Jejak Kemah Sastra 2024 di Banyuwangi

386 kali dibaca

Untuk kesekian kalinya, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melaksanakan Kemah Sastra se-Asia Tenggara. JSAT atau Jambore Sastra Asia Tenggara merupakan kegiatan realistis terhadap eksistensi kesastraan di Indonesia, bahkan di dunia. Karena Kemah Satra ini diikuti oleh sastrawan dari Asia Tenggara. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan kegiatan ini meluas hingga ke manca negara.

Saya menjadi salah satu peserta yang diundang dari kegiatan JSAT ini. Sayangnya, untuk kali ini saya tidak bisa hadir karena adanya musibah. Kesempatan untuk berjumpa dengan penyair-penyair kawakan dari berbagai daerah tidak kesampaian.

Advertisements

Namun, melalui grup WA yang diinisiasi oleh panitia, sedikit banyak saya bisa mengikuti jalannya acara. Tentu saja pantauan dengan jarak tak berbilang, pun melalui dunia maya tidak sepadan dengan teman-teman yang hadir langsung di sana. Rumah Budaya Osing (RBO) adalah pusat kegiatan Kemah Sastra Tahun 2024.

Kegiatan JSAT 2024 mendatangkan nara sumber yang sudah tidak asing lagi di dunia sastra. D Zawawi Imron, si “Celurit Emas”, adalah salah satu nara sumber yang sudah malang melintang di dunia sastra. Ada juga Riri Satria, seorang peyair dan juga akademisi. Dan penyair muda, Sofyan RH. Zaid, yang merupakan penyair, esais, dan editor. Mereka adalah para nara sumber yang talenta kepenyairannya sudah sangat masif.

Jambore Sastra Asia Tenggara (JSAT) Banyuwangi digelar 24-26 Oktober 2024, dengan kegiatan seminar, diskusi, dan menerbitkan buku antologi puisi berjudul Ijen Purba: Tanah, Air, dan Batu yang diikuti dari penyair Nusantara dan mancanegara. Selain itu berbagi pengalaman tentang kesastraan kepada generasi muda di Banyuwangi.

Kegiatan pencerahan sastra dengan program “Penyair School Visit’, sebagai ruang edukasi sastra yang ditujukan untuk siswa sekolah SMP/MTs dan SMA/MA sebagai bentuk semangat kreatif literasi di Banyuwangi yang diadakan Jumat, 25 Oktober 2024.

Pada kesempatan tersebut, Komunitas Indonesia Kreatif (KEPIK) dari Jakarta ikut partisipasi memberi paparan dan workshop “Menulis Kreatif ala KEPIK” di sekolah SMP I Kalipuro di Jln Gatot Subroto, dengan diikuti sebanyak 70 orang siswa.

Dari kegiatan ini, para peserta diwajibkan membuat karya puisi untuk dikirim ke panitia pelaksana JSAT melalui link google  drive yang dibagikan ke sekolah. Puisi yang terkumpul akan diseleksi secara ketat oleh tim kurator yang akan diterbitkan menjadi buku antologi.

Event JSAT yang melibatkan siswa sekolah, menurut saya, merupakan langkah strategis untuk dijadikan program sastra sebagai kalender tahunan yang berkelanjutan. Dengan kolaborasi dan sinergitas serta melibatkan para pemangku kepentingan, tentu saja searah misi dan visi yang diadaptasi dari kekayaan budaya kebhinekaan, yang kelak akan membentuk adab karakter bangsa. Momen ini penting, mengingat pemerintahan sekarang telah memiliki Kementrian Kebudayaan.

Tinggallah kenangan. Jejak-jejak kepenyairan berkelindan di setiap intuisi peserta Jambore Sastra. Kemudian tidak sedikit para penyair ini yang menarasikan dalam diksi puisi. Proses lahirnya sajak yang tercipta oleh suasana Kemah Sastra yang sangat mengesankan.

Berikut ini saya muat beberapa karya teman-teman yang dikirimkan melalui grup WA. Karena terbatasnya ruang narasi, hanya sebagian saja yang sempat saya jejakkan.

OMBAK LAUT PULAU MERAH
Oleh: Riami

Ombak menyapaku garang
Suaranya menembus dada
Bergemuruh seluruh luruh

Angin melaju pelan
Naik menuju pencak pulau merah
Pasir berdersik di kaki-kaki pencari riak gelombang
Gaduhnya dirindu para pemalu

Payung-payung pantai dan kursi
Diam bisu menjadi sajak sajak penakhluk decak

Pantai Pulau Merah, 25 Oktober 2024.

AKU
Oleh: Anton Narasoma

seperti ombak di muara laut, aku menjejak waktu
sebab semangat tak hanya kata-kata, karena itu tetap bergelora bagai api

aku adalah ujung panah yang memburu masa ketika angka-angka almanak berhamburan dalam proses kehidupan

maka,
kukejar sisa perjalanan yang masih menempuh jarak dari waktu ke waktu

sebab,
masih kusimpan cita-cita masa lalu yang mengering dalam kajian langkah setelah kulewati dari tahun-tahun sebelum ini

maka,
haruskah api yang bergemuruh di dada ini membakar potongan kegelisahan tatkala
asap hitam itu membumbung di hadapan perjalanan ini?

Palembang, 26 Oktober 2024.

MENYAMBUT SYAL GURUKU
Oleh: Lies Noor

Surya tenggelam dilaju kereta
Saat mata seekor iguana betina nanar menatap riak dan gerai, entah apa…

Aku tengadah
Telingaku kian goyah
Bunyi gamelan dan tetabuhan membius, menusuk,

Aku takluk!
Malam tanpa bulan berselimut gandrung samar-samar

Kau tahu?
Bayangan di atas aspal yang kesepian
Bergumam saat riuh kendaraan berlarian, melompat, lalu menghilang
Memekak lalu tenggelam

Kemudian
Dengan sehelai rajut putih-hitam aku berdiri tegak
Meninju angin, menantang ombak
Dengan suara nyaring (dan berbekal syal guruku), aku bermaklumat
“Kau adalah aku di purnama berikutnya!”

Suro bulan ke dua,
Setelah debur dan mercu melebur lalu membuncah di tengah laut kota Banyuwangi
Maklumat itu diam-diam menjalar dibawa angin
Gaungnya bicara (sebagai pengingat),
“Dua purnama lagi, di situ, di tempat dudukmu, akulah dirimu!”

Kemiren, 27 Oktober 2024.

DI PASAR KAMPOENG OSING
Oleh: Riami

Kue cucur hangat, wajahmu yang semangat
Menatapku dengan hikmat

Kuambil sebungkus nasi jagung
Suaramu menggaung di telinga
Lalu menghuni jantung

Mengetuk-ngetuk dada
Memenuhi otot jiwa
Menjadikan aku kuat
Melangkah pulang

Kampoeng Osing, 27 Oktober 2024.

***

Selain itu, ada beberapa catatan teman-teman penyair yang dimuat diberbagai platform media. Khususnya terkait dengan Penyair School Visit yang diadakan di beberapa lembaga di sekitar Banyuwangi. Seperti kunjungan peserta Kemah Sastra ke MA Mabadiul Ihsan. Di sekolah tersebut para penyair membagikan pengalaman kepenyairan serta meberikan motivasi untuk mencintai sastra. Untuk lebih lengkap dapat dibaca di tautan: https://suarapecari.com/berita/SP-2024102614486/jambore-sastra-asia-tenggara-penyair-goes-to-school-digelar-di-ma-mabadiul-ihsan/.

Demikian juga acara Penyair School Visit yang diadakan di MTs. N 10 Banyuwangi. Di sana teman-teman penyair juga menyampaikan orientasi sastra terkait dengan kehidupan. Membagi pengalaman bagaimana kita mencintai sastra. Proses mencipta puisi yang akan menjadi jejak abadi dalam kehidupan. Kegiatan ini dapat dibaca di laman: https://www.sastrawacana.id/2024/10/penyair-goes-to-school-di-mtsn-10.html

Tidak banyak yang dapat saya sampaikan terkait acara JSAT 2024. Memantau dari jauh, pada saat yang kurang tepat. Situasi ini membuat saya harus pasrah melewatkan Kemah Sastra tahun ini. Semoga di tahun-tahun mendatang, saya masih diberi kesempatan untuk membangun diksi bersama penyair-penyair dari berbagai penjuru.

Terakhir, saya akan mengutip Puisi Lama (Pantun) yang ditulis oleh D Zawawi Imron:

Ikan kemiri dari sepanjang
Kalau diragi harum dan wangi
Semoga diberi umur panjang
Berpuisi lagi di Banyuwangi

Wallahu A’lam!

Multi-Page

One Reply to “Jejak Kemah Sastra 2024 di Banyuwangi”

Tinggalkan Balasan