Kecerdasan suatu bangsa akan diukur dari tingkat dan kualitas literasi masyarakatnya. Prasyarat untuk itu adalah adanya ekosistem literasi yang sehat. Karena itu, menyehatkan ekosistem literasi bukan tugas orang per orang, tapi merupakan tanggung jawab bersama.
Berkaitan dengan itu, pengelolaan situs web www.duniasantri.co sebagai bagian dari ekosistem literasi berbasis komunitas, juga harus dibangun dengan cara-cara yang sehat dan menyehatkan. Maka, hal-hal yang berpotensi mengganggu atau merusak ekosistemnya harus disingkirkan.
Fenomena plagiarisme dan pengasongan tulisan adalah bagian dari sikap dan laku yang bisa merusak ekosistem literasi itu. Harus dimaklumi bahwa duniasantri memang belum memiliki sumber daya yang cukup untuk membendung intrusi plagiarisme dan pengasongan tulisan tersebut. Termasuk pada peristiwa Jumat (15/11/2024) pagi ini, satu tulisan yang baru dirilis terpaksa di-take down karena ternyata telah dimuat media lain.
Karena itu, tugas menjaga ekosistem literasinya tidak mungkin hanya dibebankan kepada pengelolanya. Komunitas yang menjadi basisnya, dalam hal ini kaum santri “dan teman-temannya”, juga harus memiliki tanggung jawab moral yang sama. Minimal, cukup dengan tidak menjadi plagiat dan pengasong tulisan.
Bagaimana caranya? Pertama, jangan pernah punya niat sekecil apa pun, atau terpikir, untuk menjiplak karya orang lain. Meniru gaya orang lain menulis boleh. Meniru cara orang lain berkarya boleh. Tapi tidak menjiplak karya orang lain.
Termasuk dalam kategori plagiarisme adalah meminta “pertolongan” mesin cerdas Artificial Intelligence (AI) untuk “membuatkan” karya tulis. Secanggih apa pun, AI hanyalah alat bantu yang bisa memudahkan kerja manusia, tapi tak pernah bisa menggantikan sisi kemanusiaan kita.
Kedua, jangan pernah menjadi pengasong tulisan meskipun itu karya asli. Misalnya, kita punya satu tulisan yang di saat bersamaan atau berdekatan dikirim ke lebih dari satu atau ke banyak media sekaligus. Tentu, biasanya dengan harapan akan ada media yang memuatnya. Pengasong tulisan sejati adalah mereka yang sudah tahu tulisannya telah dimuat di satu media, masih juga dikirimkan ke media lain lagi
Jika ingin karya kita nampang di media yang berbeda-beda, maka naskah yang dikirim harus berbeda-beda pula. Seringkali setiap media punya karakter dan kebijakan redaksionalnya sendiri, dan penulis yang baik akan membuat tulisan yang berbeda untuk media yang berbeda.
Jika ada di antara kita yang masih punya pikiran menjiplak karya orang lain (termasuk dari AI) dan mengasong tulisan, lebih baik berhenti menjadi penulis. Atau batalkan niat menjadi penulis. Sebab, dua laku tersebut merupakan pelanggaran etik dan moral dalam dunia kepenulisan.
Di media mana pun, terkhusus di media yang mengutamakan kualitas dan menjaga kredibilitas, tidak pernah menyediakan tempat bagi plagiator dan pengasong tulisan. Begitu kedoknya terbongkar, keduanya akan langsung dimasukkan ke dalam daftar hitam (blacklist).
Nah, duniasantri memang harus memposisikan diri seperti itu. Untuk menjaga kualitas dan kredibilitas, duniasantri harus tidak boleh memberi tempat pada plagiator dan pengasong tulisan. Untuk itu, komunitas yang menjadi basis ekosistem literasinya harus memiliki tanggung jawab moral yang sama: saling menjaga agar ekosistem literasi kita tetap sehat. Jika tidak, kredibilitas duniasantri juga akan runtuh. Orang akan mencibir sebagai media yang memuat tulisan jiplakan atau karya penulis asongan.