Kiai Zainal Musthafa dan Penjajah Jepang

Kiai Zainal Musthafa, Ulama-Pejuang dari Tasikmalaya

76 kali dibaca

Kiai Zainal Musthafa mengabdikan hidupnya sebagai ulama-pejuang kemerdekaan. Namanya diabadikan pahlawan nasional. Warisannya berupa salah satu pusat pendidikan terbesar di Jawa Barat.

Di masa penjajahan Jepang, Kiai Zainal Musthafa dikenal sebagai tokoh berpengaruh dalam usaha merebut kemerdekaan Indonesia, khususnya di daerah Tasikmalaya, Jawa Barat.

Advertisements

Dilahirkan pada tahun 1899 dengan nama Hudaemi, ia tumbuh sebagai ulama yang bersemangat dalam menentang penjajahan dan berjuang untuk kemerdekaan negara.

Setelah mengenyam pendidikan di berbagai pesantren, ia mendirikan serta memimpin Pesantren Sukamanah di Tasikmalaya. Pesantren ini kemudian menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terkemuka di Jawa Barat.

Pada masa penjajahan Jepang, Kiai Zainal Musthafa terkenal karena keberaniannya menolak kebijakan penjajah yang mengharuskan rakyat Indonesia, terutama umat Islam, untuk melaksanakan Seikerei. Seikerei merupakan suatu bentuk penghormatan yang dilakukan dengan merunduk ke arah Kaisar Jepang di Tokyo. Sikap ini dianggap bertentangan dengan prinsip monoteisme dalam Islam.

Menurut Kiai Zainal Musthafa, perilaku itu merupakan tindakan syirik, karena menyerupai penghormatan kepada entitas selain Allah. Penolakan ini mencerminkan seberapa teguhnya Kiai Zainal Musthafa berpegang pada ajaran Islam dan dedikasinya dalam memperjuangkan kemerdekaan.

Tidak hanya dirinya, Kiai Zainal Musthafa juga mengajak para santrinya di Pesantren Sukamanah untuk menolak Seikerei. Pandangan ini membuatnya berada di pihak yang berbeda dari pemerintah Jepang yang saat itu sedang berusaha memperkuat kendalinya di Indonesia.

Menurut Kiai Zainal Musthafa, perjuangan melawan penjajah bukan sekadar tanggung jawab politik atau militer, melainkan juga merupakan sebuah kewajiban dalam agama. Menurutnya, perjuangan melawan penindasan merupakan suatu bentuk jihad, yaitu usaha di jalan Allah untuk mencapai keadilan dan kebebasan.

Kiai Zainal Musthafa memimpin perlawanan pada titik tertingginya tahun 1944, saat terjadi bentrokan antara tentara Jepang dan para santri di Pesantren Sukamanah.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan