Perjalanan Seorang Genius di Yunani

225 kali dibaca

Kehidupan di era keblinger ini yang penuh dengan hujan informasi, apakah kita dapat menjadikan tokoh pemikir Athena sebagai model dalam hal buah pemikirannya yang dahsyat.

Hemat saya, kita perlu mengungguli mereka dengan kehidupan yang jauh berbeda. Bukankah juga tidak menjadi alasan untuk kita memproduksi ide-ide kreatif yang jauh dahsyat dari mereka. Tentu, dorongan ini harus menjadi alam bawah sadar yang tertanam dalam darah kita di manapun berada dan tidak perlu berkecil hati.

Advertisements

Buku The Geografie of Ghenius yang diterbitkan oleh Mizan ini menceritakan perjalanan orang genius yang ada di Athena. Penulisnya, Eric Weiner, menceritakannya dengan bahasa yang memukau dan tidak terlalu berlebihan. Eric Weiner menulis dari sudut pandang yang berbeda dan mungkin jarang dipikirkan orang.

Tokoh pemikir Yunani yang dipuja-puja dengan pemikirnya ternyata mempunyai kehidupan yang kelam juga. Misalnya, Socrates, seorang filsuf yang hidup di Yunani pernah dibuli oleh kawannya karena mempunyai perawakan yang buruk dan hidung yang besar. Akan tetapi Socrates tidak hanya berpasrah diri. Dia dicitrakan sebagai orang yang pandai mengalihkan pembicaraan atau ngeles.

Kemudian ada Leonardo da Vinci yang diceritakan sering mengusap keringatnya yang mengucur keras dari dahinya di sebuah bengkel di tempat kerjanya Florence. Atau Einsten, misalnya, dengan teori relativitasnya, ia menulisnya di meja dapur yang terdapat di apartemen kumuh di Benre.

Artinya, seorang genius tidak butuh lingkungan yang hebat, terkadang dengan hal-hal yang sepele itu akan berubah dengan sesuatu yang luar biasa. (hal.442)

Leonardo da Vinci dalam buku ini digambarkan sebagai orang yang mempunyai ketekunan belajar yang luar biasa,. Ia telah menciptakan budaya belajar yang bagus dalam dunia pertemanannya. Ia yang mempunyai ciri khas bertopi koboi dan berjenggot panjang itu termasuk salah satu bagian dari orang genius.

Mereka lahir bukan disengaja tapi suratan takdir dari budaya hidup yang berbeda dari pergaulan yang diumpai. Tidak mungkin Leonardo da Vinci hidup yang dikenal sekarang kalau hidupnya tidak pernah bersinggungan dengan sesama geniusnya yang lain. (hal. 32)

Selain itu, kebiasaan orang Yunani adalah mengkonsumsi minuman beralkohol seperti wine. Dengan cara tersebut mereka dapat mengalirkan pemikirannya dengan lancar. Misalnya, seperti Aristoteles dan William Faulkner ditulis sebagau penikmat buku yang tidak bisa lepas dari minuman beralokohol. Atau, Van Gogh seorang dan Jackson Pollock, keduanya pelukis, dan Winston Churchill yang menulis buku tentang The World Crisis.

Dalam tradisi di Yunani, apabila ditemukan seseorang yang mempunyai pemikiran yang dahsyat dan mengungguli dari lingkar pertemanan yang lain, maka berpotensi akan dikucilkan. Mereka menganggap bahwa orang yang seperti itu dapat merusak teman-teman lain yang berkembang. Mereka akan segera diusir dari Athena untuk pindah ke tempat lain yang terpencil.

Bahkan di Skotlandia yang merupakan tempat para tokoh genius melahirkan sebuah penemuan, ternyata mempunyai sisi gelap. Skotlandia mempunyai cuaca yang buruk, ada bau busuk, tempat yang jorok dan kumuh. Seorang tokoh pemikir di sana sudah terbiasa hidup dengan tumpukan sampah-sampah yang berserakan. Namun demikian Eric Weiner berpendapat bahwa hidup di tempat yang baik dan hidup di lingkungan yang buruk sama-sama menimbulkan percikan.

Albert Einsten dijuluki seorang fisikawan dan mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Ketika ditanya kenapa dia genius, dia pun ragu dengan apa yang telah diasumsikan kebanyakn orang. Dia tidak menyadari sama sekali kalau dirinya adalah genius.

Apakah seorang genius diidentik sebagai orang yang rajin? Tidak. Tapi ditentukan oleh bagaimana cara mereka dalam melihat sebuah realitas dari sudut yang berbeda sehingga menjadi sesuatu yang luar biasa saat diketahui oleh banyak orang.

Buku yang ditulis oleh Eric Weiner ini sangat menarik untuk kita baca terutama ketika membahas bagaimana seorang genius lahir sebagai genius. Ia menjabarkan kebiasaan seorang genius dalam memproduksi ide-ide kreatifnya. Ternyata, seorang genius mempunyai keunikan tersendiri. Mereka dapat menghasilkan ide-ide kreatif dengan cara melakukan perjalanan yang sekiranya keluar dari rumahnya. Menurut pandangan mereka, dengan cara keluar dari rumah memberikan rangsangan terhadap otak lebih mudah dalam menarik sebuah ide.

Seorang genius tidak akan menjadi sebuah persoalan sekalipun dia hidup di lingkungan kumuh dan jorok. Justru dari tempat itulah mereka dapat menemukan ide-idenya menjadi pemikiran yang dahsyat. Dengan kebiasaannya hidup di tempat yang kotor mereka terus mengalirkan buah pemikirannya. Tempat bukanlah menjadi persoalan, tapi seberapa bagus lingkungan pertemanan tersebut yang medorong dirinya terus berpikir dan merenung. Dan yang saya suka dari buku ini adalah suatu kutipan yang menarik, yaitu, yang membadakan antara orang genius dan orang gagal sebenarnya bukan berapa kali dia berhasil, melainkan berapa kali dia memulai dari awal. (hal.102)

Kemudian buku ini juga menjelaskan distingsi teknologi antara orang Barat dan China. Orang Barat lebih memuja kemajuan teknologi. Semakin mereka memproduksi teknologi canggih, mereka yakin akan maju. Tapi tidak dengan orang China.  Mereka lebih mengutamakan seberapa bermanfaat barang tersebut digunakan. Orang China berasumsi bahwa secanggih apapun teknologi, secara subsatansi sama saja.

Buku ini tidak hanya membahas seorang tokoh pemikir secara eksplisit, namun juga kehidupan yang mereka jalani setiap hari. Buku ini melihat detail-detail kehidupan mereka sehingga menjadi seorang genius. Buku ini mudah dipahami tanpa harus mengernyitkan dahi.

Eric Weiner adalah tipe penulis yang menurut saya tidak suka berbasa-basi dalam merangkai kalimat. Dia menggunakan bahasa yang elegan, renyah, namun tidak mengurangi substansi dari tulisan.

Selain mencantumkan data-data, ia juga mempunyai daya jual sastranya. Ia sangat begitu epik dalam merekam sisi-sisi kehidupan di Athena sekaligus persinggungan antara Barat dan China yang tidak terlepas dengan mencantumkan data sejarah yang melatari kehidupan mereka.

Data Buku:

Judul buku    : The Geography of Genius
Penulis           : Eric Weiner
Penerbit          : Mizan Pustaka
Tahun             : Cetakan III, Februari 2024
Tebal              : 488 hlm
ISBN               : 978-602-441-261-6

Multi-Page

2 Replies to “Perjalanan Seorang Genius di Yunani”

Tinggalkan Balasan