*Catatan Perjalanan Ki Ageng Ganjur ke Vatikan (5)
Siang itu kami ditraktir makan Pak Dubes di restoran yang ada di sekitar Basilika Santo Petrus, Vatikan. Kami makan dengan menu Italia, mulai pizza, macaroni, carbonara, gelato, sampai tiramisu. Semua tersedia di meja makan.
Berbagai menu ini terasa asing di lidah para personil Ganjur yang terbiasa makan nasi dengan bumbu pedas. Meski terasa aneh di lidah, namun ini kesempatan yang menarik bagi personil Ganjur untuk mencicipi kuliner ala Eropa, suatu tantangan yang harus dicoba. Suasana restoran cukup ramai, tetapi cukup nyaman untuk makan siang.
Setelah makan siang, rombongan Ganjur melakukan ziarah budaya ke Museum Vatikan. Diperlukan waktu sekitar 15 menit jalan kaki dari pelataran Basilika. Suasana plataran sore itu cukup ramai. Banyak orang jalan-jalan dan berfoto ria. Beberapa di antaranya ada yang mau beribadah. Sebelum ke Museum Vatikan, para anggota Ganjur sempat berfoto dengan latar belakang bangunan Basilika yang eksotik dan artistik.
Menjelang pukul tiga sore, rombongan sampai di pintu museum. Meski waktu sudah sore, tapi suasana masih terang. Kebetulan cuaca saat itu sedang cerah. Saat kami sampai di pintu museum, masih banyak orang mengantre untuk masuk. Beruntung, rombongan Ganjur dapat fasilitas dari KBRI sehingga tidak perlu antre. Mas Heri dan Pak Haryadi sudah mempersiapkan semua kebutuhan administratif, sehingga ketika kami datang ya tinggal masuk.
Begitu masuk museum, kami langsung disuguhi pemandangan yang menakjubkan, yaitu berbagai koleksi benda-benda antik yang masih terawat dengan baik dan tersusun rapi. Suasana dalam museum seperti pasar malam, sangat banyak pengunjung hilir mudik menyaksikan benda-benda koleksi yang ada.
Memasuki ruangan museum seperti memasuki lorong waktu yang penuh labirin. Banyak ruangan dan lorong yang penuh dengan lukisan dan benda-benda antik.
Koleksi pertama yang dilihat rombongan Ki Ageng Ganjur adalah replika candi Borobudur. Di ruangan yang berukuran sekitar 150 m2 ini terdapat dua stupa candi dalam ukuran cukup besar, dan pada sisi luar ruangan ada replika candi Borobudur borobudur dalam kotak kaca. Di sisi dinding yang lain ada beberapa panel penggalan relief yang ada di candi Borobudur. Bangga rasanya menyaksikan koleksi benda antik milik bangsa Indonesia terpajang di museum terbesar di dunia ini, meskipun yang terpampang hanya replikanya.
Data yang ada menunjukkan, museum ini pertama kali didirikan oleh Paus Julius II pada awal abad ke-16 untuk menyimpan patung koleksi sang Paus.
Secara umum museum ini terdiri dari tiga bagian. Pertama, bagian museum. Bagian ini terdiri dari berbagai ruang galeri tempat memajang berbagai koleksi benda seni. Bagian ini dirancang oleh Bramante. Kedua, bagian sayap baru atau Brasico Nouva. Dan, ketiga, galeri prasasti (Lapidaria). Bagian ini merupakan tempat menyimpan koleksi epigraf kuno.
Beberapa titik menarik yang ada di Museum Vatikan, di antaranya Galleria delle Carte Geografiche, sering disebut Maps Hall. Di sini tersimpan 40 peta geografis Italia yang diciptakan antara tahun 1580 hingga 1583. Dalam peta itu tergambar kapal-kapal, deretan pegunungan, serta dewa laut Neptunus. Galeri ini memiliki desain atap yang mengagumkan dengan lukisan yang indah.
Lokasi lainnya yang layak dilihat adalah Raphael Room, yang terdiri dari empat kamar. Di kamar ini penuh dengan lukisan indah karya Raphael. Sebelum menjadi area wisata, tempat ini direncanakan untuk perpustakaan pribadi Paus. Salah satu lukisan menarik yang ada di kamar ini adalah School of Athens. Ide dari penciptaan lukisan ini adalah filsuf Plato dan Aristoteles. Lukisan di kamar ini tidak saja memiliki nilai seni tinggi, tetapi juga sarat dengan kandungan filosofi, teologi, sastra, dan ilmu hukum.
Di ruangan lain ada galeri Apollo del Belvere.Di ruangan ini terpajang patung-patung antik para dewa mitologi Yunani, termasuk dewa Apollo yang pembuatannya diperkirakan pada abad pertama sebelum Masehi, meskipun patung tersebut baru ditemukan abad ke-15 Masehi. Penggagas pemindahan patung dewa Apollo ke Belveder Courtyard Museum Vatikan adalah Paus Julius II. Ruangan ini merupakan tempat menarik untuk berfoto, sehingga bayak pengunjung berfoto di sini.
Ujung perjalanan menjelajahi museum adalah Kepel Sistine. Di sini tempat para kardinal bersidang untuk memilih seorang Paus yang akan menggantikan Paus sebelumnya. Saat bersidang mereka tidak boleh keluar dari ruangan Kepel Sistina. Mereka dikunci agar tidak keluar dari Kepel. Selain untuk menjaga kerahasian dalam proses pemilihan, hal ini juga dimaksudkan agar para kardinal dapat benar-benar berkonsentrasi dan bermeditasi secara khusyuk supaya dapat menjaga kebersihan hati. Dengan demikian mereka dapat menentukan pilihan hanya berdasarkan suara hati nurani dan bimbingan iman.
Saat mau memasuki Kepel Sistina kami dikumpulkan untuk menerima penjelasan dari pemandu mengenai aturan ketika masuk dan berada dalam kepel. Di antara aturan yang harus ditaati, para pengunjung dilarang berbicara dan memotret apapun yang ada di dalam kepel. Ini berbeda dengan ruangan lain yang bebas mengambil foto dan berbicara.
Waktu memasuki Kepel Sistina, suasana hening dan senyap. Tak ada suara meski ada ratusan orang dalam ruangan tersebut. Yang terlihat hanya orang-orang menatap ke atas, menyaksikan keindahan lukisan yang ada di plafon dan dinding atas. Lukisan yang ada dalam kepel ini adalah karya maestro Michael Anggelo. Di antara lukisan yang menarik perhatian pengunjung adalah The Last Judgement dan Creation of Adam.
Selain karya para pelukis klasik, ada juga karya pelukis modern abad ke-19 dan ke-20 yang dikoleksi di Museum Vatikan, diantaranya karya Renoir, Seurat, Van Gogh,Rouault, Matise, dan Picasso.
Museum Vatikan tak hanya menyajikan keindahan seni yang menakjubkan, tetapi juga menjadi sumber pengetahuan, spiritualitas, dan referensi untuk membangun peradaban. Inilah yang menyebabkan museum ini menjadi destinasi wisata yang menarik masyarakat dunia. Pada tahun 2023 ada 6.764.850 wisatawan yang datang mengunjungi Museum Vatikan. Bandingkan dengan Museum Nasional yang hanya dikunjungi 272.252 orang pada tahun 2022.
Setelah puas menjelajahi Museum Vatikan, kami langsung menuju ke Gereja Basilika Santo Petrus. Posisi gereja ini persis berada di samping museum. Saat keluar dari pintu Kepel Sistina, kami langsung berada di sisi kanan pelataran Basilika yang sering disebut Lapangan Santo Petrus.
Lapangan ini terletak persis di halaman depan Gereja Basilika. Halaman ini terbagi dalam dua bagian yang dikelilingi oleh pilar-pilar tinggi. Ruang pertama berbentuk oval dan ruang kedua berbentuk trapesium. Pada fasad (bagian muka) Basilika terdapat tatanan tiang raksasa yang membentang di ujung alun-alun, dan di dekat tiang-tiang itu terdapat tangga yang di atasnya berdiri dua patung para Rasul abad pertama di Roma, yaitu Santo Petrus dan Paulus.
Ketika kami berada di Lapangan St. Petrus, waktu sudah menunjukkan pukul lima sore. Karena waktu sudah senja kami langsung masuk ke dalam Gereja Basilika. Di dalam sudah ada ratusan pengunjung yang berfoto atau sekadar menikmati keindahan seni yang ada dalamnya. Di beberapa sudut altar kami juga melihat orang yang beribadah.
Berdasarkan catatan sejarah, Gereja Basilika Santro Petrus dibangun pada abad ke-4, dimulai pada tahun 323 sampai 337 atas perintah Kaisar Kontantinus Agung. Gereja ini dibangun di atas makam Simon Peter atau Santo Petrus, salah satu dari 12 Rasul Yesus yang sekaligus menjadi Paus pertama Gereja Katolik.
Gagasan untuk melakukan rekonstruksi Basilika yang sudah mulai lapuk muncul dari Paus Julis II pada awal abad ke-6 (masa pelayanan 1503-1513). Pada saat itu dilakukan sayembara untuk membuat arsitektur gereja yang akan direkonstruksi. Sayembara ini dimenangkan oleh Donato Bramante yang memperkenalkan arsitektur Renaissance.
Sebagai pemenang sayembara, Bramante langsung ditunjuk Vatikan untuk membangun Basilika. Pembangunan dimulai pada tahun 1506 yang kemudian diteruskan oleh Guiliano dan Fra Giacondo da Verona serta Raphael Sanzio. Sejak saat itu pembangunan terus dilakukan hingga sampai pada kondisi yang ada saat ini. Saat ini, Gereja Basilika menjadi salah satu gereja terbesar di dunia dengan luas area mencapai 23.000 m2 dengan kapasitas lebih 60.000 orang.
Di dalam Gereja Basilika Santo Petrus terdapat makam Santo Petrus dan Paus pertama. Makam Santro Petrus terletak tepat di bawah altar Basilika yang tinggi dengan ornamen yang memiliki nilai artistik tinggi. Altar ini juga dikenal sebagai Altar Pengakuan. Sejak periode awal Kristen, telah banyak paus dikebumikan di tempat ini. Rombongan Ganjur tidak berziarah ke makam para Paus.
Kami menikmati keindahan seni bernilai tinggi yang ada di dalam Basilika Santo Petrus. Dalam hati tak henti-hentinya kami mengucap syukur sambil memuji kebesaran Allah yang telah menciptakan keindahan seni yang tiada tara. Kami meyakini keindahan Allah berada di mana saja dan dapat diwujudkan melalui siapa saja. Termasuk yang ada dalam Gereja Basilika.
Bagi kami, di dalam jejak peradaban Vatikan yang terlihat pada museum, Lapangan Santo Petrus, dan Gereja Basilika, adalah cerminan iman. Setiap umat beragama yang mendekati ajaran agamanya dengan keindahan dan menyentuh Tuhan dengan kepekaan rasa, maka ekspresi imannya akan melahirkan suatu karya yang penuh keindahan. Karya seni adi luhung hanya lahir dari kedalaman iman dan spirit religiusitas yang tinggi. Inilah yang disebut beragama yang beradab.
Perjalanan Ki Ageng Ganjur menelusuri jejak peradaban Vatikan hari itu seperti memasuki tamansari yang penuh aneka bunga indah ciptaan Allah. Kami yakin keindahan yang berbeda ini bukan untuk dirusak dan diseragamkan, tetapi sebagai bukti kebesaran kekuasaan Allah yang harus dijaga dengan perbuatan baik dan akhlak mulia.