Ketika Ilmuwan Eropa Terpukau Pesantren Aksara Pinggir

337 kali dibaca

Santri Pondok Pesantren Aksara Pinggir, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (05/06) malam, kedatangan tamu istimewa. Sang tamu adalah Dr Prosper Simbarashe Maguchu LL.M, pakar hukum dari Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda. Kedatangan Ilmuwan kelahiran Zimbabwe ini merupakan bagian serangkaian kunjungannya ke Indonesia. Karena bersahabat dengan pendiri Aksara Pinggir Dr Heriyono Tardjono, maka Prosper diajaklah mampir .

Aji mumpung ada pakar hukum, Hery selaku pengasuh Aksara Pinggir, yang kala itu jadwalnya Ngaji Kitab Tahliyah, meminta tamunya untuk mengisi “ngaji” di hadapan para santri. Namun malam itu bukan mengkaji hukum, melainkan tentang komparasi pemuda Indonesia dan Eropa. Prosper sangat terkesan dengan pemuda di Indonesia. Ia banyak melihat, pemuda Indnonesia penuh tanggung jawab, kreatif, dan memanfaatkan waktu dengan baik,

Advertisements

Prosper mengkomparisakan dengan apa yang dilakukan pemuda lain di negara-negara Barat. “Apa yang kita lakukan sekarang akan menjadi investasi di masa depan, masa muda tidak akan pernah kembali. Di Amerika, banyak pemuda yang saling tembak-menembak, pergi ke mal, ke tempat umum membawa senjata api. Padahal apa yang kita lakukan hari ini adalah untuk persiapan masa depan,” terangnya.

Kemudian, dia juga menceritakan bagaimana realitas yang ada di Inggris. Meskipun di Inggris masyarakatnya digambarkan hidup tertib, tapi kenyataan pemudanya di sana mengkhawatirkan. “Saya sering membaca koran di London, kriminalitas di sana itu sering dibertiakan pemuda menusuk menggunakan pisau, kadang juga terjadi penyiraman ke wajah orang menggunakan cairan keras asam,” ucap doktor yang memang sering keliling dunia ini.

Prosper menabahkan, di Jerman tak kalah parah pemudanya. “Di Jerman banyak pemuda yang bunuh diri, menabrakkan diri di kereta, sampai kampus yang gedungnya tinggi dikasih jaring biar tidak pada menjatuhkan diri dari atas gedung. Mereka pada depresi, tidak menikmati kebahagiaan,” terang Akademisi yang sering diundang menjadi dosen tamu di kampus-kampus di Indonesia ini.

Bahkan ketika sesi tanya jawab dengan santri-santri Aksara Pinggir selesai, Prosper teramat bangga, karena tidak menyangka kalau pemikiran santri kritis-kritis dan lebih intimate daripada ketika berdiskusi di kampus-kampus. Padahal, saat itu sudah tengah malam. Menurutnya, tradisi pemuda Indonesia yang seperti ini akan sangat berguna bagi negara di masa mendatang.

Melihat para santri Aksara Pinggir yang sampai malam masih kuat diajak diskusi dengan intens dan pembahasan yang berbobot, Prosper amat tertarik dan betah untuk tinggal di Aksara. Bahkan, Prosper sendiri sedang mewacanakan membuat tempat studi semacam Aksara ini di Zimbabwe sana, karena memang terisnpirasi dari Aksara.

Ini merupakan kedatangan Prosper kedua kalinya ke Aksara Pinggir setelah sebelumnya berkunjung pada 2022. Lagi-lagi dia kaget melihat perkembangan santri Aksara di mana masih pada melanjutkan belajar, menikah, dan bekerja. Sistem pesantren yang dilihat di Aksara Pinggir ini barangkali jarang dia temukan di Eropa sana. Apalagi tempat tinggalnya di Amsterdam, sering menemkukan pemudi yang “menjajakan” dirinya dan mangkal di depan gereja. Sedangkan, di Indonesia, pada jam larut malam para pemudanya masih belajar dan beribadah .

Jika Pesantren Aksara Pinggir yang relatif masih baru saja bisa menginspirasi ilmuwan kelas dunia, apalagi bila perkembangan pesantren-pesantren tua terekspos secara internasional. Pengakuan Prosper ini bisa menjadi penggugah untuk tidak terkungkung di dalam zona inferior. Sistemnya memang tradisional, tapi mampu cerdas secara intelektual dan mapan secara emosional.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan