalu mengutamakan pendidikan dan dakwah,” kenang Ibu Suci, putri keenam KH Badrussalam. “Beliau rela bersepeda ontel dari rumah ke Masjid Agung Jami’ Malang untuk menjadi imam salat lima waktu, kemudian mengajar di Madrasah Mu’allimin.”

Kesederhanaan dan keikhlasan Kiai Badrussalam dalam mengajar telah melahirkan banyak murid yang kemudian menjadi tokoh-tokoh penting, seperti Brigjen (Purn) Sulam Samsun, mantan pengurus PBNU, dan beberapa pengurus Muslimat NU Kota Malang. Dedikasi beliau dalam dunia pendidikan terbukti ketika beliau menolak tawaran untuk menjadi Ketua Pengadilan Agama Malang sekitar tahun 1970, dan memilih untuk tetap mengajar di madrasah.

Kiai Badrussalam juga dikenal sebagai sosok yang istikamah dan sabar. Ustaz Kamilun Muhtadin menuturkan bahwa beliau hampir tidak pernah absen mengimami salat lima waktu di Masjid Agung Jami’ Malang. Bahkan ketika sedang mengajar di madrasah, beliau akan meminta izin untuk pergi mengimami salat jika waktu salat telah tiba.

Kesabaran Kiai Badrussalam teruji ketika suatu hari sepeda ontelnya yang menjadi alat transportasi sehari-hari dicuri saat diparkir di halaman Masjid Jami’. Namun, beliau hanya tersenyum dan pulang ke rumah dengan berjalan kaki, tanpa mengeluh sedikitpun.

Selain sabar, Kiai Badrussalam juga dikenal sebagai sosok yang wara’ atau sangat berhati-hati dalam masalah halal dan haram. H Gatot Dardiri, salah satu takmir Masjid Agung Jami’ Kota Malang saat ini yang juga keponakan beliau, menceritakan bagaimana Kiai Badrussalam pernah menolak makanan yang beliau tidak yakin kehalalannya.

Puncak acara haul diisi dengan ceramah oleh KH Nur Hasanuddin pada malam hari. Dalam ceramahnya yang penuh hikmah, Kiai Nur Hasanuddin mengajak jamaah untuk meneladani sikap istikamah, sabar, dan wara’ yang menjadi ciri khas Kiai Badrussalam.

“Kiai Badrussalam adalah contoh ulama yang konsisten dalam perjuangannya. Beliau memilih mengajar daripada jabatan, karena baginya, mencetak generasi Islam yang berilmu lebih penting,” ujar Kiai Nur Hasanuddin. “Mari kita teruskan perjuangan beliau dengan menjaga semangat mencari ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.”

Haul pertama ini menjadi momen penting bagi warga Kelurahan Kasin untuk mengenang jasa dan perjuangan Kiai Badrussalam. Acara ini juga menjadi pengingat bagi generasi muda akan pentingnya meneladani sikap dan perjuangan para ulama dalam menyebarkan ajaran Islam.

Salah seorang panitia acara, mengungkapkan harapannya, “Semoga dengan diadakannya haul ini, semangat dan nilai-nilai yang diajarkan oleh Kiai Badrussalam dapat terus hidup dan menjadi inspirasi bagi kita semua. Kami berharap acara ini bisa menjadi tradisi tahunan yang mengingatkan kita akan pentingnya ilmu dan akhlak dalam kehidupan.”

Seiring berakhirnya acara, para jamaah pulang dengan membawa kenangan dan pembelajaran berharga. Sosok Kiai Badrussalam yang sederhana namun kaya ilmu dan akhlak telah meninggalkan jejak yang tak terlupakan di hati masyarakat Kota Malang.

Demikianlah, peringatan haul pertama Kiai Badrussalam tidak hanya menjadi ajang mengenang sosok ulama besar Kota Malang, tetapi juga momen untuk merenungi dan mengamalkan ajaran-ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari. Semoga semangat dan perjuangan Kiai Badrussalam terus hidup dan menginspirasi generasi mendatang untuk terus menuntut ilmu dan berdakwah dengan penuh keikhlasan.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan