Pesantren dan Tantangan Radikalisasi Digital

15 views

Dunia berkembang dengan sangat cepat. Jika dulu pesantren dikaitkan dengan suasana perdesaan dan kitab kuning, mereka sekarang berada di tengah arus deras dunia digital. Sekarang santri tidak hanya bergulat dengan hafalan dan percakapan tentang fikih, tetapi juga menghadapi tantangan dengan layar kecil di tangan mereka.

Naasnya, di dunia maya yang berada dalam genggaman tangan mereka itulah seringkali muncul propaganda radikalisme. Kini, ideologi intoleran disebarkan dengan cara yang halus, menyentuh emosi, dan sering kali menggunakan simbol agama untuk membangun kepercayaan melalui dunia digital. Mereka yang tidak terlalu melek akan pengetahuan agama dapat mudah terpikat, terutama jika propagandanya dikemas dengan cara yang menarik.

Advertisements

Pada konteks itulah pesantren berfungsi sebagai benteng moderasi dari sudut pandang strategis. Selama ratusan tahun, pesantren telah menanamkan nilai-nilai seperti tawasuth (moderat), tasamuh (toleran), dan ta’awun (kerja sama). Tetapi kini, di era digital ini, pesantren harus lebih aktif dalam menyebarkan pesan Islam yang damai, terutama di ruang digital. Sebab, paham-paham radikal dan intoleran telah masif dipromosikan di ruang-ruang digital.

Di lingkungan pesantren, nilai-nilai yang terkandung dalam kitab kuning masih merupakan dasar utama. Meskipun demikian, pesantren harus menerjemahkannya ke dalam bahasa yang sesuai dengan generasi milenial dan Gen Z. Misalnya, mereka harus mengajarkan bahwa jihad adalah perjuangan untuk memperbaiki diri, bukan aksi kekerasan. Narasi seperti ini harus disampaikan dengan cara yang sederhana tetapi efektif, seperti video singkat atau infografis di ruang-ruang digital.

Karena itu, santri juga harus dilatih untuk menjadi pelopor literasi digital. Mereka tidak hanya dididik tentang agama, tetapi juga dididik untuk memilah informasi, membedakan hoaks, dan memahami konten yang mengandung kebencian. Dengan demikian, santri dapat menjadi garda depan dalam melawan narasi radikalisme dengan bekal ini.

Bayangkan jika santri membuat konten yang positif. Mereka dapat menawarkan perspektif Islam yang penuh kasih melalui tulisan, video, atau infografis yang menginspirasi. Pesantren juga dapat berfungsi sebagai pusat edukasi digital untuk masyarakat, membantu mereka menggunakan dunia maya dengan benar.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan