Kenapa Pijar Literasi dunisantri Redup

4 views

Saya rasa semua sepakat, bahwa situasi akhir-akhir ini di media online (keislaman) duniasantri.co terasa sepi. Intensitas geliat literasi di platform berkonsep citizen journalism ini mengalami penurunan. Kita yang para kontributor veteran mesti telah paham dan merasakan disparitas kondisi yang ada ini.

Dulu, dua artikel, bahkan bisa lebih, hampir tak pernah terlewat di-publish setiap hari. Namun coba lihat sekarang, saat artikel ini mulai ditulis pada Jumat (4/8/23), laman duniasantri.co tidak mengalami kebaruan unggahan artikel. Sebelumnya, di tanggal (3/8) dan (2/8) memang dirilis artikel baru. Akan tetapi, itu pun hanya tajuk Teras. Bagaimana kalau kala itu tidak ada pemberitaan terbaru tentang santri dan pondok? Mungkin saja, pimpinan redaksi, Mukhlisin, bakal unpublish (lagi).

Advertisements

Tentu, meninggalkan tanda tanya akan apa yang menjadi musababnya. Apakah karena ada hal teknis mempengaruhi minat kontributor untuk submit? Atau, karena hal ihwal lainnya? Pasalnya kalau tidak ada faktor yang memengaruhi, lini masa duniasantri.co pasti tengah ramai dengan diskursus dan wacana (keilmuan). Sebab, kontributor dunia santri tergolong banyak dan beragam. Menilik kolom warga duniasantri per Jumat (4/8), jumlahnya afirmatif mencapai 1.622 warga.

Menjawab pertanyaan di atas tidaklah mudah. Apalagi, proses pengumpulan data —lalu menyimpulkannya— hanya bisa secara virtual, yang tentu saja memiliki keterbatasan. Informasi yang didapat jadi kurang holistik dan komprehensif. Di sini, instrumen metodologi yang saya lakukan besumber olahan observasi, mengamati tindak tanduk di grup jejaring duniasantri. Hemat saya, semua ungkapan itu bukan keremeh-temehan yang nonimplikasi, justru mampu mempersuasi tindakan liyan. Hal ini terbukti dari pengamalan teman saya, yang mana juga warga duniasantri, ia mengajukan pertanyaan kepada saya, kemudian timbul skeptis.

Dari hasil analisis, saya menangkap terdapat beberapa poin yang mendistraksi minat kontributor. Pertama, website sering error. Saya menyadari bahwa segala gangguan yang terjadi di luar kuasa pengurus JDS, khususnya divisi IT. Suatu website bermasalah atau normal, berada di kendali penyedia webhosting itu sendiri. Ketika penyedia memberi kualitas pelayanan webhosting yang baik, maka berjalan normal. Di sisi lain, server website down juga bisa disebabkan serangan hacker.

Namun, yang saya garis bawahi di sini adalah, dengan seiring kerap down, suguhan artikel (terbaru) menjadi terhambat. Savic Ali, Direktur NU Online dan Founder Islami.co, pernah berkata, yang penting dari media online (keislaman) adalah pengelola platform harus men-support dan terus menerus menyuplai tulisan. Dalam konteks ini, problemnya sekarang, bagaimana bisa menyuplai tulisan, bila website down? Ketika website normal, bagaimana menyuplai publish tulisan bila kualitasnya jauh dari layak? Ini yang menjadi tantangan tersendiri. Maka itu, poin ini berkelindan dengan poin kedua, supaya tulisan jadi lebih berkualitas, layak.

Kedua, segmentasi tulisan. Banyak kontributor yang mengeluhkan bahwa menembus duniasantri tergolong sulit. Hingga suatu waktu, saya menjumpai chat di grup meminta saran mengenai jenis tulisan yang di-publish itu seperti apa. Kesulitan-kesulitan yang dialami kontributor itu, acap kali membawanya pada kemalasan untuk menulis lagi. Dan, akhirnya pergi dari duniasantri.

Semua kesulitan itu pada dasarnya disebabkan oleh minimnya penelaahan pada tiap-tiap rubrik. Perlu diketahui, saya di awal-awal juga banyak yang ditolak, di kolom “pending” masih terpampang daftar tulisan yang tertolak. Dari situ saya belajar dengan membaca, mencermati, dan melahap tiap rubrik demi rubrik. Hingga akhirnya, pemahaman tentang segmentasi tulisan di duniasantri.co ini muncul.

Sebetulnya, admin duniasantri juga telah menambahkan secara bernas di grup (23/6), tulisan yang isinya mengulas; sejarah diwajibkan haji, makna ritual haji, amalan-amalan yang dianjurkan selama bulan haji, dan sejenisnya, tidak dipublish, karena tulisan itu sudah ada berabad-abad. Tak ada kebaruan. Selengkapnya bisa dibaca disini.

Ketiga, ihwal honor. Poin ini juga krusial. Ketika ada ungkapan yang mempertanyakan perihal honor terus menerus dalam grup, akan terbangun suatu pandangan dari kontributor lain (baru), bahwa duniasantri.co merupakan website yang sulit dalam klaim honor. Sehingga, yang tadinya tertancap ghirah menulis, karena bentuk apresiasinya besar; Rp 50.000, kemudian berangsur menyusut.

Ini bukan mengada-ngada. Setidaknya, contoh seperti ini pernah terjadi pada teman saya yang mulai ragu dan mengutarakan kepada saya. Boleh jadi, cakupannya bukan hanya teman saya. Kontributor lainpun, karena sulit saya jangkau, juga memiliki pemikiran serupa.

Lantas, bagaimana jalan keluarnya? Admin duniasantri pada (15/7/23) sudah menjawab, syarat pengajuan honor masih seperti biasa, kelipatan lima tulisan. Untuk proses pencairan akan diproses sampai akhir bulan. Saya, hingga tulisan ini dibuat, juga masih klaim honor dan belum cair. Jadi, ya, mohon bersabar, pasti bakal diproses. Kalau ada pertanyaan, langsung saja kontak admin yang tertera, pasti dijawab.

Ini sekadar usulan dari saya pribadi kepada pengurus JDS, supaya informasinya lebih tertata dan jelas. Di laman home duniasantri.co, poster “semarak literasi dunia santri” sebaiknya diperbarui. Memang tidak ada yang salah, karena setiap karya tulis yang dimuat mendapat honor Rp 50.000, tetapi kurang dijelaskan secara spesifik bahwa proses pencairan harus lima tulisan dulu. Dengan ini, tidak ada yang salah tangkap memahami informasi, terkhusus para kontributor baru,

Lebih lanjut, ihwal klaim honor. Honor ini sekiranya bisa lebih dipastikan lagi, lalu ditulis, mengenai proses pencairan; mau dilakukan akhir bulan, pertengahan bulan, atau akhir bulan. Pasalnya waktu bulan Maret lalu, proses pengklaiman saya ditunaikan awal bulan, sedangkan bulan ini hingga pertengahanpun belum tampak hilal. Muara dari usulan ini tidak lebih supaya kontributor jadi lebih tahu dan diberi kepastian.

Uraian tulisan ini dimaksudkan agar menjadi bahan refleksi kita bersama. Saya mengajak semuanya untuk menghidupkan kembali duniasantri yang kini mulai redup. Para kontributor lama, apakah masih mengingat? Pada tahun lalu, sepanjang bulan Agustus, begitu ramai bertebaran tulisan dalam platform ini. Ada yang menghidangkan rekomendasi, pondok, santri dalam tilikan kemerdekaan, dan lain sebagainya. Setiap hari publish lebih dari satu, dan semuanya mengandung unsur novelty.

Mari, kita nawaitu berjejaring di duniasantri (lagi). Bersama-sama bangun duniasantri.co ini agar bertumbuh lebih besar dan mencapai puncak lebih tinggi dengan menciptakan tulisan-tulisan yang berkualitas, multiperspektif, dan tetap mematuhi koridor etika akademik (kepenulisan).

Multi-Page

One Reply to “Kenapa Pijar Literasi dunisantri Redup”

Tinggalkan Balasan