Ngaji Kitab Tanbihul Ghafilin: Bab Dahsyatnya Siksa Kubur

1,227 views

Pondok Pesantren Asy-Syu’ada Wonokromo, Bantul, Yogyakarta, kembali menyelenggarakan acara rutinan Ngaji Kitab Tanbihul Ghafilin. Ngaji kitab yang dilaksanakan pada Senin, 6 September 2021, ini diampu KH Sudarman Masduqi.

Selain diikuti santri, Ngaji Kitab Tanbihul Ghafilin ini juga diikuti warga sekitar Desa Wonokromo. Bahkan ada juga yang datang dari luar Wonokromo. Ngaji kitab Tanbihul Ghafilin ini diawali dengan pembacaan amaliyah tawasul, baca Al-Fatihah, dan dilanjutkan dengan zikir sebentar.

Advertisements

Setelah itu dilanjutkan dengan acara inti, yaitu ngaji Kitab Tanbihul Ghafilin yang pada kesempatan kali ini membahas topik dahsyatnya siksa kubur. Kitab ini lebih banyak kisah-kisah yang dikuatkan dengan dalil Al-Quran dan Hadis.

KH Sudarman Masduqi sebagai pengampu majlis taklim ini mengawali dengan menukil sebuah hadis Nabi yang artinya kurang lebih, “Barangsiapa yang mengabaikan peringatanku maka dia akan merasakan hidup yang sukar, kehidupan sukar yang dimaksud yaitu siksa kubur.”

Kemudian, Kiai Sudarman Masduqi berkisah bahwa suatu ketika Abu Hazim mendapatkan cerita dari Ibnu Umar. Ibnu Umar mengisahkan bahwa ayahnya, Umar bin Khattab, pada suatu hari ditanya oleh Rasulullah, sebagai berikut:

“Hai Umar, bagaimana jika kamu kedatangan dua malaikat yang mengunjungi kuburmu, yaitu Munkar dan Nakir? Keduanya berwajah seram, warnanya hitam kebiru-biruan, kedua taringnya menembus bumi. Sedangkan, rambutnya sampai ke tanah dan suaranya menggelegar bagai petir menyambar dan matanya bagaikan kilat?”

Lalu Umar bin Khattab bertanya, “Ya Rasulullah, apakah ketika itu aku merasa sadar sebagaimana saat ini?”

Jawab Rasulullah, “Ya.”

Lalu Umar berkata, “Kalau begitu maka akan saya selesaikan keduanya dengan izin Allah.”

Kemudian Nabi Saw bersabda: “Sungguh Umar merupakan orang yang mendapatkan taufik.”
Kemudian, Kiai Sudarman Masduqi menyambung kisahnya dengan kisah lain, yaitu ketika Aisyah kedatangan seorang pengemis Yahudi. Aisyah berkata bahwa pada awalnya ia tidak mengetahui jika ada siksa kubur sampai suatu ketika ada seorang wanita Yahudi yang mengemis kepadanya, dan setelah Aisyah memberikan uang kepada pengemis itu, dia berkata, “Semoga Allah melindungi Aisyah dari siksaan kubur.”

Maka Aisyah menduga bahwa apa yang dikatakan pengemis wanita itu merupakan tipuan orang Yahudi. Lalu Aisyah pergi menemui Nabi dan menceritakan peristiwa yang baru saja ia alami. Maka Nabi Saw memberi tahu kepada Aisyah bahwa siksa kubur itu hak dan benar adanya.

Oleh sebab itu orang Islam senantiasa memohon pada Allah agar dihindarkan dari siksaan kubur, dan mempersiapkan diri menghadapi kubur dengan amal saleh. Selama manusia masih hidup, dia punya banyak kesempatan untuk beramal saleh sebanyak-banyaknya.

Sebaliknya, jika dia telah masuk ke alam kubur dan tidak memiliki amal saleh, maka dia akan sangat menyesal dan memohon pada Allah agar dikembalikan ke dunia barang sejenak. Namun harapan mereka hanyalah isapan jempol semata dan rintihan penyesalan. Lalu para ahli kubur itu merasa terheran-heran pada orang-orang yang masih hidup di dunia; bisa-bisanya mereka menghabiskan waktunya untuk sesuatu yang tidak berguna.

Demikianlah acara ngaji Kitab Tanbihul Ghafilin yang dijelaskan KH Sudarman Masduqi. Semoga bermanfaat.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan