KH Zaini Mun’im: Moderasi Agama dan Cinta Tanah Air

429 kali dibaca

Islam tak hanya berbicara tentang ibadah transenden. Islam juga mengatur hubungan manusia dengan sesama, termasuk dalam konteks bernegara dan berbangsa. Sebab, dengan kebangsaan yang damai dan tentram, umat beragama menjadi nyaman dan terlindungi dalam beribadah.

Dengan begitu, sesungguhnya kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi penghubung agar ajaran Islam dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Segala sesuatu yang menjadi penghubung atau perantara akan tercapainya perkara, dihukumi sepada dengan tujuannya, seperti tegaknya Islam dapat tercapai melalui kehidupan berbangsa dan bernegara.

Advertisements

Demikian sejalur dengan pemikiran KH Zaini Mun’im, pendiri dan pengasuh pertama Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton, Probolinggo, Jawa Timur.

Kiai Zaini merupakan putra dari KH Abdul Mun’im dan Nyai Hamidah lahir di Pamekasan, Madura pada 1906. Ayah beliau berasal dari keluarga elite keturunan raja-raja Sumenep, yang nasabnya juga sampai ke Nabi Muhammad SAW melalui Bhindhara Sa’ud.

Pada saat umur 11 tahun, Kiai Zaini mengenyam pendidikan di Volk School atau biasa dikenal dengan sekolah rakyat. Setelah lulus, Kiai Zaini melanjutkan pendidikannya di beberapa pesantren, seperti Pondok Pesantren Pademangan Bangkalan, Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan tahun 1922, Pondok Pesantren Sidogiri yang pada saat itu diasuh oleh KH Nawawi tahun 1925, dan Pondok Pesantren Tebuireng Jombang yang saat itu diasuh oleh KH Hasyim Asy’ari.

Setelah mengenyam pendidikan pondok pesantren, Kiai Zaini juga sempat menimba ilmu di Mekkah dan Madinah pada tahun 1928-1934.

Pada saat itu Indonesia belum merdeka, sehingga Kiai Zaini juga ikut andil memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perlawanannya kepada penjajah dilakukan melalui organisasi keagamaan maupun jejaring ulama. Penjajah yang merasa khawatir terhadap perlawanan Kiai Zaini, sebab dianggap berpengaruh dalam menakhodai masyarakat untuk menyerang penjajah. Akibatnya, Kiai Zaini sempat ditahan di tahanan penjajah di Probolinggo.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan