Mengenal Disleksia

45 views

Disleksia. Yaps, menurut sebagian orang, disleksia merupakan salah satu istilah yang asing di telinga. Tapi menurut sebagian orang lagi, disleksia justru bak makanan sehari-hari yang tidak asing dan sudah familiar. Dikatakan demikian, karena terdapat banyak buku bacaan serta rujukan dari internet mengenai aspek lingkup dari disleksia itu sendiri. Namun, seperti percuma saja bila minat baca kita masih setengah-setengah dan cenderung bermalas-malasan.

Apa sebenernya disleksia itu? Nah, di sini saya akan menjelaskan sedikit terkait disleksia.

Advertisements

Proses perkembangan dan pertumbuhan yang dilalui oleh anak-anak lazimnya diikuti oleh rasa excited dari kedua orangtuanya. Setiap tahapan perkembangan yang dilalui oleh seorang anak, baik berupa kecakapan, keahlian, kemahiran, dan lain sebagainya tentu akan disambut dengan kegembiraan dan kelegaan dari kedua orangtuanya.

Tetapi sebaliknya, semua orangtua pasti akan merasa sangat cemas apabila terjadi kejanggalan atau keanehan dari tahap tumbuh kembang anaknya yang berbeda dengan anak anak pada umumnya.

Tidak sedikit orangtua yang segera memeriksakan kondisi anaknya itu ke rumah sakit untuk segera ditangani. Namun tidak sedikit pula yang cuek dan cenderung membiarkan nya saja. Hal itu bisa terjadi karena beberapa faktor seperti faktor finansial yang kurang memadai sampai kurangnya rasa sayang dan cinta kepada anaknya sendiri.

Sebenarnya, disleksia merupakan sebuah gangguan belajar yang menyudutkan dirinya sendiri sebagai kesulitan dalam membaca, menulis, mengeja, dan lain sebagainya. Hal itu bertolak belakang dengan kesulitan membaca karena penyebab lain, seperti kekurangan non-neurologis, kemampuan pengelihatan dan pendengaran, serta kemampuan memahami instruksi yang kurang tepat.

Sebenernya, penderita disleksia tidaklah bodoh. Stigma masyarakatlah membuatnya seperti dikucilkan atau dianggap bodoh. Padahal, kenyataannya tidak demikian. Banyak penderita disleksia yang mempunyai IQ rata-rata atau bahkan di atas rata-rata.

Mungkin, bagi orang yang mempunyai jiwa simpatisme (simpati dan empati)yang tinggi, pasti pernah muncul dalam benak akan bagaimana rasanya jadi menpenderita disleksia itu?

Nah, untuk menjawabnya bisa digunakan analogi simpel. Misalnya, kita bisa memposisikan diri saat sedang berlibur ke luar negeri, contohnya ke Jepang. Di sana banyak terdapat petunjuk arah perihal keberadaan bioskop, atau kafe, pusat pembelanjaan, dan lain sebagainya yang menggunakan bahasa setempat, yaitu bahasa Jepang, seperti huruf Hiragana, Katakana, dan juga Kanji.

Jika dalam posisi tersebut, apakah Anda dapat memahami petunjuk arah itu? Apakah Anda dapat mengerti bahasa mereka? Sementara, Anda sendiri baru pertamakali berlibur ke Jepang. Nah, bagi kita yang tidak terbiasa dengan struktur huruf dan tata bahasa tulisan asing tersebut, serangkaian huruf-huruf keriting itu tidaklah memiliki arti atau makna untuk dapat kita pahami. Jadi, seperti itulah kira-kira yang dirasakan oleh penderita disleksia. Mereka terjebak dalam dunia yang penuh tulisan-tulisan yang tidak dipahaminya sekalipun tulisan itu sering dijumpai dalam kesehariannya.

Disleksia merupakan penyebab umum dari masalah kesulitan membaca, mengeja, dan menulis. Disleksia mempengaruhi sekitar 15-20% dari populasi dan dua kali lebih banyak terjadi pada laki- laki dibandingkan wanita.

Jika kita menelisik lebih dalam mengenai asal usul kata disleksia, ia berasal dari bahasa Yunani, yaitu dsy, yang artinya kesulitan dan leksia yang berarti kata. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa disleksia ialah kesulitan dalam mengolah kata.

Adapula definisi operasional disleksia yang pertama kali dikeluarkan oleh World Federation of Neurology pada 1968. Menurut definisi tersebut, disleksia ialah suatu kecenderungan pada anak-anak yang di mana mereka mengalami kegagalan dalam menguasai kemahiran bahasa seperti; membaca, menulis, dan mengeja.

Sementara dalam buku Biological Psychology karya James W Kalat, disleksia diartikan sebagai suatu gangguan membaca yang spesifik kepada seseorang dengan penglihatan dan kemampuan akademis yang memadai. Gangguan ini terjadi karena kondisi otak tidak bisa mengenali dan memproseskan simbol simbol tertentu.

Gejala dari disleksia ini adalah sulitnya dalam mengartikan suatu kata atau kalimat sederhana, membaca kata atau kalimat, serta mengeja dari suatu kata atau kalimat. Aspek abnormal dari penderita disleksia ini ialah kondisi dari biokimia otak yang cenderung tidak stabil dan juga bawaan faktor genetik dari kedua orang tua.

Dengan demikian bukan karena gangguan pengelihatan, pengelihatan, atau tingkat intelejensi yang rendah. Karena, bahkan banyak penderita disleksia memiliki kecerdasan intelegensi di atas rata-rata intelegensi pada umumnya. Tidak ada obat untuk penderita disleksia ini, tetapi dengan adanya penangan yang tentunya khusus, maka lambat laun hambatan yang mereka alami bisa diminimalisasi.

Beberapa contoh kesulitan membaca pada penderita disleksia dapat dikutip di sini, seperti (1) Menambahkan huruf dalam satu kata (addition), misalnya: batu menjadi baltu; buku menjadi bukuku; tulis menjadi menulis.

Atau, (2) Menghilangkan huruf dalam suku kata (omissions), misalnya: baskom menjadi bakom; kamar menjadi kama; tenaga menjadi tega. Atau, (3) Mengembalikan bentuk huruf, kata, atau angka terbalik dari kiri ke kanan (inversion), misalnya: duduk menjadi bubuk; lupa menjadi palu; Atau (4) Mengembalikan bentuk huruf, kata, atau bilangan dengan arah terbaik dari atas ke bawah (reversall), misalnya: nama menjadi wawa; nana menjadi uaua; angka 2 menjadi angka 5; angka 6 menjadi angka 9. Atau (5) Mengganti huruf atau angka (substansi), misalnya: lupa menjadi luga dan angka 3 menjadi angka 8.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai disleksia. Sekali lagi ditegaskan bahwa penderita disleksia itu bukanlah orang yang bodoh atau mempunyai intelegensi di bawah rata-rata, melainkan sama seperti manusia normal pada umumnya; hanya mereka mempunyai kendala dalam perihal membaca, menulis, dan lain sebagainya yang tentunya bisa diminimalisasi dengan penanganan yang tepat.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan