Misteri 1002 Bait “Alfiyah” Ibnu Malik

3,885 views

Nama atau sebutan Alfiyah tidak asing lagi di telinga santri seluruh Indonesia. Bahkan, seringnya terdengar pertanyaan “Apakah sudah hafal Alfiyah?” seakan menegaskan suatu pernyataan imajiner: “Jangan ngaku santri kalau belum hafal Alfiyah”.

Ya, Alfiyah, itulah salah satu kitab yang paling popular di pondok pesantren di seluruh penjuru Tanah Air. Alfiyah merupakan kitab monumental yang sering dikaji bahkan dihafal oleh santri. Alfiyah adalah karangan Muhammad bin Abdullah bin Malik Alandalusy.

Advertisements

Syekh Muhammad menisbahkan namanya kepada Malik, yang tak lain nama kakeknya. Ada dua hal yang melatarinya. Pertama, karena nama kakeknya lebih terkenal daripada ayahnya Abdullah. Kedua, karena Syekh Muhammad tidak ingin menyamakan namanya dengan dengan nama Rasulullah; jika ia menisbahkan namanya kepada nama ayahnya, maka akan menjadi Muhammad bin Abdullah, sama persis dengan nama Nabi Muhammad. Karena kedua alasan inilah mengapa Syekh Muhammad menisbahkan namanya kepada kakeknya, yaitu Malik Alandalusy.

Yang menjadi “tidak lazim” pada Alfiyah Ibnu Malik ini adalah diksi yang dipilih untuk mengawali isi kitab. Dalam bait pertama nadhom Alfiyah bab mukadimah (pendahuluan), Ibnu Malik menggunakan lafaz قال yang merupakan fi’il madhi yang di dalamnya terkandung masa lampau atau sudah terjadi.

Hal ini sangat berbeda dengan karangan-karangan para ulama lain, yang lazimnya menggunakan lafaz fi’il mudhori yang di dalamnya terkandung masa yang sedang terjadi dan masa yang akan terjadi.

Dengan pemilihan diksi tersebut, seakan Ibnu Malik telah memilik rasa optimisme yang tinggi bahwa akan karyannya itu akan menjadi kitab monumental; Ibnu Malik seakan sudah mengetahui terlebih dulu tentang apa yang akan ditulis dari awal sampai akhir di dalam memori otak.

Setelah Ibnu Malik menuliskan bait demi bait apa yang dihafal dalam memorinya, terjadilah keanehan ketika sampai pada bait nadhom yang kelima, yaitu nadhom yang berbunyi:

………………………. فائقة ألفية ابن معطى

Seketika itu, semua memori Ibnu Malik mengenai 1000 bait nadhom Alfiyah hilang, tak ada satu pun bait yang bisa diingat. Kebingungan pun melanda hati dan pikiran Ibnu Malik. Karena itu, Ibnu Malik tiada hentinya berdzikir dengan mengucap tasbih, tahmid, dan takbir kepada Allah agar dibukakan jalan keluar dari permasalahannya itu.

Pada akhirnya, suatu hari Ibnu Malik berziarah ke makam gurunya, yaitu Imam Ibnu Mu’thi. Di makam gurunya itu, Ibnu Malik tertidur dan di dalam tidurnya bermimpi bertemu dengan Imam Ibnu Mu’thi. Dalam mimpi, sang guru menegurnya atas ada kesalahan dengan apa yang ditulis oleh Ibnu Malik dalam kitab Alfiyah.

Dalam mimpi tersebut, Imam Ibnu Mu’thi berkata: “Wahai muridku, apakah kamu lupa siapakah aku ini?” Saat itu Ibnu Malik terbangun, namun masih terkejut dalam kebingungan. Sesaat kemudian, Ibnu Malik teringat akan sebuah nadhom terakhir yang telah ditulisnya. “Ya, di situlah akar permasalahanya,” Ibnu Malik berpikir.

Dalam nadhom terakhir yang ditulis Ibnu Malik terdapat lafaz فائقة. Lafaz itu bermakna lebih dahsyat atau lebih hebat. Dalam bait tersebut, Imam Ibnu Malik melampaui batas rasa optimismenya, bahkan cenderung unjuk kesombongan, yang terkesan merendahkan karya gurunya Ibnu Mu’thi. Hal ini sangat bertentangan dengan akhlakul karimah, tata krama yang seharusnya dilakukan oleh seorang murid kepada gurunya.

Selanjutnya, untuk menenbus kesalahan dan sebagai rasa permintaan maaf dan ampunan dari Allah serta sang guru, maka Ibnu Malik pun menyusun dua nadhom di bawah ini:

وهو بسبق حائز تفضيلا # مستوجب ثنائي الجميلا

Meskipun demikian, beliau (Imam Ibnu Mu’thi) tetap memiliki kelebihan dan pantas dipuji. Sebab, dalam mengarang kitab Alfiyyah, beliau lebih dahulu dari pada saya (Imam Ibnu Malik.)

والله يقضي بهبات وافرة# لي وله في درجات الأخرة

Semoga Allah melipatgandakan pahala yang Allah berikan kepadaku dan kepada guruku (Imam Ibnu Mu’thi) kelak di akhirat nanti.

Setelah menyusun dua nadhom tersebut yang tak lain merupakan ungkapan hati Ibnu Malik, maka dengan izin Allah semua susunan 1000 nadhom yang semula hilang dari memori ingatannya seketika itu pula kembali lagi. Sejak itu, Imam Ibnu Malik dapat meneruskan penyusunan kitab Alfiyyah yang sohor ini.

Dari uraian cerita tersebut, dapat diketahui bahwa nadhom Alfiyyah Ibnu Malik yang semula berjumlah 1000 nadhom, bertambah dua nadhom lagi pada bab Muqaddimah sehingga semuanya terdiri dari 1002 nadhom. Wa Allahu A’lam bis Shawab.

Multi-Page

3 Replies to “Misteri 1002 Bait “Alfiyah” Ibnu Malik”

Tinggalkan Balasan