Sumber: Dokumentasi panitian PKN 2023 PBSI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Melihat Dramatisasi Puisi Helvy Tiana Rosa

122 views

Alih wahana merupakan hal yang lazim didengar oleh para peneliti sastra. Alih wahana menjadi kajian yang penting dalam sastra bandingan. Pada hakikatnya, jika membicarakan tentang alih wahana, maka akan berkaitan juga dengan hubungan antarmedia. Menurut Damono (2018: 9), kata wahana mengandung arti kendaraan atau medium yang berfungsi untuk mengungkapkan atau mencapai suatu hal. Alih wahana merupakan sebuah proses pengalihan dari satu jenis ‘kendaraan’ ke jenis ‘kendaraan’ lainnya.

Hasil yang diperoleh dari proses alih wahana tersebut meliputi ekranisasi, yaitu proses pengalihan suatu karya sastra menjadi film; musikalisasi, yaitu proses pengalihan puisi menjadi syair lagu yang dibawakan tanpa menyertakan pembacaan puisi; dramatisasi, yaitu proses pengalihan puisi atau prosa menjadi pertunjukkan sandiwara atau drama; dan novelisasi, yaitu proses pengalihan film atau karya sastra lain menjadi film. Hasil akhir dari proses alih wahana dapat berupa penambahan, penggantian, maupun pelepasan struktur pada karya sastra yang bersangkutan.

Advertisements

Dramatisasi Puisi

Helvy Tiana Rosa dikenal sebagai perempuan penyair muslimah Indonesia. Ia lahir di Medan pada tanggal 2 April 1970. Sepanjang hidupnya ia banyak berkutat dengan bidang sastra, seperti menulis puisi, cerpen, cerita anak, esai, novel, maupun drama. Selain itu, ia juga pernah bekerja sebagai dosen di UNJ, editor, pendiri teater bening tahun 1990, pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) tahun 1997, dan pendiri rumah cahaya tahun 2002, dan sebagainya.

Helvy sering melakukan kritik terkait suatu keadaan melalui karyanya. Gagasannya mengenai isu etnis maupun agama, ketimpangan masyarakat, perbedaan status sosial, dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya dapat ditemukan dalam karyanya yang disampaikan dengan lugas dan terang.

Helvy memiliki berbagai macam karya, seperti naskah drama yang berjudul Aminah dan Palestina (1991), Negeri Para Pesulap (1993); cerpen yang berjudul Ketika Mas Gagah Pergi (1997), Sastra yang Merenggutku dari Pasrah (1999); novel yang berjudul Mc. Alliester (1996) Kembara Kasih (1999); puisi yang berjudul Sajadah Kata (2002), Apakah Sampai Padamu Berita Tentang Mahanazi? (2011); esai yang berjudul Segenggam Gumam (2003); cerita anak yang berjudul Pangeranku (2000), dan lainnya yang dimuat di berbagai media pada zamannya.

Tujuan dari penulisan artikel ini adalah menjelaskan tentang hasil dari salah satu proses alih wahana, yaitu puisi Apakah Sampai Padamu Berita Tentang Mahanazi? karya Helvy Tiana Rosa menjadi dramatisasi puisi. Puisi yang pada mulanya suatu ungkapan yang dituangkan dalam bentuk syair dan bait dengan tulisan berubah menjadi ungkapan yang dituangkan dengan adanya sandiwara atau drama yang menekankan aspek komunikasi yang berasal dari bahasa tubuh seseorang, seperti mimik wajah, gerakan tangan, intonasi, maupun kejelasan saat membacakan puisi.

Puisi yang berjudul Apakah Sampai Padamu Berita Tentang Mahanazi merupakan salah satu puisi bertema religius yang ditulis oleh Helvy secara mendadak pada sebuah acara Forsimpta pada tanggal 25 Juni 2011 sebagai bentuk simpati kepada masyarakat Palestina terhadap penyerangan Israel. Puisi tersebut juga dibacakan oleh Helvy pada pembukaan Konferensi Asia Pasifik untuk Palestina yang bertempat di Jakarta.

Puisi yang berisi tentang keadaan pilu masyarakat Palestina terhadap penyerangan Israel disampaikan dengan detail dan jelas, sehingga orang lain dapat ikut membayangkan dan merasakan sakit atas terjadinya peristiwa tersebut. Rumah yang dihancurkan, manusia yang dibuldozer, makan sehari sekali, para ibu yang diperkosa, kaki tangan yang yang disayat dan dibuntungi, serta perilaku keji lainnya selalu dirasakan oleh masyarakat Palestina. Mereka tidak bisa hidup dengan tenang tanpa adanya penyerangan. Hal tersebut terjadi layaknya sebuah karya fiksi yang disajikan dalam novel.

Pada kenyataannya, masih ditemukan sebagian orang yang tidak memiliki simpati akan hal tersebut. Potongan bait yang berbunyi //“Palestina? Untuk apa memikirkan Palestina?//Persoalan di negeri sendiri menjulang”// berasal dari orang-orang yang beranggapan bahwa peristiwa yang terjadi di Palestina merupakan urusan dan tanggung jawab masyarakat Palestina saja, sedangkan yang lainnya tidak memiliki keharusan untuk membantu dan bertanggung jawab. Hal tersebut bukanlah suatu hal yang benar, karena pada hakikatnya, tolong menolong itu merupakan kewajiban bagi setiap manusia tanpa membedakan satu sama lain.

Puisi yang dtulis Helvy ini dengan tegas ditujukan kepada semua orang, khususnya umat muslim untuk turut serta membantu masyarakat Palestina, baik dalam bentuk materi maupun nonmateri. Pada akhir puisi, Helvy mengatakan, “Lawan Mahanazi!” yang berarti sebuah seruan yang dituju untuk melawan masyarakat Israel yang telah melakukan banyak hal-hal keji terhadap Palestina.

Puisi karya Helvy ini mendapatkan apresiasi dari banyak orang, terutama bagi para pegiat sastra. Melalui puisi ini, Helvy mampu menyuarakan pembelaannya terhadap masyarakat Palestina dan mendorong orang lain turut membantu. Banyak orang yang mulai menyebarluaskan puisi tersebut. Bahkan, tak jarang juga dibacakan oleh orang lain dengan semangat juang membantu masyarakat Palestina.

Seiring berkembangnya zaman, sebuah karya sastra khususnya puisi dapat dikembangkan ke dalam berbagai macam bentuk seni lainnya, seperti puisi yang dipadu dengan musik maupun puisi yang dibawakan dengan pertunjukan drama. Perkembangan ini merupakan terobosan baru dari para pengguna bahasa sebagai media untuk mengekspresikan puisi dengan memadukan aspek komunikatif nonverbal.

Terdapat salah satu mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membacakan puisi Apakah Sampai Padamu Berita Tentang Mahanazi? karya Helvy Tiana Rosa menjadi sebuah dramatisasi puisi pada tanggal 23 Oktober 2023 dalam acara Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) tahun 2023.

Dramatisasi puisi dibawakan dengan baik dan penuh penghayatan. Nilai semangat juang membela masyarakat Palestina terealisasikan dalam penampilan tersebut. Dramatisasi puisi ini dipadukan dengan lantunan musik religi yang berjudul A’tuna Tufuli yang berisi tentang perasaan sedih anak-anak Suriah, Palestina yang semasa hidupnya menghadapi permasalahan yang tak kunjung usai. Hal tersebut menambahkan kesan pilu dan membuat penonton terbawa suasana. Penonton dibuat terharu oleh isi puisi dan penampilan yang disajikan oleh mahasiswa tersebut. Penampilan ini mendapat banyak apresiasi dari penonton.

Acara PKN tahun 2023 ini merupakan sebuah kerjasama yang dilakukan antara Kemendikbudristek dengan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Program Studi PBSI terpilih menjadi salah satu titik penyelenggara ruang tamu PKN dari 40 titik penyelenggara yang ada.

Tahun ini PKN mengusung tema Merawat Bumi, Merawat Kebudayaan, Kebudayaan Milik Semua, kemudian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menambahkan tema tersebut dengan “Resonansi Budaya Islam: dari Ciputat untuk Dunia”. Tokoh sastrawan utama dalam acara tersebut adalah Danarto, sementara tokoh sastrawan dari Ciputat adalah Jamal D Rahman.

Selain dari alih wahana puisi Apakah Sampai Padamu Berita Tentang Mahanazi? karya Helvy Tiana Rosa, terdapat pula penampilan dramatisasi cerpen Umi Kalsum karya Djamil Suherman, dramatisasi kumpulan pantun Anak Ayam karya Ajip Rosidi, dramatisasi puisi Di Irak, Bahkan Doa pun Remuk karya Jamal D Rahman, dan lain-lain.

Terdapat berbagai macam workshop terkait kebudayaan Islam juga pada acara tersebut, seperti Diskusi Resonansi Budaya Islam dalam Sastra dan Seni Rupa, Pelatihan Menulis Puisi, Penyuluhan Ekonomi Syariah, Bincang Budaya: Musik, Budaya, dan Kebudayaan Islam, dan sebagainya. Bahkan, sastrawan Indonesia terkemuka Putu Wijaya turut hadir memeriahkan acara tersebut dengan menampilkan sebuah monolog yang berjudul Kemerdekaan.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan